Monday, October 2, 2017

Kelemahlembutan: Belajar dari Musa (1)


by Alphaomega Pulcherima Rambang


Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3)


Mungkin sulit ya, untuk membayangkan Musa sebagai orang yang lembut. Dia adalah orang yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Kita tahu betapa tegar tengkuknya bangsa ini, kan? Bagaimana mungkin Musa yang lembut bisa memimpin mereka? Sosok lemah lembut yang aku bayangkan adalah sosok yang kalau bicara pelan, ramah, isi perkataannya bukan kebun binatang, nggak tegas gitu lah pokoknya. Baru akhir-akhir ini aku menyadari kalau yang dimaksud lemah lembut di sini bukan sekadar tampilan luar, bukan tentang sekadar bagaimana dia berbicara atau kata-kata yang diucapkan. Bukan itu!! Yang dibicarakan adalah mengenai sikap hati yang lembut. 

Alkitab mengatakan kalau Musa adalah orang yang paling lembut hatinya di bumi. Ayat ini terletak di dalam perikop yang berkisah tentang pemberontakan Miryam dan Harun. Inti dari kelembutan Musa disimpulkan melalui kisah pada perikop ini. Pada saat itu, kedua kakak Musa ini ingin menjatuhkannya karena iri dengan kepemimpinannya. Apa yang dilakukan Musa? Musa hanya diam dan Allah turun tangan membelanya. Bahkan Allah menghukum Miryam dengan penyakit kusta. Mungkin kalau kita berada di posisi Musa segera saja kita akan bersorak-sorai, merasa menang karena Allah turun tangan langsung membela kita. Tapi tidak demikian dengan Musa, dia malah memohon pengampunan kepada Allah untuk Miryam. Jadi, salah satu ciri orang yang lembut hatinya adalah TIDAK MENDENDAM DAN MAU MEMAAFKAN. 

Kalau kita membaca lagi kisah Musa maka kita akan melihat contoh lain bagaimana dia memang berhati lembut. 

Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? (Keluaran 32:11)

Musa benar-benar punya hati yang lemah lembut. Dia tetap mau membela bangsanya di hadapan Tuhan, padahal kelakuan mereka parah abis. Coba pikirkan, berapa kali mereka menyalahkan Musa untuk semua hal yang mereka alami? Nggak sehari dua hari lo, puluhan tahun! Musa memimpin sebuah bangsa yang kelakuannya sangat buruk: keras kepala, nggak tahu berterima kasih, ahli bersungut-sungut, suka mengeluh, nggak pernah puas, dan selalu menentang Tuhan. Kalau kita di posisi Musa, entah berapa hari kita bisa bertahan. Tapi dia tetap taat. Dia sanggup mengendalikan emosinya dan terus mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan untuk ia perbuat. Setiap saat bangsa Israel menentangnya, Musa nggak mau bertengkar. Justru dia mempersilakan Tuhan yang menjawab bangsa Israel melalui dirinya. Ciri-ciri kedua orang yang lembut hatinya adalah TIDAK SUKA BERTENGKAR. 

Bagaimana jika kita berada dalam situasi seperti yang Musa alami? Apakah kita akan berlari pada Tuhan dan membiarkan Tuhan yang turun tangan, sibuk bertengkar dan berusaha membela diri, atau marah-marah dan mengutuki mereka yang berseberangan dengan kita?

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^