by Alphaomega Pulcherima Rambang
Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup. " Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin. Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga. Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.
(Keluaran 1:15-22)
Bidan Sifra dan Pua mungkin tidak seterkenal wanita-wanita lain di Alkitab, bahkan namanya hanya disebutkan sekali saja. Namun bidan-bidan ini memberikan teladan dalam hal hidup takut akan Allah. Dengan kesadaran, mereka memilih menentang perintah Raja Mesir untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani, meskipun hal itu beresiko pada nyawa mereka. Perbuatan mereka diganjar Allah dengan membuat mereka berumah tangga. Allah memperhatikan apa yang mereka perbuat, dan Allah memberkati mereka saat mereka hidup dalam takut akan Dia.
Seandainya dihadapkan pada pilihan yang sama, apakah kita akan memilih taat kepada Tuhan atau kepada manusia? Mudah memang untuk berkata taat kepada Tuhan, tapi prakteknya?
Dalam kehidupan saya, sejujurnya, berada di dunia kerja membuat saya bergumul. Ada kalanya bos di kantor meminta saya melakukan hal-hal yang saya tahu dosa. Saya tidak ingin melakukannya lalu berbagai pemikiran muncul :
- Bagaimana jika saya menolak lalu bos menekan saya?
- Bagaimana jika saya dianggap sok suci?
- Bagaimana pandangan orang lain dengan pilihan saya?
- Bagaimana jika ada pemeriksaan dan ketahuan apa yang saya lakukan salah?
- Bagiamana kalau karir saya terhalang?
- Bagaimana kalau saya gak dapat perjalanan luar kota seperti teman saya yang lain?
PERHATIKAN!
Fokus saya adalah bagaimana respon orang lain. Saya tidak peduli pada perasaan Allah. Saya tidak peduli bagimana Allah berduka bahkan dipermalukan dengan tindakan saya. Saat saya lebih memperhatikan akibat dosa dibandingkan fakta bahwa itu mempermalukan Tuhan yang saya sembah, berarti saya tidak takut kepada Tuhan.
Rupanya SAYA LEBIH TAKUT KEPADA MANUSIA DIBANDINGKAN TAKUT KEPADA TUHAN.
Kalau saya malu atau takut menyatakan iman kepada Tuhan di tempat kerja saya, bisa jadi saya sesungguhnya tidak menghormati Tuhan. Seharusnya, dimana pun dan kapan pun, termasuk di tempat kerja, saya harus hidup takut akan Tuhan.
Takut akan Tuhan berarti melakukan kehendak Tuhan. Bahkan sekalipun saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Bahkan sekalipun saya harus menderita kerugian. Pokoknya, saya hanya perlu takut pada Tuhan! Seperti yang dilakukan Pua dan Sifra. Kalau dipikir-pikir, yang dilakukan Pua dan Sifra sungguh luar biasa (kalau tidak disebut gila): menentang perintah seorang raja karena lebih takut pada Allah. Apa mereka tidak tahu kalau taruhannya bukan hanya kehilangan pekerjaan, bisa jadi nyawa mereka. Mereka tidak peduli dan tetap melindung bayi laki-laki Ibrani. Apalah artinya ketakutan-ketakutan yang saya ceritakan tadi, yang bahkan taruhannya tidak sampai nyawa, betapa pengecutnya saya!
Takut akan Tuhan membuat Pua dan Sifra berani menghadapi manusia. Bahkan membuat mereka menerima janji Tuhan yang belum pernah mereka dengar:
Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.
(Amsal 15:33)
Perhatikan, saat ditanya Raja Mesir mengapa mereka membiarkan bayi-bayi itu hidup, Pua dan Sifra mendapatkan hikmat untuk menjawab: “Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin”. Karena jawaban itu, Sang Raja pun tidak bisa menghukum mereka. Hikmat tersebut saya percaya dari Tuhan datangnya. Lalu tidak lama kemudian Allah memberikan mereka kehormatan dengan membuat mereka berumah tangga. Pada zaman dahulu berumah tangga dianggap sebagai berkat dari Tuhan. Sehingga, ini menunjukkan perbuatan mereka dikenan Tuhan.
Sebenarnya Tuhan menjanjikan berkat dan perlindungan bagi mereka yang hidup takut akan Dia. Saat mencari di Alkitab, begitu banyak janji Tuhan bagi mereka yang takut akan Dia.
1. BERKAT BAGI ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN.
Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak kekurangan orang yang takut akan Dia!
(Mazmur 34:9)
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya, Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.
(Mazmur 112:1-2)
“Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.”
(Mazmur 111:4-5)
2. PERLINDUNGAN BAGI MEREKA YANG TAKUT AKAN DIA
Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.
(Mazmur 34:7)
Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar,
bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.
(Amsal 14:26)
Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.
(Amsal 14:27)
Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka.
(Amsal 19:23)
3. HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN TUHAN
TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.
(Mazmur 25:14)
Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.
(Mazmur 33:18)
Tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia.
(Mazmur 103:11)
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
(Mazmur 103:13)
***
Begitu banyak janji Tuhan untuk orang yang takut akan Dia. Membaca janji-janjinya tentu memberi penghiburan dan kekuatan tersendiri saat dihadapkan pada situasi yang membuat kita ragu melakukan kehendak-Nya. Ini membuat saya terkagum-kagum lagi pada Pua dan Sifra. Bayangkan, mereka takut akan Tuhan, padahal belum tentu mereka telah membaca janji-janji Tuhan seperti saya. Wow! Mereka tidak memerlukan janji berkat dari Tuhan. Mereka hanya takut akan Tuhan dan taat kepada-Nya. Doa saya, semoga Tuhan memberi kita hati yang senantiasa takut akan Dia sehingga berani menghadapi manusia, bahkan raja-raja di dunia seperti Pua dan Sifra.
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
(Pengkhotbah 12:13)