Thursday, March 29, 2018

Why Cross?



by Marcella Flaorenzia

That was the title of my sermon 2 tahun lalu (Sunday, April 15 2012) and masih berhubungan dengan Paskah tentunya. Judul ini muncul ketika aku mengajar anak2 Sunday School hari Minggu yang lalu. Waktu aku lagi cerita tentang proses kematian Yesus, tiba2 seorang anak bertanya, "Kenapa Yesus harus disalib?" dan seperti kebanyakan orang pada umumnya aku menjawab, "...untuk menebus dosa manusia." But dengan tampang yang kurang puas, dia bertanya lagi, "Tapi kenapa salib?!"

Seberapa banyak di antara kita pernah mikirin hal ini. Kenapa Yesus memilih jalan salib dan bukan jalan yang lain? Padahal Dia Allah yang penuh kuasa dan bisa melakukan apa saja. Bahkan Dia sebenernya gak perlu turun ke dunia untuk menyelamatkan kita. Dia cukup ngomong aja (berfirman) and kita semua bisa diselamatkan. Atau, Dia bisa pilih jalan yang lebih gampang dan gak harus mati dengan cara disalib. Hmm... Mulai ikut mikir juga kan? Haha...

Menurut sejarah, salib adalah hukuman terberat yang berlaku di kekaisaran Romawi pada saat itu. Hukuman terberat kedua adalah dibakar hidup2, dan yang ketiga adalah hukuman pancung. Jadi, gak ada hukuman yang lebih berat lagi dari salib dan hukuman ini berlaku bagi para budak, orang asing dan penjahat2 kelas berat/pemberontak negara (seperti Barabas). Sebelum disalib, orang tersebut harus disiksa terlebih dulu, memikul salibnya dan mati secara perlahan-lahan. Hukuman tersebut juga disaksikan oleh banyak orang supaya jangan ada orang yang berani melakukan kesalahan yang sama seperti mereka. Bayangkan, kenapa Yesus mau memilih jalan tersebut? Padahal Ia sama sekali tidak bersalah, bahkan Ia harus menanggung kesalahan kita...

Sekarang ini kita mulai kehilangan makna salib yang sesungguhnya. Dengan banyaknya aksesoris salib yang kita gunakan (kalung, gelang, gantungan kunci dsb) tidak menjamin bahwa kita sungguh2 mengerti arti salib tersebut. Padahal salib-lah yang sebenernya merupakan inti dari kekristenan. Itulah alasan mengapa kita menjadi pengikut Kristus. Yesus memilih jalan salib karena Ia ingin menunjukkan sesuatu kepada kita. He wanted to show us how we are supposed to live as a Christian.

Ada 3 hal yang aku belajar dari salib. Salib menunjukkan bahwa kehidupan kekristenan seharusnya berbicara tentang:

1. SACRIFICE (pengorbanan)

"For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life."
(John 3:16 NIV)

Mengikut Tuhan bukanlah tentang mendapat berkat atau hidup kelimpahan. Mengikut Tuhan juga bukan tentang menjadi orang terkenal atau terpandang. Tapi justru sebaliknya, Tuhan ingin menunjukkan bahwa kekristenan adalah tentang pengorbanan dan bayar harga.

"And whoever does not carry their cross and follow me cannot be my disciple."
(Luke 14:27 NIV)

Jadi jangan selalu berpikir apa yang Tuhan bisa berikan kepada kita, tapi mulai berpikir apa yang kita bisa lakukan untuk Tuhan. Ia mau supaya kita belajar mematikan kedagingan kita dan mengikuti kehendak-Nya. Maukah kamu bayar harga untuk Tuhan? Bangun lebih pagi? Memberikan waktumu untuk beribadah? Memberikan persembahan (perpuluhan)? Memberi bantuan untuk orang2 yang lagi dalam kesulitan? Menguasai diri kita untuk tidak melakukan dosa? Mengampuni orang yang menyakiti kita? Dan selalu menaati firman-Nya? Ingat, tidak akan ada kebangkitan tanpa kematian...

2. PROCESS (proses)

Kekristenan juga berbicara tentang proses. Ini gak mudah, karena kita hidup di jaman yang serba instant. Teknologi makin maju, bumbu2 instant pun makin banyak. Semua orang pengen sesuatu yang serba cepet! Pengen cepet kaya, pengen cepet dapet pacar, pengen cepet lulus kuliah, pengen supaya gereja jumlah jemaatnya cepet berkembang, dll. Tapi coba inget, gimana kehidupan Yesus selama di dunia and proses apa aja yang harus Ia lewatin?

Going a little farther, he fell with his face to the ground and prayed, "My Father, if it is possible, may this cup be taken from me. Yet not as I will, but as you will."
(Matthew 26:39 NIV)

Ada hal2 yang gak enak dalam hidup ini yg memang Tuhan ijinkan terjadi dan kita harus bisa melaluinya. Kalo kita mau lulus kuliah, kita harus mau melalui proses belajar dan juga melewati ujian akhir (skripsi). Kalau gak mau ya, gak bisa lulus2. Tuhan mau kita melalui semua proses itu buat kebaikan kita. Dia mau menguji kesetiaan kita dan melihat respon serta sikap hati kita. Apakah kita tetap bisa bersabar dan mengucap syukur? He is more interested in changing us than He is in changing our circumstances!

So, coba mulai ubah doa kita hari ini. Jangan berdoa supaya Tuhan menjauhkan kita dari proses, tapi berdoa supaya Tuhan beri kita kekuatan untuk melalui proses tersebut. Dan berdoa (sama seperti doa Yesus) biar kehendak Tuhan yang jadi dalam hidup kita :)

"I can do all this through him who gives me strength."
(Philippians 4:13 NIV)

3. FAITH (iman)

Yang terakhir, kekristenan berbicara tentang iman. Sebelum Yesus mati, sebenernya Ia sudah mengatakan kepada murid2-Nya tentang apa yang akan terjadi...

In their fright the women bowed down with their faces to the ground, but the men said to them, "Why do you look for the living among the dead? He is not here; he has risen! Remember how he told you, while he was still with you in Galilee: 'The Son of Man must be delivered over to the hands of sinners, be crucified and on the third day be raised again.'" Then they remembered his words.
(Luke 24:5-8 NIV)

Seberapa sering kita lupa akan firman-Nya atau kita tidak percaya kepada firman-Nya, karena kita belum melihatnya terjadi. Manusia cenderung percaya hanya kepada hal2 yang ia lihat. Ketika Yesus bangkit, barulah semua orang menjadi percaya bahwa Ialah Anak Allah. Tetapi ketika Ia mati, berapa banyak orang yang percaya kepada-Nya? Padahal iman seharusnya timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan, dan bukan dari penglihatan.

Kematian dan kebangkitan Yesus telah membuktikan bahwa gak ada yang mustahil bagi-Nya dan bagi orang2 yang percaya kepada-Nya. Firman-Nya YA dan AMIN! Do you believe what the bible says? Bahkan di saat kamu merasa lagi ada di situasi yang "mati", percayakah kamu bahwa akan ada kebangkitan?

"For we live by faith, not by sight."
(2 Corinthians 5:7 NIV)

Mari kita ingat dan kembali kepada salib-Nya! :)

Monday, March 26, 2018

Katanya sudah lahir baru, koq masih jatuh?



by Grace Suryani Halim

 Ini untuk menjawab pertanyaan temen-temen kemaren.
ci,kalo uda lahir baru,tp iman'a terkadang masih jatuh bangun gmn?”klo jatuh bangun masih belum lahir baru-kah?Sudah sangat mengerti kalo kita (saya) ini mahluk yg berdosa. Tapi masih langganan jatuh dalam dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja; sadar maupun tidak sadar. Itu gimana ya?
Pertama, thx berat buat pertanyaan-pertanyaannya. Tanpa ada pertanyaan2 begini, gue bakal mikir, ow semua udeh ngerti. DONE. :P But kalo ada pertanyaan jadi sadar, ow iya bagian sini belon dijelasin. Makanye guys, di sekolah di kampus kalo kagak ngarti TANYA ama gurunye!! :p Pengalaman jadi guru paling sebel kalo ada anak kagak ngarti bukannya tanya gue, malah tanya sesama temennya yang sama ngga ngertinya sama die trus jadi tersesat deh mereka berdua. Ckckckck.

Oke balik lagi.  Dulu itu juga pertanyaan gue. Lah kalo gue dah doa nih, dah terima Tuhan Yesus, dah ngga pengen jatuh lagi, tapi eeehhh jatuh lagi dan lagi dan lagi dan lagi... Gimana donks? Gue tetep masuk surga kagak? Kalo suatu kali gue habis berbuat dosa, trus belon sempet bertobat, belon sempet berdoa minta ampun eh tiba-tiba gue mati ditabrak busway, nah loh, gue masuk surga ngga ye?!

Buat jawab pertanyaan ini, izinkan gue kasih pertanyaan dulu. :p

Kalo manusia pertama kali lahir ke dunia, dia terlahir dalam bentuk apa?
Remaja? Orang dewasa? Kakek Nenek? Kagak lah, dia terlahir dalam bentuk... BAYI!!

Nah seperti itu juga orang-orang yang lahir baru. Mereka lahir menjadi bayi rohani! Lahir baru itu bukan akhir dari perjalanan kita mengikut Babe. Lahir baru itu AWAL! So dalam perjalanannya, sama kayak bayi yang belajar tengkurap, belajar jalan, belajar berdiri, belajar makan. Tertatih-tatih bow. Kagak bisa langsung jago.

Jadi menjawab pertanyaan mungkin ngga kalo sudah lahir baru tetep berdosa? SANGAT MUNGKIN.

Kalo gitu apakah artinya itu lahir barunya belon sah? Well, moment kelahiran baru kita tidak ditentukan dari apakah kita masih berdosa atau ngga tapi dari apakah kita sudah mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati.

Tuhan Yesus tuh sangat tau kalau setelah lahir baru pun, sekalipun kita bener-bener pengen kagak jatuh, kita bisa tetep jatuh. Tuhan tau banget tentang itu. Ia tahu bahwa kita ini debu.  Malah kadang, Tuhan itu lebih ‘manusiawi’ daripada kita. Tuhan tuh lebih ngerti pergumulan kita daripada kita sendiri. Tuhan lebih ‘realistis’ menghadapi kita daripada kita menghadapi diri kita sendiri.

Gue belajar tentang hati Tuhan di bagian ini ketika gue jadi guru.
Suatu hari, ada seorang murid gue, cowok, nilainya jeleeekkk terus. Langganan remedial. Suatu kali, dia mesti remedial lagi, trus tiba-tiba dia deketin gue en tanya, “Laoshi, laoshi... nilai saya jelek. Saya masih tetep murid Laoshi ngga?”

Gue bengong en ngeliat dia dengan tatapan aneh bin ajaib. Spontan gue bilang, “Ya IYALAH!! Kenapa kamu bisa mikir kalo karena nilai kamu jelek trus kamu bukan murid saya lagi?!”, dia manggut-manggut trus bilang, “Makasih laoshi.” Dan meninggalkan saya bengong di meja guru.

Sehabis itu saya mikir, “Dia emank ulangannya jelek. En karena nilai dia jelek, gue sedihlah. Tapi gue tetep anggep dia murid gue lah. Gile kok die bisa mikir begitu sih! Justru karena dia kagak bisa dia butuh gue buat jadi gurunya” habis ngomong gitu, tiba-tiba gue sadar begitu juga hati Tuhan terhadap kita.

Ketika kita sudah jadi anak-Nya en kita jatuh dalam dosa, Tuhan sedihhhhh bgt. Tapi Dia tetap mengakui kita sebagai anak-Nya. Justru Dia sangat ngerti bahwa kita bener-bener butuh Dia utk jalanin hidup ini.

Malah Alkitab bilang, “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” 1 Yohanes 8-9.

So yang Tuhan inginkan ketika kita jatuh dalam dosa adalah... MENGAKU dosa kita.

Trus kalo gitu masih tetep bisa jatuh apa bedanya dengan orang yang belon lahir baru?

Bedanya ada beberapa guys:

1. Kita bisa jatuh dalam dosa tapi kita tidak akan tahan TERUS-TERUSAN BERDOSA

Kita bisa salah, kita bisa jatuh lagi, tapi begitu kita lahir baru, Tuhan akan kasih kepekaan di dalam hati kita. Sehingga kita TIDAK BETAH terus-terusan berdosa. Kalo orang belon lahir baru, dia mo dosa, jalaannn terusss.

“Tapi, ada juga kok, temen gue, bukan Kristen malah die sadar banget tuh dia berdosa en kalo dosa cepet-cepet bertobat. Apa bedanya donks?”

Perbedaannya ada di poin yang kedua.


2. Tuhan ngga hanya bikin kita ngga betah utk hidup dalam dosa, Tuhan kasih kita KEMAMPUAN utk SAY NO terhadap dosa


“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;”
(Yohanes 1:12)

Kalo ada Kristus di dalam hati kita, kita menerima Yesus, Allah akan kasih kuasa supaya kita bisa menjadi anak Allah. Kuasa untuk berkata TIDAK terhadap dosa.

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”
(1 Korintus 10:13)

Ketika ada godaan untuk berbuat dosa, godaan untuk jatuh, Tuhan bilang bahwa Tuhan kasih jalan keluar, Tuhan akan kasih kemampuan untuk menanggung dan MENANG dari pencobaan itu.

Buat bacaan lebih lanjut bisa diliat di http://www.glorianet.org/index.php/grace/209-ya-atau-tidak

3. Orang yang sudah Lahir Baru, biasanya punya minat terhadap hal-hal rohani

Kalo dulu ngga minat baca Alkitab, sekarang sekalipun belon ngerti tetep semangat baca. Kalo dulu kuping gerah denger lagu rohani, sekarang suka denger lagu rohani. Kalo dulu ngantuk di gereja, sekarang mulai seneng denger khotbah.

Seleranya berubah Guys. Dari selera terhadap dosa menjadi selera terhadap Allah. Nah ini ngga bisa dipungkiri deh. Tiba-tiba ada kerinduan besar buat berdoa, tiba-tiba pengeeeennnn banget menyembah Tuhan.


Ringkasannya:
  1. Orang yang Lahir Baru masih bisa berdosa tapi tidak lagi betah hidup dalam dosa.
  2. Lahir Baru itu hanya AWAL dari kehidupan Kristen yang sesungguhnya.
  3. Perbedaan antara orang yg belum lahir baru dan yang sudah :
    1. Orang yg sudah Lahir Baru, diberi kuasa menjadi anak Allah (bisa menang dari godaan)
    2. Punya minat terhadap hal2 rohani

***
Btw guys, sampe selesai baca ini, mungkin masih ada di antara temen-temen yang bingung. Ngga papa. :p Sehabis ini gue bakal cerita soal perjalanan gue jatuh bangun mengikut Babe semoga sehabis baca itu, temen-temen bisa sedikit lebih dapet gambaran. 

Saturday, March 24, 2018

Belajar Menjadi Wanita Allah




By Felisia Devi

Pertama kali menggali Alkitab tentang wanita di Amsal 31, saya berpikir wanita tersebut adalah gambaran wanita yang hidupnya almost perfect. Wanita tersebut sepertinya hampir bisa melakukan segala sesuatu dan mendapatkan banyak hal juga dalam hidupnya. Ia berbuat baik, disenangi orang, aman, terkendali, perencanaannya smart, dan produktif banget. Timbul juga pertanyaan di benak saya, “Apa ada ya wanita se-wow itu di dunia? Klo ada, bisa ngga ya saya menjadi seperti wanita ini dan kapan hal itu terjadi dalam hidup saya?” Masalahnya, saya merasa pribadi saya jauh banget dari gambaran wanita Amsal 31 ini.
Saya rasa bukan hanya saya sendiri yang pernah merasa seperti itu. Wanita dalam Amsal 31 sepertinya cuma ada dalam cerita Alkitab, bukan tokoh nyata. Tetapi, seiring perjalanan saya bersama Tuhan, saya semakin mengerti bahwa wanita Amsal 31 ditulis bukan hanya sebagai tambahan cerita Alkitab, impian atau angan-angan belaka. Tuhan menuliskan kebenaran itu karena memang itulah kebenaran dan Tuhan tahu bahwa setiap wanita-wanita-Nya bisa menjadi seperti apa yang tertulis dalam Firman-Nya.
Bagaimana cara untuk menjadi wanita seperti yang Allah mau? Saya sendiri juga belum 100% seperti wanita yang Allah mau, tapi saya mau belajar menjadi wanita yang Ia kehendaki. Yang namanya belajar pasti tidak lepas dari proses dan proses itu tidak langsung jadi. Proses menjadi wanita Amsal 31 tidak instan.
Menjadi wanita yang Allah inginkan berarti Allah yang punya gambaran atau hasil akhir seperti apa. Itu juga berarti Allah yang punya cara bagaimana kita bisa menjadi wanita seperti yang Allah mau. Bagaimanapun, Allah tidak akan membiarkan kita menjalani proses tersebut sendirian. Dia akan menuntun dan mengajar kita lewat kehidupan kita sehari-hari.
“Semua yg tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah dan untuk menjaga manusia supaya hidup menurut kemauan Allah (BIS)”
(2 Timotius 3:16)
Setiap proses biasanya diwarnai dengan tantangan atau kesulitan. Tantangan terbesar dalam proses ini biasanya karena fokus kita saat menjalaninya bukanlah Tuhan, tapi justru hal lain, misalnya: pencapaian kriteria-kriteria-Nya untuk menuai pujian bagi diri sendiri. Tuhan mau kita memiliki fokus hanya kepada Dia, bukan kepada hal lain. Dengan berjalan dalam kebenaran-kebenaran-Nya day by day, otomatis hal itu akan berbuah dalam hidup kita.
“Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan juga kepadamu” (BIS)
(Matius 6:33)
Saya sendiri mengalami, saat saya hanya fokus pada pencapaian kriteria, maka saya merasa hal itu sulit banget bahkan seperti tidak mungkin dilakukan. Tapi, setelah saya mengalihkan fokus saya dari kriteria kepada Tuhan, membangun hubungan dengan Dia, taat melakukan kebenaran-kebenaran-Nya, otomatis hubungan saya dengan Tuhan menghasilkan perubahan dalam hidup saya. Setelah saya flashback beberapa tahun lalu, apa yang awalnya menurut saya ngga mungkin ternyata mungkin loh, saya mulai menjadi pribadi yang menghidupi kriteria dalam Amsal 31.
Perubahan merupakan hal yang sangat mungkin sekali terjadi dalam Tuhan. Bukan hal yang mustahil bagi Tuhan untuk mengubah kita menjadi gambaran wanita Amsal 31. Asal kita fokus kepada Tuhan dan melakukan kebenaranNya, Tuhan sendiri yang perlahan-lahan membawa kita menjadi wanita dalam Amsal 31.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”
(Yohanes 15:4)
Teman-teman, coba bayangkan, gimana kalau seorang wanita sanggup melakukan banyak hal seperti Amsal 31 tapi tanpa dasar yang benar? Apa mungkin seorang wanita yang tidak pulih bisa menjadi maksimal dalam Tuhan? Kita sesama wanita ngerti dong, bagaimana emosi pribadi kita, misalnya kalau PMS kita bisa cepat emosi atau labil. Bayangkan bagaimana bisa melakukan banyak hal besar, kalau hal kecil aja bisa membuat hari kita rusak atau berantakan? Bagaimana wanita bisa menjadi penolong buat orang lain, kalau kita sendiri tidak pernah mengalami pertolongan? Untuk bisa menjadi wanita yang ‘kuat’, maksimal, sanggup jadi penolong yang benar, kita butuh dasar atau pribadi yang ‘kuat’ juga untuk bisa jadi sandaran, pegangan dan penolong kita. Siapa lagi kalau bukan pribadi Tuhan, ya kan?
Intinya, wanita Amsal 31 bukanlah wanita yang sempurna, tapi wanita yang takut akan Tuhan, yang berjalan dalam kebenaran dan melakukan apa yang Tuhan mau lewat proses pembelajaran tiap hari.
“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri (wanita) yang takut akan Tuhan dipuji-puji”
(Amsal 31: 30)

Thursday, March 22, 2018

Why Get Married?


by Sarah Eliana

*Girls, your worth is not in your marital status or in how many children you have. There is nothing wrong in wanting to be married and to be a mother. What is evil is making marriage and parenthood the sole objective and goal to define womanhood or to find worth.

Pernah kepikir gak kenapa sih kebanyakan manusia (terutama cewek) punya impian untuk menikah? Apa sih tujuan kita menikah? Aku rasa kalo kita tanya ke orang lain (atau diri sendiri), 90% jawabannya adalah, “Karena aku mencintai dia.” Untuk yang masih single, mungkin jawabannya, “Because I want to grow old with someone who can complete me.” Lover, soulmate, love of my life—apapun sebutannya, rata-rata kita memiliki pikiran bahwa kalau kita punya special someone, hidup kita akan menjadi utuh. Kita akan bahagia. 

Kalo begitu, kenapa pernikahan begitu penting untuk Tuhan? Sampe banyak banget ayat-ayat di Alkitab yang ngomongin tentang pernikahan. Kalo cuman supaya kita bisa hidup dan grow old dengan orang yang kita cintai, ngapain sih Tuhan sampe panjang lebar ngebahas tentang hubungan dan peran suami istri? Kalo emang cuman supaya kita bahagia, kenapa musti ada aturan-aturan itu di Alkitab? Toh happy gak happy-nya kita kan gak tergantung aturan. Yang penting kita jalani rumah tangga sesuai dengan karakter kita sebagai suami istri, beres deh, ya kan? Kalo Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan hanya supaya kita gak kesepian, ngapain Tuhan sampe susah payah membahas tentang siapa yang boleh dan tidak boleh kita nikahi? Kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum percaya? Toh biarpun belum percaya Tuhan gak berarti orang itu jahat kan? Banyak koq buktinya, orang yang belum percaya Tuhan yang mengasihi dan memperlakukan pasangan mereka dengan super duper zuper luar biasa baiknya. Banyak koq pernikahan orang-orang gak percaya yang super bahagia sampe akhir hayat. Jadi, kenapa Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan? Kenapa kita menikah? Apa yang membuat beda pernikahan anak Tuhan dan orang yang belum percaya?

Saat ngomongin tentang pernikahan, otomatis kita berpikir tentang diri kita. We think about our happiness. We think about how we should treat our spouse, and how our spouse should treat us. But, we really should stop thinking about us and start thinking about the Creator of marriage: GOD! Have you ever thought that perhaps marriage is more about you and God than about you and your spouse?

Satu hal yang aku tau, Tuhan tidak ciptakan pernikahan itu hanya supaya kita bisa “live happily ever after”. Aku baru menikah 9 tahun dan aku tau kalo pernikahan itu gak gampang. Banyak pengorbanan yang harus kita lakukan saat menikah: waktu, diri kita sendiri, uang, karir, dll. Pada dasarnya, pernikahan adalah panggilan, dan sama seperti panggilan-panggilan yang lain, pernikahan itu juga butuh kerja keras. Reality check: cinta doank gak cukup bow!! Pernikahan juga bukan satu hal yang bisa membuat kita bisa ngerasa “utuh”. Suami/istri gak mungkin bisa kita jadikan object yang dapat memberikan rasa utuh ke diri kita. Ada buku dari Gary Thomas yang judulnya Sacred Marriage, dan di dalam bukunya, dia bilang gini:

“The problem with looking to another human to complete us is that, spiritually speaking, it's idolatry. We are to find our fulfillment and purpose in GOD... and if we expect our spouse to be ‘God’ to us, he/she will fail every day. No person can live up to such expectations.”

(Bila kita mencari seorang manusia untuk melengkapi kita, hal itu —secara rohani— adalah penyembahan berhala. Kita semestinya mencari kepenuhan dan tujuan hidup di dalam Tuhan... Dan bila kita mengharapkan pasangan menjadi ‘tuhan’ bagi kita, dia akan senantiasa gagal. Tidak ada manusia yang dapat memenuhi ekspektasi setinggi itu.) (Terj. Editor)

HOW TRUE!!! Karena itu selagi single, bangunlah hubungan yang intim dengan Tuhan. Cari jati dirimu di dalam Tuhan. Fokus ke Tuhan. Nah, nanti kalo Tuhan panggil untuk married, kita akan lebih siap untuk itu. 

Ya, Tuhan pengen kita bahagia, tapi Dia lebih pengen lagi kita punya hubungan yang intim dengan-Nya, karena itulah sumber kebahagiaan yang sejati. Listen to this, girls: Tuhan ciptakan pernikahan karena Tuhan mau lewat pernikahan itu kita bisa memiliki keintiman spiritual dengan-Nya. Tuhan panggil kita untuk menikah karena Tuhan mau suami dan istri saling mengingatkan tentang Tuhan, saling membangun di dalam Tuhan, saling menopang di dalam Tuhan. Misalnya gini: waktu lagi aku lagi sakit/capek, suami gak malu-malu masuk ke dapur untuk membuatkan makanan. Untukku, waktu ngeliat dia yang rela melakukan hal ini untukku, aku melihat Yesus, sang Raja Surgawi, yang rela menjadi hamba yang melayaniku. Pinjem kata-katanya Gary Thomas: suamiku “is modeling God to me, revealing God's mercy to me, and helping me to see with my own eyes a very real spiritual reality.” Dan hopefully, sebaliknya juga demikian. Bahwa lewat aku istrinya, suamiku bisa melihat karakter dan kasih Kristus yang sejati. Apa yang tuhan inginkan melalui pernikahan anak-anak-Nya adalah bahwa kita dan pasangan semakin bertumbuh di dalam Tuhan, semakin merasakan betapa nyatanya Tuhan kita itu.
Suami dan istri itu udah pasti beda banget. Yang satu mahkluk logika, yang satu feeling-nya lebih berbicara. yang satu diciptakan to provide, yang satu diciptakan to build relationships. Yang satu suka yang praktis-praktis, yang satu suka yang indah-indah. Nah, penyatuan dari dua orang yang sangat berbeda ini justru sebetulnya melahirkan satu kesatuan yang indah. Dari dua orang yang berbeda ini kita melihat pribadi Allah yang utuh: Tuhan yang menciptakan ombak dan badai topan, tapi juga Tuhan yang menciptakan angin sepoi-sepoi. Tuhan yang menciptakan singa yang gahar, tapi juga Tuhan yang menciptakan cuddly little rabbits! Tuhan yang mengobrak-abrik Bait Allah, tetapi juga Tuhan yang menangisi Yerusalem. Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang rela mati di kayu salib demi anak-anak-Nya! Tuhan ciptakan pernikahan karena dari kesatuan pria dan wanita we represent the totality of God! Tuhan ciptakan pernikahan juga supaya orang lain yang melihat pernikahan kita bisa melihat seperti apa Tuhan itu. Karena kita dan suami kita yang mengasihi Tuhan, orang lain dapat melihat the total image of God, jadi lebih mengenal seperti apa Tuhan itu... bukan hanya Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang berhati lembut dan mengayomi. Bukan hanya Tuhan sang Pencipta, tapi juga Tuhan sang Pemelihara. 

Lho, kalo kayak gitu doank, yach kenapa harus married sama orang percaya? Orang gak percaya juga punya karakter-karakter baik yang bisa represent the image of God koq. Yes and no. You see, the difference is kalo orang yang cinta dan takut akan Tuhan selalu tau kalo semua hal baik yang ada pada dirinya (termasuk karakternya) itu datang hanya dari Tuhan, jadi orang yang cinta Tuhan ini gives all the credit and glory to God, and steer others towards Him too. =) Orang yang cinta Tuhan tau tugasnya untuk memuliakan nama Tuhan, sehingga mereka berjalan bersama menuju tujuan yang sama. Sementara orang yang gak kenal Tuhan? Gimana bisa memuliakan Tuhan kalo siapa Tuhannya aja dia gak tau?

Jadi ini sebenernya alasan Tuhan menciptakan pernikahan, gak cuman sekedar supaya kita happy. His reasons are way beyond our wildest imaginations. Through marriage, He wants us to see God who longs to have intimate relationship with us: God who just loves to wow us with His never-failing love. Lewat pernikahan, Tuhan mau kita dan orang lain melihat Tuhan. Seperti kata Gary Thomas:

“God did not create marriage just to give us a pleasant means of repopulating the world and providing a steady societal institution to raise children. He planted marriage among humans as yet another signpost pointing to HIS own eternal, spiritual existence.”

(Tuhan tidak hanya menciptakan pernikahan sebagai carai yang menyenangkan untuk memenuhi dunia dan menyediakan lembaga yang stabil untuk membesarkan anak. Dia membuat pernikahan antara manusia sebagai salah satu papan penanda yang menunjuk pada diri-Nya sendiri, yang kekal dan spiritual.) (Terj. Editor)

Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya supaya kita happy, waduuhhh...bisa gawat tuh. Berantem sedikit, CERAI! Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya karena, “Oh..because we love each other,” wahh, kebayang deh: suami sibuk sedikit, lupa hari ultah kita, langsung deh ngerasa gak disayang. CERAI! Kalo kita menikah karena kita ingin diperlakukan seperti princess, like we are the only woman alive on the planet, duh duh duh, bahaya juga nih. Begitu suami marah sedikit, ngebentak sedikit, langsung CERAI! Sori, mas, loe lupa to treat me like a princess!

Dan sedihnya, ini yang makin banyak terjadi. People get married for all the wrong reasons, karena itu tingkat perceraian makin tinggi. “But if we marry for the glory of God, to model His love and commitment to our children, and to reveal His witness to the world, divorce makes no sense.” =) Itu sebabnya juga, guys, kenapa Tuhan berkali-kali wanti-wanti dalam Firman Tuhan bahwa anak-anak terang gak bisa bercampur dengan anak-anak gelap. Anak-anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang-orang yang belum kenal Tuhan; karena bagaimana mungkin orang yang belum kenal Tuhan bisa mengerti kalo ia harus memasuki pernikahan dengan misi yang sangat penting: to glorify the Lord Creator God?

Tuhan ciptakan pernikahan supaya lewat pernikahan itu nama-Nya dimuliakan! Karena itu di Alkitab banyak sekali yang Tuhan katakan tentang pernikahan, tentang tugas-tugas suami, tugas-tugas isteri, dan kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum kenal Tuhan. Tuhan mau supaya di dalam pernikahan kita tetap tunduk kepada Dia; kita, bersama dengan pasangan kita, tetap menjalankan fungsi kita sebagai anak-anak Tuhan, sehingga melalui itu kita diajarkan tentang hubungan Tuhan dan gereja-Nya. Waktu dua orang anak Tuhan menikah dan mereka saling mengasihi, itu bukan semata-mata karena keharusan atau karena, “It's just a feeling I have for my husband/wife,” tapi betul2 keluar dari hati yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Kita jadi mengerti bahwa ada panggilan yang lebih besar bagi kita di dalam pernikahan—gak cuman sekedar untuk menjadi happy. Tau gak, marriage is one of the things here on earth that don't have eternal value. Menikah atau gak sama sekali tidak menentukan apakah kita masuk surga atau gak. Pernikahan gak menyelamatkan jiwa kita! Tapiiii, tau gak bahwa lewat pernikahan yang memuliakan Tuhan, banyak jiwa bisa diberkati bahkan diselamatkan? Contohnya pernikahan Elisabeth dan John Elliot. Waktu masih single aku sering baca buku-buku mereka, terutama buku-buku Elisabeth. Dan cerita cinta serta jalan pernikahan mereka betul-betul memberkati aku. Dan aku tau ada teman aku yang terima Tuhan setelah baca tentang pernikahan mereka. Luar biasa kan? A higher calling, my friends! 

Kalo kita menikah cuman supaya happy, yah emang gak perlu susah2 baca Firman Tuhan. Gak perlu susah-susah ikutin tugas dan peran yang Tuhan kasih ke suami isteri, bahkan gak perlu susah-susah cari calon yang kenal Tuhan. Yang penting orang itu cinta kita, treats us nicely, with love and respect, ya wes married aja. Gak perlu menikah ama sesama anak Tuhan koq, buat memiliki pernikahan yang bahagia. BUT as children of God, we are called to live not just for our own happiness or our own sake. Sebagai anak-anak Tuhan, kita punya panggilan yang lebih besar: kita dipanggil untuk hidup untuk memuliakan Tuhan. Our lives are not our own. Our lives belong to the Lord, and should be treated as such. We give everything (and I mean everything) in our lives, including our marriage, back to God to be used for His purpose and glory. For you singles, it’s your choice. Do you want to be ‘just happy’ or do you want to live according to the will and purpose of the Lord God, your Creator? Believe me when I say that His will and purpose will rock your world more than any man/woman can ever do!! =) There is more than just happiness in the Lord. =)


“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)

Monday, March 19, 2018

Pengaruh Wanita Terhadap Pria


by Felisia Devi

Denger rekaman khotbah pak Jeffrey Rachmat (pastor JPCC) yang menyinggung tentang kejadian di awal penciptaan, dimana Iblis mencobai manusia.

Pastor Jeffrey memberikan ilustrasi dari pemikiran dia, "Bisa aja si Iblis terlebih dahulu mencobai pria tapi ga berhasil, makanya iblis mencobai Hawa" (*mungkin sih, tapi ga tau bener pa ga) 

Artinya mungkin saat awal penciptaan, saat Iblis memang merencanakan mau menggagalkan rencana Tuhan dengan mencoba menjatuhkan manusia, bisa saja iblis mencobai adam terlebih dahulu, tetapi ga berhasil, karena Adam taat sama Tuhan. Bener2 memegang apa yang Tuhan perintahkan. 

Tapi iblis berusaha lagi dengan coba menjatuhkan manusia lewat memanipulasi Hawa.

Pastor Jeffrey bilang, karena mereka belum jatuh dalam dosa, natur mereka, keinginan mereka belum berdosa, tapi iblis memanipulasi Hawa, mungkin maksud Hawa mulia, demi kebaikan Adam, tapi tidak sesuai perintah Allah yang melarang mereka makan buah pohon itu, jadi jatuhlah mereka berdua. 

Yang gue belajar dari statement disini bahwa begitu besar pengaruh wanita terhadap pria, saat iblis mencobai pria secara langsung mungkin gak berhasil, karena pria tau bahwa FT bilang jangan makan buah, ya gak dimakan. Tetapi iblis menggunakan wanita untuk menggoda, menjatuhkan pria dari yang taat menjadi tidak taat. Begitu pria yang adalah kepala, otoritas, jatuh dalam dosa, "hancurlah" apa yang dikepalainya. 

For man: yg belum menikah, harus bener2 berdoa, mengandalkan Tuhan untuk memilih PH mereka yang bener2 takut akan Tuhan, punya hubungan sama Tuhan, hidup dalam firman, pulih, tau fungsi nya sebagai wanita, Godly. 

Contoh lain dlm hidup hari2 wanita lebih berpengaruh : 

Dalam keluarga2 yang gue temui, sebagian besar kita lebih deket ke keluarga nyokap. Klo sang istri gak mau deket sama keluarga pria, ya udah keluarganya jauh dari keluarga besar suami. 

Wanita secara sadar ga sadar, ekpresi muka, tata mata kita berbicara banget, ya kan? Hahaha...

Gue sendiri mau semakin belajar untuk jadi wanita yang taat firman,karena hanya lewat kebenaran Firman Tuhan yang membuat mengerti fungsi gue sebagai penolong seperti apa, terutama buat para pria, dalam hal kecil: perkataan, pakaian, tingkah laku, bukan membuat menjatuhkan mereka, membuat mereka tersandung jatuh dalam dosa. Tetapi mau memberkati mereka, membangun mereka...

Dalam kata2, gue belajar untuk bener2 mikir sebelum mengeluarkan kata2, berbicara, marah, and comment apalagi klo udah kesel, karena suka banyak yg sakit hati sama kata2 gw. 

Dalam pakaian juga, perlu bener2 belajar banget, apalagi setelah baca buku Every Young Man's Battle, betapa kasihannya para pria, bener2 butuh anugrah untuk hidup dalam kekudusan ditengah dunia yang banyak memakai pakaian "miskin", teknologi canggih tinggal enter muncul2 situs2 porno. 

Liat tayangan TV khususnya tayangan di barat, dengan kebudayaan freestyle mereka. majalah semi porno legal dijual, film2 porno yang mudah didapat and murah.

Ketika gue tanya Tuhan kenapa wanita begitu mempengaruhi pria dari ujung rambut sampe ujung kaki. Mulai dari penampilan, mulut, perkaataan, hati, pakaian, mood, or apa yang blm gw temuin. 

Dapet jawaban, Karena Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam, rusuk. Klo rusuknya "sakit", otomatis tubuh jadi "sakit", makanya begitu pengaruh.

And sekarang pilihan ditangan kalian, mau hidup sebagai penolong atau sebaliknya?

Mau membangun ato menjatuhkan pria? Mulai lah dari hal kecil dan berdoa minta Tuhan hikmat untuk jadi penolong dalam hidup hari2 mu. 

Karena apapun status anda, sebagai wanita punya pengaruh terhadap para pria. 

Saturday, March 17, 2018

Hanya bagi Dia




by Yuniar Dwi Setiawati

Amsal 31 seringkali dijadikan bahan pembinaan bagi para wanita Kristen, setuju? Pasti banyak yang tahu apa saja sikap yang harus dilakukan untuk jadi wanita Kristen yang ideal, baik di mata Tuhan maupun di mata manusia. Selain kita tahu, kita juga perlu membuka mata lebar-lebar untuk mengerti tujuan kita belajar menjadi wanita yang cakap, yaitu bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk kemuliaan nama Tuhan.

Berdasarkan teks Amsal 31 ini, kita akan melihat lebih jauh alasan kita belajar menjadi wanita Kristen yang cakap dan terampil. Apa saja sih?
  1. Karena kita berharga.
Wow, Tuhan menciptakan kita bukan untuk menjadi wanita yang asal-asalan. Firman Tuhan bilang, Istri (wanita) yang cakap lebih berharga daripada permata” (ay.10). Bayangin, berapa harga permata zaman sekarang!! Ckckck, pasti hanya orang-orang berduit yang memilikinya bukan? Bukti bahwa kita berharga, Tuhan mengutus anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus untuk menebus dosa kita. Allah menghendaki hidup kita sesuai dengan dengan label “berharga” itu.

Permata atau perhiasan memiliki nilai yang tinggi karena melewati proses pemurniaan. Demikian juga dengan pembentukan kita menjadi wanita yang cakap, yang harus melewati proses yang tidak gampang. Tetapi biarlah hal itu membuat kita semakin dimurnikan

Ada yang pernah nonton film “Princess Diary”? Di film itu, tokoh utamanya, Mia, yang ternyata adalah seorang putri kerajaan Monrovia, harus belajar hidup sesuai dengan identitas sebenarnya. Ia harus belajar berjalan dengan anggun, makan dengan sopan dan berbicara dengan lembut. Ia tidak bisa tampil dan bertindak sembarangan karena statusnya sebagai bangsawan. Perilaku inilah yang membedakan dia dari wanita kebanyakan. Demikian pula kita, sudah sepatutnya kita bertindak sesuai dengan identitas kita sebagai putri Kerajaan Allah yang berharga.

Tuhan tidak ingin karakter kita stagnan. Ia ingin kita memiliki karakter Kristus, karena karakter itulah akan menjadi pembeda dengan wanita-wanita yang tidak mengenal Allah. Ketika kita menghidupi karakter-karakter wanita Amsal 31, kita sedang membangun hidup yang berpadanan dengan panggilan kita di dalam Kristus (Efesus 4:1).

  1. Karena kita diciptakan untuk pekerjaan baik.

Firman Tuhan juga berkata,Kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10). Semua tindakan wanita Amsal 31 adalah perbuatan baik, untuk dirinya, untuk suami dan anak-anaknya, juga untuk orang lain di sekelilingnya. Matius 5:16 menjelaskan kenapa kita harus berbuat baik, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

  1. Karena kita dipanggil menjadi berkat dalam keluarga.

Banyak masalah krusial yang muncul dalam keluarga, keuangan, kepemimpinan dan masalah-masalah lain. Kehadiran kita para wanita, yang diciptakan sebagai penolong, sangat diperlukan untuk menjadi berkat di keluarga melalui hidup yang bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangga, serta baik hati dan taat kepada suami (Titus 2:5). Dalam keluarga, istri dipanggil menjadi penolong yang sepadan bagi suaminya. Seorang anak yang belum atau tidak menikah juga tetap bisa menjadi penolong bagi anggota keluarga yang lain karena dengan saling menolong kita sebenarnya sedang memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2). Keluarga disini tidak terbatas pada keluarga jasmani, tapi juga keluarga rohani kita, dan bahkan orang-orang di luar gereja. Hal inilah yang dilakukan oleh wanita Amsal 31, ia menjadi penolong bagi keluarganya, tapi ia juga memberikan tangannya kepada yang tertindas dan mengulurkan tangannya kepada yang miskin (Amsal 31:20).

Dalam pernikahan, wanita perlu menjalankan perannya sebagai penolong sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Salah satu hal yang paling penting adalah prinsip penundukan diri. Suatu kali ada yang sharing dengan saya, “Gila apa ngga sih, suami gue tuh lambat banget diajak mikir!! Gue sering banget ambil keputusan sendiri!” Nah, bagi wanita dominan seperti ini, kalo tidak belajar tunduk dari sekarang maka selamanya kita juga tidak akan bisa menghargai kepemimpinan laki-laki, bahkan kita juga sulit untuk membuat Allah jadi pemimpin hidup kita. Anak-anak juga perlu dididik secara benar oleh orang tua dengan cara menanamkan secara langsung nilai-nilai kebenaran (Ulangan 6:7). Anak-anak yang pendidikannya diserahkan ke pembantu, sekolah, atau bimbingan belajar, tanpa peran dari orangtua, membuat kedekatan dalam keluarga menjadi tidak maksimal.

Keluarga yang takut kepada Allah dapat menjadi alat Tuhan memenangkan komunitas yang lebih besar. Wanita berperan penting mewujudkannya. Bersama pria, wanita bertanggung jawab membawa keluarganya memenuhi panggilan Tuhan: menjadi refleksi hubungan Allah dengan gereja-Nya sehingga nama Tuhan dimuliakan.

  1. Karena kita menghadapi arus tantangan zaman.

Kita hidup di akhir zaman, dimana dunia semakin bertambah jahat. Nilai-nilai dunia yang bertolak belakang dengan kebenaran, semakin meluas dan mempengaruhi kehidupan kita. Hal ini menjadi tantangan besar buat generasi kita, apakah kita tetap hidup dengan standar Allah atau terbawa arus zaman? Dunia bisa berkata kalau istri tidak perlu tunduk kepada suami, atau sudah bukan zamannya lagi istri tinggal di rumah dan mengatur rumah tangga, karena ini adalah zamannya istri boleh memprioritaskan karirnya dan menyerahkan urusan rumah tangga kepada pembantu. Dunia juga boleh mengatakan tidak masalah bagi seorang wanita mengejar laki-laki yang diingininya. Tapi, Allah menghendaki kita untuk menjadi berbeda dengan dunia. (1 Yoh 2:17)

Ditengah paham feminisme yang semakin luas, wanita Kristen perlu menjadi teladan bagi dunia melalui tindakan yang dihasilkan dari pola pikir dan gaya hidup Kristiani. Ia memanggil kita agar menjadi berbeda dengan dunia (Roma 12:2). Kalau kita menjadi ibu rumah tangga, maka kita menjadi ibu rumah tangga yang berbeda. Kita menjadi ibu rumah tangga yang menjalankan panggilannya dengan tekun dan penuh sukacita, bukan ibu rumah tangga yang hobi berkumpul di bawah pohon mangga dengan tetangga-tetangga untuk mengeluhkan suami atau menggosipkan ibu mertua. Kalau kita menjadi istri sambil menjalankan karier, maka kita menjadi wanita karier yang berbeda. Kita menjadi wanita karier yang bijaksana mengatur waktu dan prioritas, yang tetap melakukan tanggung jawabnya mengatur rumah tangga. Bahkan jika kita single sekalipun, kita menjadi wanita single yang berbeda. Kita menjadi wanita single yang utuh dan menemukan rasa aman di dalam Tuhan serta rajin mengembangkan karakter yang dibutuhkan untuk menjadi seorang istri nantinya.

Seringkali kita hanya memikirkan diri sendiri dan mata kita tidak peka lagi akan kebutuhan orang lain padahal kita punya tanggung jawab untuk membawa nama Tuhan dimanapun kita berada. Banyak orang butuh teladan hidup yang baik, dari perkataan, pola pikir dan bahkan dari kehidupan rohani kita. Dengan menjadi wanita yang berbeda, banyak orang di luar Tuhan yang datang untuk belajar dari kita bukan? Juga tidak menutup kemungkinan, orang bisa mengenal Kristus melalui kita. Kita bisa memakai hidup kita untuk membawa nilai-nilai hidup Kerajaan Allah tanpa harus menginjili mereka terang-terangan. Tuhan mau kita jadi partner-Nya untuk misi yang besar ini. So, jangan santai, terus benahi diri untuk mau terus belajar dan diperbarui agar kehendak Tuhanlah yang kita lihat dan kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Ayo, bawa pembaharuan disaat dunia tidak pernah bisa melakukan kehendak Tuhan!

Bagaimana saat kita gagal dan jenuh berjuang?

Kita perlu ingat, hidup kita ini bukanlah milik kita sendiri. Pasca ditebus olehNya, kita sudah dimiliki Tuhan untuk melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. Hidup kita yang sekarang adalah ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17). Perjuangan dan pembelajaran kita sebagai wanita cakap bukan dianggap sebagai hukum Taurat yang menekan hidup kita, tapi kita perlu memandangnya sebagai ucapan syukur akan pengorbanan-Nya yang sangat mulia. Kita perlu punya motivasi hidup yang benar, yaitu kita ada untuk memuliakan nama Tuhan. Apa saja yang perlu kita ingat untuk terus memuliakan Tuhan?

  1. Kita perlu terus memandang kepada Allah.

Kita perlu memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan saat kita mau dibentuk Tuhan jadi ciptaan yang memiliki karakter Kristus. Tanpa Tuhan maka semuanya akan sia-sia, karena Dia-lah sumber hikmat dan kebenaran itu. Menghidupi karakter wanita Amsal 31 bukan hal yang tidak mungkin, namun juga tidak bisa dikatakan mudah. Untuk hidup serupa dengan Kristus pasti membutuhkan perjuangan. Kita mungkin jatuh bangun untuk mengikuti teladan yang sempurna dan ideal itu, tapi biarlah mata kita tetap tertuju kepada Kristus dan menemukan kekuatan di dalam-Nya. Dalam perjuangan itu, Tuhan akan berikan kita banyak pengalaman rohani sebagai pelajaran yang berharga untuk kita lebih bertumbuh di dalamnya. Ketika kita memandang Tuhan, maka kita melakukan segala sesuatu dengan standar Allah dan bukan standar kita sendiri atau bahkan orang lain karena hidup kita hanyalah untuk menyenangkan Tuhan. Ingatlah bahwa kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah (II Korintus 3:5). Mari kita mengembangkan karakter wanita Amsal 31 dengan bergantung kepada Allah dan bukan dengan kekuatan kita sendiri.

  1. Kita perlu berusaha mematikan kehendak daging

Kehendak daging itu menyesatkan dan membuat kita tidak lagi memuliakan Tuhan. Daging kita berlawanan sangat berlawanan dengan kehendak Roh Kudus bukan? Sekarang pilihan ada di tangan kita, pilih ikut kehendak Allah atau kehendak daging. Kalau kehendak Allah, pasti kita akan dimampukan untuk membawa kebenaran. Tapi kalau kehendak daging, ya rasakan sendiri akibatnya ketika kita tidak menikmati damai sejahtera itu, karena kita hidup dalam ikatan dosa dan karakter manusia lama.

Meskipun Allah memberikan kekuatan, mematikan kehendak daging adalah keputusan kita. Contoh sederhana, ketika saya sedang melatih diri untuk bangun pagi, seperti wanita Amsal 31 yang bangun saat hari masih malam, biasanya Roh Kudus akan “membangunkan” saya di jam yang saya minta. Tapi, keputusan untuk bangun dan berdoa ada di tangan saya. Kita perlu bekerja sama dengan Allah untuk dapat terus mematikan kehendak daging kita.

  1. Kita perlu ingat kematian Kristus itu untuk dunia.

Kristus mati bukan buat kita saja tapi untuk seluruh dunia. (2 Kor 5:14). Pandangan Kristus ditujukan untuk dunia, maka kita pun perlu memandang juga seperti Allah memandang. Mengembangkan karakter wanita Amsal 31 bukan hanya tentang diri kita sendiri, tapi supaya kita lebih maksimal memberkati orang lain. Dunia membutuhkan Kristus yang ada dalam hidup kita. Lihatlah dengan hati yang penuh dengan belas kasihan sehingga kita memiliki kepekaan untuk mau berbagi kebenaran itu dengan orang-orang di sekitar kita. Selama kita masih hidup, kita bertanggung jawab untuk melanjutkan pekerjaan Kristus di dunia ini.

Yah, tibalah di akhir tulisan ini. Mari kita sama-sama berpikir “hidup kita bukanlah untuk kita sendiri tapi untuk kemuliaan nama Tuhan.” Selama Tuhan memberi kita kesempatan untuk menjadi wanita Kristen yang cakap, kerjakan panggilan itu dengan sukacita dan rendah hati. Proses hidup membutuhkan progress, semangat untuk bertumbuh menjadi persembahan yang berkenan di hadapanNya!

Soli Deo Gloria



Wednesday, March 14, 2018

How Then Should We Dress?


by Sarah Eliana

Bulan ini Majalah Pearl menyajikan tema godliness dari 1 Petrus 3:3-6 yang isinya seperti berikut: 

Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Penulis-penulis lain akan membahas beberapa hal yang ditunjukkan oleh perikop ini, sementara aku hendak membahas tentang bagaimana kita berpakaian. Pakaian seperti apa yang dianggap melewati batas “normal”? Apakah salah mau tampil cantik? Seperti apa seorang anak Tuhan harus berpakaian? 

Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut, aku cuman mau kasi tau aja bahwa apa yang kubahas di sini bukanlah legalisme. Dalam Alkitab, terutama Perjanjian Baru, gak ada ayat yang menyatakan, “Sebagai orang Kristen, kamu harus berpakaian seperti ini,” dan juga gak ada ayat yang bilang, “Pake rok mini = dosa,” Tapi, memang ada beberapa guidelines dari Firman Tuhan yang bisa kita pakai .

Guideline no. 1: What does it make others think of me? 
Banyak nih orang yang berpikir kalo orang Kristen harus pake rok panjang, kemeja tertutup yang longgar. aku ingat dulu suamiku pernah bilang “Sebelum aku pergi pelayanan misi full time, aku pikir semua cewek-ceweknya akan pake baju ala cewek jaman nabi Musa yang longgar-longar itu lho.” Ternyata, gak tuh. Cewek-ceweknya masih pada trendy and fashionable, tapi masih dalam batas sopan. Ya, dalam berpakaian pun kita harus memuliakan Tuhan, tapi itu tidak berarti kita harus tampil kayak wanita/pria dari jaman nabi Musa. Firman Tuhan katakan bahwa tubuh kita adalah Bait Allah (1 Korintus 6:19-20). Kalo gedung gereja kudu selalu bersih, rapi, dan cantik, tubuh kita juga! Tapi, kita gak mau kan kalo gereja kita terlihat kayak rumah dukun voodoo? Begitu juga tubuh kita. Kita harus tampil bersih, rapi dan cantik, tapi kita gak mau over fashionable sehingga orang lain hanya mengaitkan identitas kita sebagai “si cewek trendy”, bukannya “si pengikut Kristus”. 

Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik.
(Amsal 7:10)

Berpakaian sundal. Hiiii!! Harus berhati-hati waktu berpakaian. Jangan sampai orang yang melihat kita berkata, “Ih, tuh orang koq kayak cewek gak bener sih, bajunya buka-bukaan.” Kembali lagi ke ayat, “Tubuhmu adalah Bait Allah.” Kita selalu berusaha supaya gedung gereja kita terlihat bersih dan rapi, tapi kita gak mungkin kan membiarkan gereja itu terbuka, kantor bendahara terbuka lebar sehingga semua orang bisa melihat kas gereja? Begitu juga tubuh kita. Kita mau tampil cantik, tapi juga jangan buka-bukaan sehingga kita membiarkan semua orang melihat “harta” kita. Jadi, saat kita berpakaian selalulah ingat pertanyaan ini: What does it make others think of me? Will they think of me as a respectable woman or a harlot?

Guideline no. 2: What kind of people dress this way? 
Seandainya aku sedang berada di Indonesia dan aku memakai anting di hidung, trus ada 4 anting-anting di tiap telinga, ada satu di alis, satu di mulut, bajuku gambarnya tengkorak, make up-ku hitam. Apa yang ada di pikiran orang waktu liat aku? “Serem amat! Pemuja setan kali ya. Gothic amat.” So, cara berpakaian itu gak hanya terletak di ketat atau enggaknya baju/rok/celana kita. Biarpun longgar, tapi masih bisa mengirim pesan yang salah ke orang lain. Waktu kita berpakain, bercerminlah, kelompok masyarakat apa yang berpakaian seperti ini? If it’s the wrong kind of group/people, then change!

Guideline no. 3: Must I use the arguments of the world to justify the way I dress?
Biasanya nih kalo kita berpakaian yang sedikit keluar dari batas normal, kita berkata, “Ah, orang lain juga pake baju kayak gini.” 1 Korintus 2:5 katakan:

Jangan iman kamu tergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Tuhan.

Alkitab katakan kita hidup di dunia, tapi kita bukanlah dari dunia. Kita yang sudah dibeli oleh darah Kristus bukan lagi milik dunia ini. So, pakailah hikmat Tuhan saat berpakaian, jangan menjadi bagian dari dunia ini.

Guideline no. 4: Will I make others stumble? 
Zaman sekarang banyak banget orang berpakaian utk menarik perhatian. Intinya, saat berpakaian, look again in the mirror, and ask yourself, “Am I sending sexual temptations to other people who see me? Will I make others stumble and weak?” Matius 8:7 katakan:

Alangkah celakanya dunia ini karena hal-hal yang menyebabkan orang berdosa. Memang hal-hal seperti itu akan selalu ada, tetapi celakalah orang yang menyebabkannya!

Waduh! Pokoknya jangan mau deh jadi orang yang menyebabkan orang lain berdosa! 


So, those are 4 guidelines. Sebenernya ada satu lagi yaitu, “Apakah baju yang aku pake ini dipakai oleh the opposite gender?” Apakah baju yang aku pake ini dipake juga oleh cowok? Kayak celana panjang, misalnya. aku sendiri sampai saat ini masih pake celana panjang karena alasan kenyamanan. Ada ayat nih di Ulangan 22:5:

Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.

Nah, utk yang satu ini, terus terang sangat tergantung budaya dimana kita berada. Di tempat-tempat tertentu, celana panjang itu pakaian cewek, sementara di tempat-tempat lain rok itu pakaian cowok. Skotlandia adalah salah satunya, tempat di mana cowok-cowok pake rok bernama kilt. Firman Tuhan gak pernah bilang bahwa rok itu baju cewek, celana itu baju cowok. Jadi, kalau ayat yang satu ini, menurutku kita harus bijak terhadap budaya di mana kita berada. Salah satu alasannya adalah supaya kita gak jadi batu sandungan untuk orang-orang di sekitar kita. 

Ok... those are all the guidelines. Now what? Menurut aku, penting sekali kita memakai hikmat. Tidak ada yang bisa mutlak mendikte kita: pakaian ini salah, pakaian itu betul. It’s important to see:
Where we are. Misalnya nih di negara-negara Arab, terutama Saudi Arabia, cewek-cewek kudu berpakaian tertutup. Jadi kalau sedang berada di tempat seperti ini, aku rasa kita semestinya menyesuaikan dengan orang lokal. Waktu kami pelayanan misi di Mesir, cewek-cewek dikasih tau untuk pake baju panjang, rok panjang, dan rambut diikat. Ada beberapa teman aku yang lupa. Eh, ternyata cowok-cowok di situ betul-betul ngiler kalo liat rambut cewek yang berkibar-kibar! Sampe ada cowok yang datengin teman aku dan pegang-pegang rambutnya dengan pandangan gak jelas gitu. -.- Nah, waktu kami di Papua Nugini, kami diberitahu bahwa kami HARUS pake rok panjang. Atasannya boleh tangan buntung, tapi yang pasti rok kudu panjang atau setidaknya nutupin dengkul. Waktu aku nyampe di situ, aku sempat ngobrol dengan salah satu wanita lokal dan dia bilang, “Yup..karena di Papua Nugini, dengkul cewek itu adalah sesuatu yang dianggap sangat seksi.” Yang unik, bagian dadanya malah gak dianggap seksi! Jadi kalo ke daerah yang agak pedalaman di sana, banyak cewek-cewek yang bertelanjang dada, tapi pake rok panjang. So, menurut aku cara berpakaian kita itu harus sesuai dengan budaya setempat. Di Indonesia mungkin kalo pake baju serba hitam keliatan kayak pemuja setan, tapi mungkin di negara lain pake baju serba hitam itu part of the culture. So be wise. :) 

Acara apa yang sedang kita hadiri. Misalnya kita ke pemakaman orang Tionghoa, dengan berpakaian serba merah—bisa-bisa kita langsung ditendang keluar ama keluarganya. Why? Karena warna merah itu berarti sukacita dalam budaya Tionghoa, sangat tidak sopan untuk dipakai ke pemakaman. Jadi ya intinya kita harus bijak dan minta hikmat Tuhan, termasuk dalam hal berpakaian. :) 

Monday, March 12, 2018

Blood Covenant and Virginity



by Nelly

Bagaimana kalo kamu sudah kehilangan keperawananmu sebelum menikah?

Tulisan ini terdapat di majalah pearl edisi no.10 :)


Nah setelah gue ketemu Jesus dan bertobat di taon 2002, gue beberapa kali kesaksian tentang masa lalu gue yang seks bebas. Jadi sebenernya udah ada beberapa orang yang tahu. Semakin gue mendalami Tuhan, semakin gue menggebu-gebu kesaksian soal itu. Jadi smakin banyak orang yang tau hehe. Dan salah satunya adalah calon suami gue (call him G). Saat itu kita masih baru aja kenal di taon 2006, dan bisa dibilang di pertemuan kita ke empat kalinya, gue udah bersaksi di depan dia dan satu anak youth cewe hehe. Saat itu gue tau gue sedang direstorasi sama Tuhan dan mengalami pemulihan, jadi untuk bersaksi bahwa gue dulu terlibat free sex (berarti udah ga perawan) itu sepertinya ga ada masalah sama gue.

Namun ternyata luka lama bisa terkuak kembali. Tahun 2007, gue pegi misi ke salah satu desa di Indonesia. Saat itu pelayanan gue adalah Love, Sex and Dating seminar. Dan gue bersaksi di depan anak-anak muda. Dan waktu salah satu dari kita bertanya pada mereka, “Maunya punya cewe perawan apa ga perawan?”, Ada salah satu cowo yang dateng, bilang, “Tentu aja mao yang perawan. Yang udah ga perawan kan berarti udah bekas.” Perkataan itu ternyata menyakitkan sekali buat gue. I thought I had already passed that, udah recovered etc. Tapi to my surprise, hati gue masih terluka denger itu. Seharian gue nangis dan nangis. But slowly God mengobati hati gue and menguatkan gue lagi.

Selama beberapa bulan kemudian, Tuhan terus membawa dan membukakan panggilan gue. Smakin kelihat kalo Tuhan mao gunain gue terus menekuni panggilan gue di anak-anak muda, terutama tentang Love, Sex and Dating. Gue hanya focus mengejar panggilan di bidang misi saat itu. Dan bagian tentang keperawanan gue, gue sudah kubur dalam-dalam. Yang gue tau dan gue pegang, Tuhan udah restorasi total. Jadi gue udah ga pernah pikirin sama skali tentang keperawanan.

Nah pada suatu hari, selama tiga hari berturut- turut, gue diingetin tentang my sexual past. Gue hanya bisa nangis dan nangis dan meminta maaf, padahal dulu udah pernah minta maaf ama Tuhan, tapi ga tau kenapa saat itu dibuka lebih dalam lagi sama Tuhan, the weight of my sin. Tapi Tuhan berjanji saat itu sama gue, that He would restore everything as new. Pas gue lagi mandi, gue liat my blood (maaf), darah menstruasi gue ngalir. And tiba-tiba terbersit kata-kata ‘blood covenant’ (ikatan perjanjian darah). Gue langsung terasa ‘jleb’ karena gue udah ga ada. In marriage, persatuan tubuh suami istri dilambangkan dengan tumpahnya darah keperawanan. Di Alkitab, the strongest covenant between human and God, always involved blood. Through animal sacrifice. Saat Tuhan membuat covenant dengan manusia to save mankind from eternal sin, He used Jesus’ blood. God uses Blood to symbolize covenant in many examples. Even in marriage. 

Ever wonder why kok Tuhan kasih yang namanya keperawanan? Dan kita cewe-cewe bisa berdarah di malam perkawinan? Tuhan mao symbolize persatuan kita sebagai husband and wife dengan pertumpahan darah. Maka itu seks adalah hubungan sangat-sangat kudus yang diberi Tuhan. Ikatan perjanjian antara suami istri di depan Tuhan. Bersatu menjadi satu tubuh, jiwa dan roh. It is called Blood Covenant. Itu adalah perjanjian seumur idup. 

Thats why when we had sex before marriage, kita berdosa karena menodai sesuatu yang kudus, perjanjian antara laki-laki dan wanita untuk seumur hidup (belon tentu kan dikau bakal merit ama cowo itu) dan membuatnya menjadi kutuk. Bisa Aids lah, penyakit kelamin lah, dan meskipun ga sampe kena penyakit kelamin, itu bisa berdampak ke perkawinan kita nanti.

Nah waktu kata ’Blood Covenant’ itu tiba-tiba terbersit di pikiran gue pas liat my menstrual blood, gue jadi sedihhhhhhh bgt. Karena gue udah ga ada. I won’t have any blood covenant with my future husband. Pas gue sadar itu, gue nangis. Tapi Tuhan bilang sangat lembut... “My grace is enough for you...“ and Tuhan bukain tentang pengorbanan Jesus for me. Karena itulah DARAH YESUS DITUMPAHKAN. 

For me.

Gue ga bisa menumpahkan darah keperawanan lagi, but thats why Jesus shed His blood for me. To cover my sins. And His blood is enough to cover EVERYTHING. Karena gue udah kehilangan blood covenant in marriage, Jesus udah tebus itu dengan darah-Nya. Darah Yesus itu cukup untuk my covenant nanti ama calon suami. Waktu gue dapat revelation itu, gue udah dikuduskan, disucikan dan diperbarui, darah Yesus itu cukup, bahwa darah ditebus dengan Darah, hati gue jadi tenangggggg banget. 

Nah saat ini adalah saat dimana gue lagi bener-bener doain pasangan idup, alias G. Ga kebetulan Tuhan buka lagi tentang my keperawanan, He wanted me to deal with it sebelum gue masuk perkawinan. Karena yes, this is a major issue. Harus deal with it way before marriage. Karena kalo ditutup-tutupin akan ada masalah yang timbul nantinya. 

Setelah melalui masa-masa itu dan pergumulan mendoakan G selama 3 taon, skarang gue udah menikah sama G selama dua taon. Gue kmaren ngobrol sama dia about this article. Dan tim redaksi pingin tau sisi cowo itu gimana kalo tau cewenya ga perawan lagi. Ini adalah hasil dari our discussion... 

1. Cowo yang di dalam Tuhan akan lebih mudah menerima cewenya yang udah ga perawan. Tapi dia harus benar-benar di dalam Tuhan, bukan cuma Kristen KTP. Kalo dia ngerti yang namanya kasih karunia Tuhan, dan bahwa kita semua adalah orang yang berdosa, termasuk dia, but yet Tuhan masih mengampuni. Cowonya akan menerima si cewe dan mengampuni masa lalu cewenya. Cowo itu akan meneruskan kasih karunia dari Tuhan buat sang cewe. (Red: Bisa baca buku Joshua Harris Boy Meets Girl, di situ ada pergumulan Joshua untuk menerima calon istrinya yang sudah ga perawan lagi. Yah that’s hard but God helped him through it)

2. Nah cowo yang ga di dalem Tuhan ini yang repot. Akan susah menerima. Mungkin juga dia Ok-ok aja, but ini akan jadi masalah nanti di perkawinan. Bisa membanding-bandingkan hubungan intim saat kalian udah menikah, dengan pasanganmu yang dulu. Meskipun ga ngomong, hal itu bisa dipendem di hatinya. Dia bisa aja menjadi menuntut banyak hal dalam perkawinan, karena dia merasa dia ‘lebih’. Bisa juga mengungkit-ungkit masa lalu. Selingkuh karena ga puas dll.

Nah kalo dari sisi G, gimana reaksi dia saat dia tau kalo pasangannya dah ga perawan? Sebenernya G sendiri masa lalunya berantakan juga. Hampir juga jadi gigolo wkwkkwwk. Akhirnya dia bertobat dan fokus melayani Tuhan. 

G pernah pacaran sama satu cewe, sama-sama pelayanan di gereja. Dan cewe ini cantik bgt, idola para cowo-cowo dan juga rohaninya bagus, sempat masuk Miss Indonesia lagi wkwkw. Si G sempet nanya sama Tuhan, kenapa kok dia bisa sama si cewe cantik ini padahal masa lalu G jelek abis. Dia heran aja kenapa bisa dapet sesuatu yang bagus. Nah Tuhan bilang sama dia , karena dulunya G itu rusak banget, dia ga bisa appreciate woman’s beauty. Dia bisa ngerusak wanita dengan gitu gampang, and bisa nelanjangin wanita dengan matanya. Nah waktu G jadian ama cewe cantik ini, Tuhan bilang that G now could learn how to appreciate God’s beauty for woman. Mereka pacaran selama 2 taon. Dan karena beberapa hal, mereka akhirnya putus baik-baik. 

Kira-kira 2 taon kemudian, Tuhan bilang sama dia kalo gue itu buat dia dari Tuhan. G sempet protes dan ga mao sama gue, karena kok sekarang dikasih yang sama-sama rusak backgroundnya? Bukannya dulu, waktu pacaran sama cewe cantik itu, Tuhan mao ajarin dia tentang appreciate woman’s beauty. But Tuhan terus meneguhkan bahwa gue emang buat dia. And after so much struggle, confirmation and dihancurin Tuhan selama 2 tahun itu, akhirnya G mao tunduk hehe. Dan Tuhan pelan- pelan menumbuhkan rasa cinta G buat gue, no matter what my past was. Tuhan juga ingetin G tentang kasih karunia. Tuhan udah memulihkan G dan membuatnya jadi baru, dan Tuhan juga lakukan hal yang sama buat gue. So akhirnya G udah ga ada masalah lagi dengan masa lalu gue karena Tuhan sudah berbicara.

So girls, kalau pacarmu itu bener-bener sudah di dalam Tuhan dan sudah menerima kasih karunia Tuhan (sekali lagi bukan cuman sekedar Kristen dan pelayanan), Tuhan bisa bicara sendiri padanya dan mengubah hatinya. And it’s much much much MUCH better to confess to our boyfriend lonngggg wayyy before merit. Jangan confess pas waktu kalian udah mao merit besoknya gitu. Itu mah terlalu nyerempet wkwkwk. Emang GA GAMPANG untuk ngaku. That’s why u really need to know and dig deeper about who u are in God. Saat kamu secure and aman dalam Tuhan, kamu akan mendapatkan kekuatan extra untuk mengaku.

Waktu gue kesaksian gue udah ga perawan dll ke depan anak-anak muda dan sekolah-sekolah, yang jumlahnya bisa sampe 800 students dalam satu aula, of coz gue gemeteran. Di desa and kota-kota kecil di Indo lagi. Yang tentunya hal begini masih tabu. Apalagi gue belon merit and masih single. But what made me keep going on ya karena the big burden in my heart to share how God rescued me and healed me, gave me second chance. Itu yang bikin gue maju dan meskipun jatuh bangun, gue bisa bangkit lagi karena Tuhan kasih extra kekuatan. And He gave me a purpose. And hasilnya adalah ga sedikit anak-anak cewe (students2) itu dateng ke kita2 para missionaris dan minta didoakan, ada yang slama ini memendam rahasia kalo dia waktu kecil udah diperkosa dan ga ada satu pun yang tau, ada yang dilecehkan sama cowonya dll. Dan saat mereka mengaku, mereka mengalami pelepasan.

What I’m saying is, rahasia dosa yang kamu simpan, lama- lama akan menjadi busuk. If u don’t confess that kamu udah ga perawan sama ur pasangan, rahasia ini akan menyerang balik kamu. Dalam perkawinanmu nanti, atau dalam hubunganmu yang sekarang. Kamu ngerasa takut kalo ketahuan, so ur relationship now ada sesuatu yang disembunyikan, ga tulus, ga bebas dalam Tuhan. Nanti ini bisa dibawa sampai ke perkawinan. Akan terus menggegorotimu dari dalam.

Kalo kamu mengaku, akan terjadi kelepasan yang luar biasa di hati. But u have to be ready with the consequences. Apakah kamu siap bayar harga? Bagaimana kalo cowomu bakal ninggalin kamu? To be able to do all these, u have to be really secure in God and mendapatkan kekuatan dari Dia. Kuatkan dirimu dulu dalam Tuhan, He will never fail u. He will give you strength. And misalnya cowo mu meninggalkan kamu, kamu masih bisa berdiri karena kamu tahu Tuhan masih sayang kamu no matter what. Dan Tuhan will give you the best. Dia rindu memberi kamu yang terbaik. Apakah Tuhan adalah segala- galanya bagimu? Or cowo mu adalah segala-galanya bagimu? Or maybe cowo ini bukan dari Tuhan? Kasarnya... praise God, kamu dibukain sekarang, daripada nanti sudah menikah, malah banyak masalah :) Kalo sudah menikah, u can’t go back. Jangan sesali nanti waktu sudah menikah.

Yang gue yakin banget, kalo dari Tuhan, cowo mu ga bakalan pegi jauh-jauh. Tuhan pasti bisa ngomong sama dia. (Red: Ingat cerita Maria dan Yusuf orang tua Yesus? Yusuf sudah hampir menceraikan Maria, tapi Tuhan sendiri campur tangan dan menyakinkan Yusuf) Tuhan juga pasti bisa memulihkan hatinya. 

Nah gimana kalo cowonya ga didalam Tuhan? Alias belon lahir baru dll. Yah tetep aja kamu harus confess. Kalo dia meninggalkan kamu, don’t be sad. Jesus has redeemed u and make you HIS LOVER. He is the greatest lover a woman can ever have. Cowo bisa ninggalin kamu, Jesus will not. Belajarlah to put Him above everything else. Kehilangan cowomu akan terasa lebih ringan waktu kamu tahu kamu lakuin semua ini for Him. And He honors that. 

Before confessing, u just need to strengthen your heart and said to God, ‘”Please help me to be ready“. Jangan ngomong terus ke hati kamu ‘aduh, gue ga mao deh ngaku. Ga bakal ngaku. Gue pendem terussss’. Kalo kamu ngomong gitu terus ya susah. Harus belajar buka hati untuk mengaku. Nanti juga Tuhan akan menguatkan.

When u are really secured in His love and know that He is with you no matter what, you will be ready to let your boyfriend go. No matter he will leave you or not, God is still good and you can still praise Him. You put Him above your guy. :) 

The most important thing is, are you willing to surrender to His will? When u said u trust Him, do you really trust Him? 

Don’t be sad kalo kamu udah kehilangan keperawanan kamu. Tuhan sudah restorasi total. You are a brand new woman, full of His grace and mercy. Saat kamu dalam Tuhan, Dia sedang mempercantik kamu luar dalam... and trust me, one day a godly man will come and notice you :) Kalo dia ga notice pun, Tuhan bakal templak and bikin dia notice... HAHAHA seperti kisah gue and my husband :) 


———-

For those who are still perawan, be proud in saving your virginity for your wedding night. Biarin aja kalo dunia bilang bego kenapa nyimpen perawan sampe merit. Forgive them Lord as they don’t know what they are doing...