by Yunie Sutanto
"Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain.
(Matius 21:33-35 / TB)
(Sebelum kita mulai, ada baiknya Pearlians membaca perikop Matius 21:33-46 terlebih dahulu)
Perumpamaan Penggarap Kebun Anggur sejatinya ditujukan Yesus bagi orang-orang Farisi, para ahli Taurat dan tua-tua Israel masa itu. Israel, yang notabene umat pilihan-Nya, telah dikhususkan oleh Allah untuk menggarap sebuah rencana illahi. Namun, merekalah yang justru menolak nabi-nabi utusan-Nya, dan bahkan saat Anak-Nya sendiri diutus untuk menggenapi rencana ilahi tersebut, mereka malah menyalibkan-Nya. Mereka digambarkan seperti para penggarap kebun yang menolak hamba-hamba utusan tuan tanah.
Saat tuan tanah pemilik kebun anggur itu tahu apa yang diperbuat penggarap-penggarap kebun anggur terhadap hamba-hambanya serta anaknya, apakah yang akan dilakukannya terhadap penggarap-penggarap itu? Maka Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan bertanggungjawab untuk menyerahkan hasil kebun pada waktunya.
Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu. Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka.
(Roma 11:11-12 / TB)
Saat rencana ilahi-Nya disambut dengan penolakan Israel, Allah mempersiapkan skenario lain. Kini, bangsa-bangsa lain pun beroleh kesempatan ikut menggarap kebun anggur rencana ilahi-Nya. Ada anugerah tersendiri bagi kita yang terpilih untuk percaya kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat!
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
(1 Petrus 2:9-10 / TB)
Marilah kita renungkan perumpamaan ini secara lebih kontekstual.
Perumpamaan ini mengingatkan tentang tanggung jawab menggarap dan mengelola titipan ilahi. Perumpamaan ini mengajar kita sebagai umat-Nya bahwa kita adalah penggarap-penggarap kebun anggur-Nya. Ada tugas yang dipercayakan-Nya bagi kita, umat pilihan-Nya. Ada amanat Agung yang dititipkan untuk kita garap sampai musimnya tiba, saat Yesus datang kembali untuk kedua kalinya.
Saat menyewakan kebunnya, sang tuan tanah mempercayakan pengelolaan kebun anggurnya pada para penggarap-penggarap kebun anggur. Ia pun bisa tenang berangkat ke negeri lain, sebab ia tahu kebun anggurnya sudah ada yang mengurus. Ia tinggal menunggu hasil panen anggur pada musimnya.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
(Yohanes 15:16 / TB)
Buah yang dihasilkan karena menggarap titipan ilahi, inilah yang Tuhan Yesus nantikan dari umat pilihan-Nya. Buah yang dihasilkan ini adalah untuk dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.
// MINDSET PENGGARAP VS MINDSET PEMILIK
Saya teringat curhat seorang ibu yang menyewa mainan rumah-rumahan untuk anaknya. Masa sewa mainan tersebut 1 bulan, boleh diperpanjang jika tidak ada peminat lain. Rupanya sebulan berlalu dengan cepat bagi si bocah. Ia sudah merasa terbiasa dengan adanya mainan rumah-rumahan tersebut. Saat tiba waktunya dikembalikan, ia meronta-ronta marah dan berujung tantrum. Mirip dengan si penggarap kebun anggur yang menolak memberikan hasil kebun anggur kepada tuan tanah, anak ini merasa memiliki mainan tersebut.
Mindset seorang penggarap (baca: pengelola) adalah menyadari bahwa yang ia kelola hanyalah titipan yang harus dikembalikan. Masalah timbul jika si penggarap mempunyai mindset pemilik. Ia merasa memiliki dan berhak atas titipan tersebut.
Hidup ini adalah titipan. Saat masanya tiba, bukankah kita pun akan diminta pertanggungjawaban oleh Sang Empunya Hidup, yakni Allah?
Hidup di dunia ini ada batas waktunya. Apapun yang dipinjamkan kepada kita, ada masanya untuk dikembalikan pada Sang Pemilik, yakni Allah.
- Talenta yang dipercayakan pada kita, sudahkah kita kembangkan dengan maksimal?
- Tubuh yang dianugerahkan pada kita, sudahkah kita rawat dengan baik?
- Harta yang dititipkan pada kita, sudahkah kita kelola dengan bijak?
- Keluarga dimana kita dilahirkan dan ditempatkan, sudahkah kita kasihi sebagaimana mestinya?
- Anak yang dititipkan oleh-Nya untuk diasuh dan dibesarkan, sudahkah kita didik dalam kebenaran?
- Pasangan hidup yang ia percayakan untuk mendampingi kita, sudahkah kita kasihi seperti yang Tuhan kehendaki?
- Begitu luasnya kebun anggur yang Dia percayakan dalam hidup kita, bukan?
Allah ingin kita memiliki mindset penggarap kebun anggur yang "tahu diri" dan bisa dipercaya. Penggarap yang selalu ingat bahwa kebun anggur kita hanya dipinjamkan untuk dikelola sebaik-baiknya bagi kemuliaan-Nya.
Kiranya kita dengan setia menggarap kebun anggur yang dipercayakan-Nya, hingga kebun Anggur kita berbuah lebat bagi kemuliaan Tuhan. Sebab buah-buah tak pernah berdusta. Dari buah-buah kehidupan kitalah, Allah mengenal kita. Dari buah-buah kita pula, Allah kita dikenal.
Mari terus menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya!