Friday, October 20, 2017

A Moment to Pause


by Leticia Seviraneta

Saat kita bangun tidur, biasanya anak sudah bangun dan aktif berkeliaran di rumah. Lalu dengan mata masih setengah tertutup kita ‘menangkap’ mereka, memandikan, serta memakaikan baju. Setelah itu, kita menyiapkan sarapan dan membantu mereka menghabiskan makanannya. Terkadang harus ada selingan episode lari-larian karena anak tidak betah duduk diam untuk makan. Setelah mengantarkan mereka sekolah, kita baru bisa mandi untuk siap-siap bekerja. Daftar to-do-list ini bila diteruskan bisa sangat panjang hingga kita berteriak di dalam hati: STOP! I NEED A BREAK! 

Ketika kita memulai hari kita dengan sederet kegiatan, tanpa memberikan jeda waktu untuk beristirahat dan mengambil waktu untuk re-charge diri kita, kita akan mengalami burn out. Kita akan kelelahan secara fisik dan emosional. Kemudian kita dapat dengan mudah tersulut amarahnya oleh kesalahan-kesalahan si kecil, perkataan orang sekitar, atau hal-hal lain. Oleh karena itu, jeda itu PENTING! 

Jeda waktu di sela aktivitas-aktivitas itu adalah margin of time. Richard Swenson, M.D mendefinisikan margin sebagai berikut: 

“Margin is the space between our load and our limits. It is the amount allowed beyond that is needed. It is something held in reserve for contingencies or unanticipated situations. Margin is the gap between rest and exhaustion, the space between breathing freely and suffocating.” 

Manusia memiliki batasan. Kita dibatasi waktu 24 jam sehari, energi sekitar 1500-2000 asupan kalori per hari, batasan cadangan emosional dan sebagainya. Tentu kita mau menjadi wanita produktif yang pandai memaksimalkan waktu sebaik mungkin. Namun, kita perlu memperhitungkan batasan-batasan lain yang kita miliki dan mengelola dengan baik sedemikian rupa sehingga hari-hari kita tidak berakhir dengan kita berada pada posisi burn out

Margin dapat berupa 15-30 menit di pagi/siang/waktu hari untuk berdoa, memuji Tuhan, dan membaca Firman-Nya. Margin dapat berupa tidur sebentar 30 menit setelah melakukan aktivitas panjang yang melelahkan. Margin dapat berupa melakukan hobby yang benar-benar kita senangi di tengah padatnya kegiatan. Margin dapat berupa beragam jenis kegiatan yang membuat semangat dan energi kita kembali. 

Namun sayangnya banyak sekali yang mengabaikan pentingnya alokasi untuk margin of time. “24 jam saja rasanya kurang, ini perlu ditambah lagi alokasi waktu untuk kegiatan yang terlihat ‘tidak penting’. “Well, yang terlihat tidak penting ini justru yang terpenting di dalam hidup kita. Misalnya, ketika bangun tidur agak mepet dan harus buru-buru mandi serta siap-siap berangkat kerja, rasanya segala sesuatunya dapat lebih mudah membuat jengkel sepanjang hari. Kemacetan sedikit sudah membuat marah. Tapi, bila bangun lebih pagi dan dapat memulai hari dengan tempo lebih rileks karena masih memiliki spare waktu sebelum harus berangkat, hari dapat menjadi lebih tenang dan terkendali. Demikian juga halnya dengan datang ke sebuah acara, pertemuan mepet ‘on time’ dengan ‘in time’ akan membuat jauh lebih banyak perbedaan. Untuk dapat mengantisipasi insiden bangun terlambat, kita perlu merencanakan waktu dan margin di antara setiap kegiatan kita dengan baik. Kita perlu tidur lebih awal meskipun ada godaan nonton sampai tengah malam misalnya. 
Jadi, kunci dari hari yang benar-benar efektif dan menyenangkan adalah menyadari pentingnya menyediakan margin of time yakni waktu kita berhenti sejenak dari kegiatan kita dan mengisinya dengan hal-hal yang re-charge fisik dan emosi kita serta merencanakannya dengan matang sebelumnya. 
Dalam kitab Mazmur, ditemukan seringkali kata selah. Kata selah ini bahkan muncul sebanyak 71 kali! Arti kata selah ini sendiri sesungguhnya tidak diketahui pasti. Namun ada beberapa komentator percaya selah berasal dari kata Ibrani “salah” yang artinya “to pause”. Lalu pengertian ini berkembang sebagai tanda notasi musik agar penyanyi maupun pemusik berhenti sejenak, baik untuk menghela napas atau untuk memuji Tuhan dari lubuk hati yang terdalam. “All the earth bows down to you; they sing praise to you, they sing the praises of your name. Selah!” (Psalm 66:4) 

Pemazmur sendiri memberikan penekanan pentingnya penyanyi dan pemusik untuk berhenti sejenak dan merenungkan kembali Tuhan yang mereka sembah. Hal ini membuat pujian selanjutnya menjadi semakin menyentuh mereka dan mengubahkan hidup mereka pada akhirnya. Yesus di tengah padatnya pelayanan mengajar dan menyembuhkan orang-orang sakit selalu menarik diri dari kerumunan orang untuk berdoa. Bahkan terkadang Ia memisahkan diri dari murid-murid-Nya untuk berdoa (Mat 14:22-23). Should’t we do the same? Should’t we pause for a moment to pray and praise him? Margin of time doesn’t just happen, we need to fight to make it happen. Jika itu berarti bangun sedikit lebih pagi, datang ke kantor sedikit lebih pagi, melakukan pekerjaan rumah sedikit-sedikit secara lebih rajin; maka lakukanlah. Be blessed with the impact of margin in your life. Then may our core hearts remain healthy and joyful to be blessing for others!

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^