Showing posts with label Christ. Show all posts
Showing posts with label Christ. Show all posts

Friday, December 28, 2018

Jika Ada Lemari di Kerajaan Surga


by Sarah Eliana

Gw tulis ini beberapa hari lalu. Pertama-tama tulis in English, trus akhirnya gw terjemahin. Kalo kamu mau baca versi Indonesia-nya scroll terus ke bawah.


// English Version

If there was a cabinet in the throne room in Heaven, what do you think would be in it? Golden crowns worn by King David? Queen Esther's velveteen purple robe? or the kingly staff of King Solomon? I think not. 

I think we would be surprised if we peek inside that cabinet, for in it we would find no grandeur nor splendor. In that cabinet, we would find instead courageous humility, faithful generosity, risky love, and reckless abandonment of life for the Lord. In that cabinet, we would find a young shepherd's slingshot. In the cabinet, we would find a harlot's robe. In the cabinet, we would find a boy's lunchbox... A widow's mite... The jawbone of a donkey. 

Put your hands inside the cabinet. Touch the things inside. Feel the roughness of the rod that split the Red sea. Smell the lingering scent of the perfume that soothed Jesus' calloused feet. Put against your cheek and feel the softness of the clothes made by Tabitha. Trace your fingers along the rough edges of the blood-stained tree. Can you feel the agony He felt? Can you hear His scream "Eloi Eloi lama sabachtani?"?

A young shepherd's slingshot... Killed a giant. A harlot's robe... Saved the life of Joshua's spies. A boy's lunchbox... Fed 5000 people. A widow's mite... Used for God's work. The Jawbone of a donkey... Killed a thousand Philistine enemies. The blood stained tree... On it hung the Prince of Heaven so that you & I may live. Courageous humility. Faithful generosity. Risky love. Reckless abandonment of life for the Lord. 

We hear God asks of us. Sometimes we obey. Sometimes we don't. I wish I could say that I've always obeyed, but that would be a lie. I don't always obey. Sometimes out of sheer selfishness. Sometimes out of the feeling of incompetence... Of a lack of faith that God could use me or my gift for His great work. 

But then God reminds me of the anonymous man who gave his donkey to Jesus. A donkey. Not a majestic horse nor a kingly chariot. Just a dumb donkey... And yet, on that donkey Jesus entered Jerusalem as the King who brought peace and salvation to a nation torn by distrust, unbelief, desperation and oppression. On that donkey, He was hailed as King "Blessed is He who comes in the name of the Lord. We bless you from the house of the Lord..." On that donkey He rode, fixing His eyes on His mission... To die on a Roman cross for you and for me. On a donkey the King rode... Not a horse nor a chariot. Just a donkey. 

No gift is too small for our Big God. No present is worthless. No generosity goes wasted when given to the Owner of the universe. Give it... Give it all to the One who will use your 'small' gift for Big purposes... For the glory of the King of kings... And don't be surprised when you get to Heaven and see your gift in that cabinet in the throne room. 

Will your tear stained handkerchief be there... The handkerchief that has wiped away the tears and sweats of God's warriors. Will your pen be there... The pen that has written so many kind and encouraging words to the members of the body of Christ. Will your knee torn jeans be there... The jeans that have witnessed your battles against the powers of this dark world and against the spiritual forces of evil in the heavenly realms... The battles that you fought, down on your knees. Have you, like the unknown man, so generously and willingly given your donkey to the Lord of lords that He might ride on it and enter a city... A heart... A life? It is time. 


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


// Versi Bahasa Indonesia

Jika ada lemari di ruang tahta di Surga, apa menurut kamu yang akan tersimpan di dalamnya? Mahkota emas yang dikenakan oleh Raja Daud? Jubah beludru ungu milik Ratu Ester? atau tongkat raja kepunyaan Raja Salomo? Saya pikir tidak.

Saya pikir kita akan terkejut jika kita mengintip ke dalam lemari itu, karena di dalamnya kita tidak akan menemukan kemegahan atau keindahan. Dalam kabinet itu, kita akan menemukan kerendahan hati yang penuh keberanian, kemurahan hati yang setia, cinta yang berisiko, dan hidup penuh pengabdian terhadap Tuhan. Dalam lemari itu, kita akan menemukan ketapel milik seorang gembala muda. Dalam lemari, kita akan menemukan tali kepunyaan seorang pelacur. Dalam lemari, kita akan menemukan kotak bekal makan siang milik seorang anak laki-laki... Dua peser koin persembahan seorang janda... Tulang rahang seekor keledai.

Masukkan tanganmu ke dalam lemari. Sentuh benda-benda di dalamnya. Rasakan kekasaran dari tongkat yang membelah Laut Merah. Hela wangi sisa-sisa parfum yang menyeka kaki Yesus yang lelah. Rasakan di pipimu kelembutan pakaian yang dibuat oleh Tabitha. Sentuh dengan jarimu sepanjang tepian sebatang kayu yang bernoda darah. Dapatkah kau rasakan penderitaan Dia rasakan? Dapatkah kau dengar teriakan-Nya "Eloi Eloi Lama sabachtani?"?

Ketapel seorang gembala muda... Membunuh raksasa Filistin. Tali seorang pelacur... Menyelamatkan mata-mata Yosua. Bekal makan siang seorang anak kecil... Memberi makan 5000 orang yang kelaparan. Dua peser sang janda... Digunakan untuk pekerjaan Tuhan. Tulan rahang keledai... membunuh seribu musuh. Batang kayu berlumuran darah... Di atasnya sang Pangeran Surga menyerahkan hidupNya supaya engkau dan saya memperoleh hidup. Kerendahan hati yang penuh keberanian. Kemurahan hati yang setia. Cinta yang berisiko. Hidup penuh pengabdian terhadap Tuhan. 

Kita seringkali mendengar Tuhan memanggil kita. Kadang-kadang kita taat. Kadang-kadang kita tidak. Saya berharap saya bisa mengatakan bahwa saya selalu taat, tapi itu adalah sebuah kebohongan. Saya tidak selalu taat. Kadang-kadang ketidak-taatan itu keluar dari keegoisan belaka. Kadang-kadang keluar dari perasaan ketidakmampuan... Kurangnya iman bahwa Tuhan bisa menggunakan saya atau hadiah saya untuk pekerjaan besar-Nya.

Tapi kemudian Tuhan mengingatkan saya pada orang tak dikenal yang memberikan keledainya kepada Yesus. Keledai. Bukan kuda megah ataupun kereta raja yang berkemilauan. Hanya keledai bodoh... Namun, dari atas keledai itulah Yesus memasuki Yerusalem sebagai Raja yang membawa damai dan keselamatan untuk bangsa yang koyak oleh ketidakpercayaan, keputusasaan, dan penindasan. Dari atas keledai itu, Dia diagung - agungkan, "Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!"

Ditungganginya keledai itu, dengan mata terfokus pada misiNya... Untuk mati di atas kayu salib untuk engkau dan saya. Dari keledai itu sang Raja melaju... Bukan dari kuda atau kereta raja. Hanya seekor keledai. 

Tidak ada hadiah terlalu kecil untuk Tuhan kita yang besar. Tidak ada hadiah yang tidak berharga. Kemurah-hatianmu tidak akan terbuang sia-sia bila diberikan kepada San Pemilik alam semesta. Berikan... Berikan semuanya kepada Dia yang menggunakan hadiah 'kecil'mu untuk pekerjaanNya yang agung dan dahsyat... Untuk kemuliaan Raja segala raja... Dan jangan kaget ketika engkau tiba di surga dan melihat hadiahmu tersimpan di lemari di ruang takhta.

Apakah saputangan bernoda air matamu akan berada di sana?... Sapu tangan yang menyeka air mata dan keringat para prajurit Allah yang kelelahan. Apakah pena-mu akan tersimpan di lemari itu?... Pena yang telah menulis begitu banyak kata-kata yang mendorong dan menyemangati anggota tubuh Kristus? Apakah jeans-mu yang terkoyak di lutut akan tergantung di lemari itu?... Jeans yang telah menyaksikan pertempuranmu melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh - roh jahat... Pertempuran yang engkau perjuangkan di atas lututmu. Apakah engkau, seperti orang yang tidak dikenal itu, begitu murah hati dan rela memberikan 'keledai' Anda kepada Tuhan segala tuhan untuk Ia tunggangi saat memasuki sebuah kota... Sebuah hati... A life? Inilah saatnya.

Friday, December 21, 2018

Alone with Christ


by Grace Suryani Halim

Sate gue beberapa hari yang lalu yg dari My Utmost for His Highest itu menamplak gue. Yaitu judulnya Have You Ever Been Alone with God? 

Ayatnya diambil dari,

"He did not say anything to them without using a parable. But when he was alone with his own disciples, he explained everything."
(Mark 4:34)

Jadi Markus 4 ini bicara tentang pengajaran Tuhan Yesus. En ketika dengan orang banyak, Tuhan Yesus selalu mengajar dengan perumpamaan. Kerajaan Allah seumpama blablabla. Semuanya perumpamaan. Tapi ketia Ia sedang SENDIRIAN dengan murid-murid-Nya, Ia menjelaskan semuanya. 

Salah satu pertanyaan yang mungkin sering ditanyakan oleh orang adalah, "Gimana caranya gue pas baca Alkitab ngerti ini maksudnya apa?!?" 

Emank Alkitab kadang sulit dimengerti guys. Karena itu ngga heran akhirnya banyak orang lebih suka denger penjelasan org laen, lebih suka baca buku renungan (atau blog! hehe) daripada baca sendiri dari Alkitab. Ngga salah sih denger penjelasan org laen maupun baca dari buku renungan, tapi firman Tuhan yang Tuhan kasih berupa rhema kepada kita itu biasanya efeknya jaaauuhhhh lebih besar daripada kalo kita ngga dapet itu sendiri. 

Ibaratnya sama kayak ngerjain soal matematika, lebih gampang nyontek toh? :p atau ngeliat kunci jawaban. Tapi kalo begitu, ntar pas kita ujian, kadang ngga gitu nyantol lagi ingatannya. Bandingkan dgn bikin PR sendiri dah tiba-tiba EUREKAA!! Tiba2 loe ngerti kenapa ini persamaan begini dan bukan begono. Kayak ada bohlam lampu nyala di otak loe. Hehehe. Kalo yang model begini biasanya loe bakal inget lebih bae, en ngga sekedar ingat tapi loe jadi MENGERTI. kalo ujian lebih gampang dah... 

Demikian juga dengan ketika kita saat teduh pribadi en dari Alkitab bener2 merenungan Firman Tuhannya. Kalo dapet sesuatu biasanya it can change ur life... Ketika ada pengertian yang Tuhan bukakan en membuat kita mikir, "Oooo... Begini toh maksudnya." Wah gila itu luar biasa banget. 

Nah itu yang gue dapatkan dari ayat Markus 4 tadi. :p Ada 2 cara untuk mengerti firman Tuhan:

1. Sendirian bersama-sama dengan Allah
Di zaman sekarang sendirian itu susah loh. :p Kemana-mana ada HP en BB or Iphone yang nempel dengan kita. so bener2 sendirian hanya berdua dengan Tuhan itu butuh usaha SENGAJA melakukannya. alias bener2 sediain en mengkhususkan waktu untuk sendiri dengan Allah. tanpa gangguan FB, YM, Twitter dkk. 

2. Menjadi Murid
ini lebih sulit lagi. Hahaha. Kalo buat sendirian aja sudah cukup sulit, maka yang kedua lebih sulit lagiiii. Kenapa?? Karena ngga semua orang Kristen itu adalah murid Yesus. Waktu zaman JC ada di dunia, banyak orang mengikut Dia. Banyak yang kerumunan, banyak yg pengikut setia, tapi yang disebut murid cuman 12. 

Sekarang juga sama. Kalo di liat dari data statistik orang Kristen mah banyak di mana-mana. tapi berapa banyak yang benar-benar murid?? Berapa banyak yang serius en mo radikal buat Tuhan Yesus? Berapa banyak yang bener-bener mau taat 100% dengan segala konsekuensi?? Ngga banyak. Lebih banyak yang crowd, kerumunan. 

Kenapa? karena syarat jadi murid Kristus itu berat. Di Khotbah minggu kemaren, Pdt Chandra mengutip kata seseorang. "Diselamatkan, cost you nothing. Be Jesus' follower cost you something, but be Jesus' disciple cost you everything." 

Gue setuju banget. Pas di selamatkan itu gratis tis tis... Bukan karena murahan tapi krn kita ngga suka bayar harganya. Jadi pengikut Yesus, cost you something. Rajin ke gereja, persembahan, mulai ikut pelayanan. But be the real disciple will cost you everything... Kita harus mau memikul salib kita SETIAP HARI. salib yang kadang jelas keliatan seperti sakit penyakit atau kehilangan org terkasih, boss yang keras, lingkungan kerja yang tough, dll. 

En Yesus menjelaskan semua perumpamaannya hanya kepada murid-murid-Nya. Bukan kepada orang banyak. Bukan kepada orang-orang yang Ia beri makan 5 roti dan 2 ikan sampe kenyang. Rahasia Kerajaan Allah hanya Tuhan jelaskan untuk murid-murid-Nya.

Nah ketika kita baca Alkitab en bingung, waktunya kita bertanya kepada Tuhan. "Tuhan, aku sudah jadi murid-Mu apa belum ya? Jangan-jangan selama ini aku cuman orang banyak..." 


*** 


*Be, kadang aku merasa aku belum benar-benar jadi murid-Mu. kadang ngomel kalo pikul salib. kadang menunda-nunda untuk taat. aku mo jadi murid-Mu, Be. aku ngga mau jadi orang banyak yang mendengar Kau bicara tapi tidak mengerti... krn itu hidupnya ngga berubah. Aku mau jadi murid yang Kau jelaskan ttg firman-Mu en itu membuatku tau gimana aku harus berubah... 

en erhm... Kadang kurang spend time ALONE juga Be... >.< You know... Hehehe. Will try to spend more time just with You. :D muaccchh...

Friday, December 14, 2018

Radikal untuk Kristus


by Sarah Eliana 

Ada satu kata yang seringkali menggelitik anak2 Tuhan. Kata ini sering bikin kita uncomfortable. Ada yang bilang, kata ini harusnya gak masuk dalam 'kamus' anak Tuhan. Kata apa? Itu tuh... "RADICAL". Kenapa yach kalo ada yg bilang "radical" yg nongol di kepala cuman yg buruk2... Orang2 fanatik yg gak bisa show grace & love ke orang lain, orang2 yg bisanya cuman menghakimi orang lain, orang2 mengkudu (alias orang2 yg menguduskan diri sendiri... Hehe...) yach kayak orang2 farisi deh. 

Tapi apa betul sih begitu? Apa sih kata Firman Tuhan ttg menjadi radikal itu? Well, dari Firman Tuhan, menurut gw panggilan untuk menjadi radikal itu paling jelas tertulis di Matius 10:1-42. So... Gw mo bahas lewat bagian ini. =) 

Sebenernya panggilan utk radikal itu apa sih? Well, kalo gw baca dari bagian ini, menjadi radikal = menjadi murid. Tapi menjadi murid itu suuuusaaaah sekali. Kalo kita lihat di ayat 1, disitu disebutkan 12 murid. Bayangin deh... Dari begitu banyak orang yg suka ngikutin Tuhan ke mana2, yg suka dengerin kotbah Tuhan Yesus, dari 5000 orang yg dikasih makan 5 roti & 2 ikan (& sisa 12 keranjang!!), cuman 12 orang yg disebut sebagai murid Tuhan Yesus. Dan kalo kita baca bagian2 sebelon pasal 10 ini yach, kita lihat gimana Tuhan Yesus panggil ke-12 orang ini. Ada yg lagi menjala ikan, dipanggil, dan mereka tinggalkan bisnis ikannya begitu aja. Ada yg pemungut pajak, dipanggil Tuhan... Dan dia juga langsung tanpa ba bi bu tinggalkan pekerjaannya yg menghasilkan begitu banyak uang. Can you see the pattern here? There is something radical about these guys, karena itu mereka disebut murid-murid Tuhan Yesus. Mereka beda dengan orang2 yg berkerumunan dekat2 Tuhan Yesus, tapi "kurang radikal". Belon lagi yg kerumun2 karena ada maunya sama Tuhan... Minta disembuhinlah... Minta dikasih rejeki lebihlah... Atau karena suka dengerin kotbah Tuhan Yesus yg biarpun kadang2 susah dimengerti tapi menyejukkan hati. Hayo coba... Berapa banyak dari kita yg baca Firman Tuhan atau dengerin kotbah hanya karena sekedar kedengerannya enak, kata2nya menyejukkan hati? Tapi udah masuk telinga kanan yach keluar telinga kiri. Kayak bibit yg tertanam di tanah yg gak subur... Mati dalam sekejap. =( 

Jadi, siapa sebenernya yg dipanggil untuk menjadi murid? Toh di pasal 10 ini kayaknya Tuhan Yesus cuman ngomong ke 12 murid yg mula-mula. Apakah pasal ini berlaku utk kita juga? Answer: definitely! Di ayat 38 dikatakan:

"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku."
(Matius 10:38)

Barangsiapa. Kalo ada kata barangsiapa... itu artinya siapa aja. Everyone.

Trus di ayat 32:

"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
(Matius 10:23)

Setiap orang. Siapa aja. Everyone who does so. Intinya panggilan utk menjadi murid Tuhan, untuk menjadi radikal bagi Tuhan itu untuk semua orang (walaupun pada kenyataannya hanya sedikit yg betul2 menuruti panggilan itu). Jadi, kalo udah baca ayat2 ini, we know deh... Kita tuh semua dipanggil gak hanya sekedar menjadi bagian dari kerumunan orang2 yg mengaku cinta Tuhan... Tapi we are called for a higher calling: to be His disciple. 

Tapi... Apa sih maksudnya menjadi murid Tuhan itu? Gw toh udah ke gereja setiap minggu, udah saat teduh setiap hari, udah melakukan deh 10 perintah Tuhan =D Apakah itu gak cukup? Nah... Ini nih kenapa menjadi murid Tuhan itu = radikal. Ingat gak satu bagian di kitab Lukas 9:57-62 ttg seorang pemuda yg bilang mau ikut Tuhan, tapi dia minta ijin dulu supaya dia pulang and kuburin bokapnya dulu. Trus Tuhan Yesus jawab gini:

"Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."
(Lukas 9:60)

Deeeenggg... Waktu baca ayat ini yach gw agak bingung juga... Karena gw tau Tuhan itu sangat mengajarkan anak2 utk sopan ama orang tua. Tapi, kenapa di sini Tuhan malah bilang begitu? Satu hal yg gw liat di sini, mungkin si bokapnya tuh belon meninggal. Mana ada sih orang yg ngekorin orang lain ke mana-mana kalo bokap meninggal? Udah pasti dia sibuk toh dengan funeral, dll? Jadi, MUNGKIN di sini tuh bokapnya belon meninggal, tapi si anak pengen pulang dulu, take care of his parents first, kalo udah gak ada tanggung jawab dengan ortu, baru deh ikut Tuhan. Tapi di sini, Tuhan Yesus bilang... No waiting! Why? Karena every day people are dying spiritually, they need to know about the Lord Jesus who came to save them. Kerajaan Tuhan perlu diberitakan! Dan inilah panggilan seorang murid = memberitakan kerajaan Tuhan! Memberitakan kabar baik keselamatan! Dan Tuhan Yesus mau kita seperti Abraham! Heh? Abraham! Iya... Gw baru2 ini baca2 ttg Abraham, dan satu hal ttg Abraham yg sangat gw kagumi adalah his prompt obedience. Begitu disuruh Tuhan melakukan sesuatu, pasti langsung dilakonin ama dia... Gak pake nunggu2 satu dua hari! Disuruh pindah ke negara antah berantah? Yuksss... (mungkin sambil nyanyi *jangankan ke Canaan, ke Gunung Moriah aku ikut Kamu* Get it? Canaan itu tanah perjanjian utk Abraham & anak cucunya, sementara Gn. Moriah itu tempat Abraham hampir mempersembahkan Ishak). Disuruh mempersembahkan anaknya di atas altar? Ok, Tuhan, laksanakan! Nah... Tuhan tuh maunya kita seperti itu. Prompt obedience. Dan inilah salah satu sebabnya mengapa menjadi murid Tuhan Yesus itu adalah sesuatu yg sangat radikal. Memberitakan kerajaan Tuhan adalah panggilan seorang murid, dan saat dipanggil, He wants our prompt obedience! 

Being a disciple always costs us. Baca deh:

Tetapi berkatalah raja (Daud) kepada Arauna:
"Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa."
 (2 Samuel 24:24)

Raja Daud mengerti bahwa memberikan persembahan kepada Tuhan itu gak gratis. And this is what we need to apply to us. Menjadi murid Tuhan itu ada harga yg harus dibayar. We have to be ready to sacrifice our comfort, our jobs, our "success", dll. Coba liat di ayat 39, orang yg mempertahankan hidupnya akan kehilangan hidupnya. Berapa banyak dari kita yg begitu dipanggil Tuhan, langsung bingung "tapi, Tuhan, kerjaan gw gimana? Lagi naik2nya nih...", "tapi, Tuhan, kalo gw turun ke ladang misi, gimana gw mau ketemu pasangan hidup?", dll dll. Dan inilah salib yg dimaksud Tuhan Yesus, pikul salibmu, lepaskan everything else that is attached to you. Pikul salib aja udah berat, coy... Gimana mau memikul kekhawatiran2 yg lain2 lagi? Lepaskan kekhawatiran akan pekerjaan, uang, pasangan hidup, dll... And promptly obey Him to spread the Gospel of Christ. Tapi... Ini lagi omongin panggilan utk melayani Tuhan di ladang misi yach? Gimana kalo Tuhan gak panggil gw ke ladang misi? Hehehehehe... No, I'm not talking about serving the Lord di ladang misi. Karena gak semua orang terpanggil melayani di negara/daerah lain toh. I'm talking about the call of being His disciple, which is memberitakan kerajaan Tuhan. 

Memberitakan Kerajaan Tuhan itu gak hanya di ladang misi, sodara2. Pernah gak waktu lagi di tempat kerja, we pray for our colleagues? Pernah gak Tuhan bilang "Hey... Talk to this guy. He needs me," tapi dengan 1001 alasan kita bilang "ih Tuhan gimana sih, kan gak profesional banget ngomong2 ttg Tuhan di tempat kerja. Ntar gw dipecat gimana?". Atau pernah gak kita share our faith with our neighbor? our close friends? Yup... Betul, gak semua orang terpanggil untuk melayani di negara lain, tapi kita semua terpanggil untuk share God's love, grace and Gospel! Maybe your "mission field" bukan di negara lain, mungkin your mission field itu adalah rumah di sebrang rumahmu! Mungkin ladang misimu adalah cubicle di samping cubicle kantormu. Maybe it's even just down the hall from your room. Maybe it's your colleagues, your friends, or your own parents and siblings, or your roomates! Difficult, you say? Of course! Memberitakan kerajaan Tuhan itu gak gampang. Butuh waktu, butuh kebijaksanaan dari Tuhan dan butuh kekuatan dari Tuhan. Makanya itu ada sesuatu yg harus "dikorbankan" waktu kita serius mau menjadi murid Tuhan. Our comfort, our pride, sometimes even our professional life; our job! Dan panggilan untuk menjadi murid Tuhan ini betul2 serius dan radikal, makanya Tuhan sampe ngomong:

"Setiap orang yg mengakui Aku di depan manusia, 
Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa di Sorga."
(Matius 10:32)

Dan... Kalo kita gak berani cross that street, or cross that hall to share God's Word and love. Kalo kita menyangkal Tuhan Yesus supaya kita terlihat profesional... Supaya orang2 gak marah sama kita... Hati-hati...

"... Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa di Sorga."
(Matius 10:33)

Aih... Serem. Tapi, itulah radikalnya panggilan seorang murid Tuhan! God requires a lot from His disciples. Dan inilah hal2 yg Tuhan mau dari seorang murid:  Total commitment! That's what He wants from His disciples. Komitmen yg gak setengah2, tapi yg 100%, even commitment unto death. Seperti di ayat 39 katakan, 

"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."
(Matius 10:39)

Total trust! Di ayat 9-11 tuh dikatakan kalo the 12 disciples gak boleh bawa kasut, tongkat, baju, dll. Pokoknya betul2 depend on God's providence! Pokoknya gak cukup hanya believe tapi TRUST God totally. 

Total LOVE! Kasih yg tidak menjadi dingin. Mengasihi orang itu sulit lho... Apalagi kalo orang yg dikasihi ini berbeda cara pikir, cara pandang, and life style. Yang paling susah dilakukan oleh kita2 para manusia2 ini apa? Mengasihi orang yg beda ras dengan kita! Coba kalo misalnya ada kejadian gak enak di suatu tempat, biasanya yach... Orang yg lebih dulu dituduh adalah orang yg beda ras. Dan susahnya, kita semua dibesarkan dengan stereotype2 di sekeliling kita "orang dari ras ini pelit & gak mau rugi, orang dari ras itu pemalas, orang dari negara ini kasar2, dll dll dll. Tapi, justru Tuhan mau kita menjadi radikal, termasuk radikal dalam mengasihi sesama. Mengasihi tanpa ba bi bu, tanpa memandang perbedaaan (termasuk perbedaan ras!), tanpa pamrih. 

"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."
(Matius 24:12)

Total Courage! Tuhan mau kita berani. Berani untuk memberitakan kabar keselamatan "dari atas atap rumah (Matius 10:27). Tuhan mau kita supaya gak takut terhadap manusia yg hanya bisa membunuh tubuh, tapi gak bisa membunuh jiwa. Tuhan mau supaya kita berani untuk mengakui Tuhan Yesus di depan orang2 lain yg mungkin akan mencemooh kita, membodoh-bodohi kita atau bahkan membenci kita. 

Nahhh... Tapi gimana yach kita bisa memberitakan Kerajaan Tuhan ke orang lain? Apakah hanya dengan "berkotbah" aja? Kalo gitu terus, orang2 begitu liat gw udah langsung antipati donk. Udah langsung kabur duluan. hehehe... Well, memberitakan Kerajaan Tuhan itu gak cukup hanya dengan koar-koar. Remember: action speaks louder than words. Yuks liat apa kata Firman Tuhan.

"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya."
(Matius 10:24-25a)

Seorang murid itu sama dengan gurunya. Siapa guru kita? Yach... Of course, no other than Tuhan Yesus Kristus. Tapi... What did Jesus do? Kalo orang2 sekarang suka pake gelang yg ada tulisan "WWJD" - "What Would Jesus Do". Tapi, I want to talk about what Jesus did when He was living on earth, which I will discuss tomorrow. Stay tune!

Tuesday, December 11, 2018

Who Am I?


by Grace Suryani

Sangat diberkati dengan khotbah minggu tadi pagi. Membawa gue berpikir ulang tentang siapa gue... 

Selama ini kalo gue pikir siapa gue di mata Tuhan? Yang terpikir adalah, gue ini biji mata Allah, daughter of Almighty God, umat pilihan Tuhan, anak Raja, gereja-Nya, dan suatu saat nanti bersama dengan kumpulan orang percaya lainnya akan menjadi Mempelai Anak Domba Allah. That's me. I always think that I'm beloved, I'm wonderfully made, namaku terukir di tangan Tuhan, and so on and so forth. 

Itu semua ngga salah. Itu semua biblical. Itu semua memang ditulis di Alkitab. Tapi hari ini, ketika khotbah, Tuhan menyatakan siapa gue yang lain... 

I am the one that killed Jesus...
because of my sin, God's only begotten SON, Jesus Christ suffered and die... 
I am the one that killed Him

Gue yang membuat Yesus tergantung di kayu salib, setengah telanjang, dipermalukan, dihina, diejek. 
Gue yang membuat Yesus menderita... 

Kata Martin Luther, di tiap kantong kita ada paku. Paku yang menancapkan Yesus ke kayu salib... 

En itu meremukkan semua ego gue. Gue pikir gue orang bae, gue pikir I'm good enough. But that's not true! I'm the one that killed and made Jesus suffered. 

Kalo Bapa bertanya lagi "Siapa kamu?,"

jawaban gue adalah, "I'm the one that killed Your beloved SON, O Lord. Your Son die because of me... Because of my sin. Would You forgive me?" 

Kenyataan itu membuat gue jadi sadar betapa besar kasih-Nya. Ia tau siapa gue. Ia tau bahwa dosa gue yang menyebabkan Yesus disalib, Ia tahu semua. Tapi bahkan Ia mau mengangkat pembunuh anak-Nya menjadi anak-Nya sendiri... Ia mengangkat orang yang menyebabkan anak-Nya menderita dan menyebut pembunuh itu sebagai "Biji Mata-Nya.", "Pewaris kasih karunia", "Imamat yang Rajani", "Umat pilihan".

Oh betapa dalamnya kasih-Nya... Takkan pernah bisa kuselami... 

Jadi inget my all time fav hymn,


"The Love of God" (Agunglah Kasih Allahku - NKB 17) 

The love of God is greater far 
Than tongue or pen can ever tell
It goes beyond the highest star
And reaches to the lowest hell
The guilty pair, bowed down with care
God gave His Son to win
His erring child He reconciled, And pardoned from his sin 

Refrain: 
Oh, love of God, how rich and pure! 
How measureless and strong! 
It shall forevermore endure— The saints’ and angels’ song 

When hoary time shall pass away
And earthly thrones and kingdoms fall
When men who here refuse to pray
On rocks and hills and mountains call
God’s love so sure, shall still endure
All measureless and strong
Redeeming grace to Adam’s race
The saints’ and angels’ song

Could we with ink the ocean fill
And were the skies of parchment made
Were every stalk on earth a quill
And every man a scribe by trade
To write the love of God above 
Would drain the ocean dry
Nor could the scroll contain the whole
Though stretched from sky to sky


*** 


Agunglah kasih Allahku, tiada yang setaranya
Neraka dapat direngkuh, kartikapun tergapailah
Kar’na kasihNya agunglah, Sang Putra menjelma
Dia mencari yang sesat dan diampuniNya

Reff :
O kasih Allah agunglah! Tiada bandingnya!
Kekal teguh dan mulia! Dijunjung umatNya

'Pabila zaman berhenti dan tahta dunia pun lebur
meskipun orang yang keji telah menjauh dan takabur
namun kasihNya tetaplah, teguh dan mulia
Anugrah bagi manusia, dijunjung umatNya

Andaikan laut tintanya dan langit jadi kertasnya
andaikan ranting kalamnya* dan insan pun pujangganya
takkan genap mengungkapkan hal kasih mulia
dan langit pun takkan lengkap memuat kisahnya


*** 

Be, Kau tau betapa hancur hatiku ketika sadar selama ini aku cuman tau setengah kebenaran. Aku tau cuman tau sisi baik dari diriku di mata-Mu, tanpa sadar bahwa aku juga penyebab anak-Mu mati. Kenyataan bahwa dosaku yang mengirim Yesus mati membuatku sadar betapa dalamnya dosaku... 

Tapi sungguh kasih-Mu luar biasa. Kau mengampuni pembunuh anak-Mu bahkan mengangkatnya jadi anak-Mu sendiri. 

Be, Kau tau aku selalu tercekat kalo nyanyi NKB 17 itu. Betapa rasanya kasih-Mu besar dan tak terselami. 

let Paul's prayer be my prayer too,

"Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan."
(Efesus 3:18-19)

Wednesday, November 14, 2018

Diproses untuk Menjadi Pewaris Tahta


by Felisia Devi

Berita tentang kelahiran Royal Baby (Pangeran George), anaknya pangeran William and putri Catherine, menjadi berita yang banyak menyedot perhatian dunia, termasuk gue... Hehehehe... Berita kelahiran ini mengingatkan gue tentang kelahiran Yesus. Nih ya, anak kerajaan dunia aja bisa heboh gini, kebayang deh pas Yesus lahir gegap gempitanya surga kaya apa. Yesus pasti lebih dari Royal Baby ini kan. Yesus adalah anak Allah, yang sangat dinantikan karena Ia telah dinubuatkan berabad-abad lalu akan menjadi Juru selamat dunia. Pantes ya orang majus sampe bela-belain dateng pas melihat tanda bintang dilangit. Karena kelahiran Mesias itu pasti sesuatu banget

Gue baca juga, ternyata cara penyampaian berita kelahiran ini Royal Baby kerajaan Inggris ini masih pake cara tradisional, padahal zaman udah canggih. Menyampaikan lewat juru siar istana yang diutus. Jadi keinget cerita dikitab Lukas 2 bagaimana malaikat menyampaikan kepada para gembala ttg kelahiran Yesus... Hihihi... Pangeran George juga disebutkan bahwa dia adalah Pewaris Tahta Kerajaan Inggris Keturunan ke-4. Manteb dan keren banget gak tuh statement. Masa depannya sebelum dia lahir pun udah pasti dan jelas, Pewaris Tahta. Status dan masa depan memang udah jelas, pewaris tahta yang akan jadi raja. Tapi dipikir-pikir, bayi ya tetap bayi, Royal Baby itu tidak otomatis lahir dengan karakter, sifat seorang pewaris tahta. Berarti keluarga-nya dan istana harus mempersiapkan Royal Baby ini untuk punya mental, karakter, sifat layaknya seorang yang akan jadi raja. Dengan didikan, proses, latihan yang gak tau bagaimana dan berapa lama. Dan hal ini mengingatkan gue tentang hidup kita didalam Tuhan. 

Begitu kita lahir baru, secara status memang kita anak Allah (putra-putri Allah). Tapi karena tubuh manusia daging kita yang naturnya adalah dosa dan masih hidup di dunia yang sudah tercemar. Karakter, sifat kita belum otomatis langsung sinkron dengan status sebagai anak Allah (belum ideal).

Tapi ada kasih karunia Tuhan. Begitu kita lahir baru sebagai bayi rohani, Tuhan mau mendidik kita supaya kita bukan hanya secara status anak Allah. Ia mau kita memiliki karakter yang benar-benar seperti anak Allah, mencerminkan Dia sebagai Bapa kita (serupa dengan Kristus)

"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
(Roma 8:29)

Seperti Baby Royal itu sebelum dia lahir, masa depannya udah pasti dan jelas. Begitu juga hidup kita jika dalam Tuhan, sebenarnya masa depan kita pasti dan jelas, pewaris Tahta kerajaan terbesar di jagad raya: Kerajaan Surga.

"Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
(Ams 23:17-18)

Tuhan mempersiapkan dan mau mendidik kita sampe Tuhan bisa percaya, mengandalkan kita bener2 siap menjalankan kerajaanNya (pekerjaan2Nya). Yang cowo jadi para kstaria kerajaan, yang cewe jadi putri, tapi bukan sampai disitu aja, Tuhan mau kita menjadi raja memerintah bersama Dia.

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."
(Efesus 2:10)

"Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia..."
(2 Timotius 2:12)

"... Tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya."
(Wahyu 20:6)

Sekarang pertanyaannya bersediakan kah kita dilatih, di-didik oleh Tuhan (diproses) Tuhan untuk menjadi pewaris (semakin serupa dengan Yesus)?

Gue pribadi juga belum sempurna, tapi gue masih mau terus belajar ada dalam proses Tuhan. Gue gak bisa bilang proses itu enak, sakit yang namanya mati in diri. Tapi Bersyukur ada kasih karunia Tuhan yang masih mau mendidik gue dan gue tau tujuan Tuhan mendidik adalah sesuai rencanaNya dan untuk kebaikan gue juga sehubungan dengan kehidupan gue selanjutnya.

"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
(Titus 2:12)

"... Tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya."
(Ibrani 12:10)

Buat teman2 yang mungkin sedang putus asa atau malah menyerah sama proses Tuhan, jangan menyerah ya biar rasanya sakit. Mending sakit sekarang daripada sakit ga abis2nya di api kekal nanti. Hehehe... *bukan nakut2in loh.

Gue juga suka gagal, suka gak taat klo lagi di disiplin Tuhan. Tapi gue mengingatkan, menyemangatkan diri gue untuk terus ada dalam didikan Tuhan biarpun sakit. Mari-rimar kita sama2 semangat, bersukacita dalam menjalani proses didikan Tuhan sampai Tuhan Yesus ke dua kalinya!

Monday, November 12, 2018

Menikmati Proses


by Felisia Devi

Apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata proses? Ngejelimet? Apa jadi inget proses itu berhubungan sama hal ga enak?

Pernah ada yang nanya sama gue tentang bagaimana kalau mau dapetin sesuatu dari bank. Gue jelasin donk langkah-langkahnya. Yang gue jelasin sebenarnya gak panjang2 banget, ga rinci2 amat, tapi satu kata jawabannya dari dia "Ribettt". Dalam hati gue, duh ileh nyebelin banget nih orang, gitu doank ribet padahal dicoba aja belum, baru gue kasih penjelasannya yang ga detail. Memangnya hanya dengan dia bilang "mau itu, mau ini", bisa langsung bisa dan sudah ada depan mata. *jin atau sulap kali* Apalagi kalau berhubungan sama sistem keamanan bank tabungan kita, klo gampang dapetin, gampang dibobol orang donk berarti.

Kata "ribet", tanda orang males ikutin langkah / proses yang harus dilewati. Dewasa ini, banyak manusia (*ga smua) sudah jarang sekali terbiasa sama yang namanya proses. Mau-nya serba cepet, instant, karena katanya zaman kita sudah bisa menyediakan fasilitas untuk mempermudah kita karena pengaruh kemajuan teknologi. Fasilitas serba cepet, terbiasa dengan yang instant (mie instan, fast food) sampe mendapat gelar pendidikan (ijazah) juga bisa di di beli.

Arti proses sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia
1) Runtunan perubahan (peristiwa) dl perkembangan sesuatu:
2) Rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yg menghasilkan produk; 

Intinya: suatu sistem/rangkaian yang harus terlewati sebelum kita mendapatkan sesuatu hasil.

Memasuki proses, itu seperti kita masuk dalam suatu "wadah", "lingkup" beserta ketentuan2 yang berlaku dan kita bersedia mengikuti ketentuan2 urutan / rangkaian yg harus dilewati, untuk dapetin sesuatu hasil.

Kalau mau hasil doank, tanpa lewatin proses ? Yuk kita gali.
Coba dipikir, makanan yg cepet saji (instant) itu sehat gak? Gak kan, justru banyak penyakit timbul. Karena kita gak tau bahan apa yang dipake untuk bisa mengawetkan atau membuat itu jadi bisa instant. Lagian se-instant2nya tuh makanan, tetep ada proses yang harus dilewatin untuk jadi makanan instant, bedanya proses itu dilakukan oleh pihal lain , kita tinggal masak cepet atau dapetin hasil aja. Akibatnya kita ga tau cara nya gimana proses langkahnya, tau nya jadi aja. 

Banyak yang gak menyadari, ga ngerti atau sering ga sadar (termasuk gue) kalau proses itu penting. Penting pake banget! Malah banyak yang menganggap proses itu bisa diakali. Hingga cara hidup yang biasa mau cepet itu mempengaruhi sikap kita ke Tuhan, alhasil ke-kristenan juga di anggep instant. Mau langsung cinta Tuhan, mau langsung berubah, mau langsung jadi pemimpin, semuanya mau cepet dan langsung, tapi gak mau ikutin proses terlebih dahulu.

Perlu diperhatikan, cara yang cepet/instant itu juga bukan cara Tuhan. Tapi cara Tuhan kepada umatNya, gak bisa lepas dari yang namanya proses Coba kita tengok cerita-cerita di Alkitab. Tuhan ciptain langit & bumi tidak hanya dalam 1 hari. Ditulis hari pertama sampai hari ke-6 lalu istirahat di hari ke-7. Bukan karena Tuhan gak sanggup buat dalam sekejap, tapi Tuhan mau mengajarkan yang nama proses.

Proses Abraham menunggu bertahun-tahun janji keturunan yang banyak seperti bintang dilangit, pasir dipantai oleh Tuhan tergenapi. Bukan karena Tuhan tidak sanggup kasih anak saat Dia memberikan janji, tapi karena Tuhan mau Abraham lewatin proses untuk membentuknya, siap dan sesuai dengan rencana Tuhan. Dan hasilnya dari proses2 nunggu janji itu, Abraham semakin kenal Allah yang dia sembah dan menghasilkan Abraham sebagai Bapak orang Beriman

Bangsa Israel tentang tanah perjanjian. Sebelum dikasih tanah kanaan, di proses banget sama Tuhan, sengaja Tuhan puterin padang gurun 40 tahun, dikasih roti manna cukup sehari. Hasilnya orang2 yang setengah hati ga dikasih Tuhan merasakan tanah perjanjian. 

Yusuf, untuk melihat mimpi yang Tuhan kasih terjadi dalam hidupnya, harus melewati proses yang Tuhan ijinin terjadi. Dari mulai dijual jadi budak, jadi kepala rumah Potifar, masuk penjara, dan akhirnya menjadi penguasa di mesir yang menyelamatkan bangsa-nya sesuai mimpi yang Tuhan kasih. Lewat proses itu Yusuf gak ngeluh, tapi dia belajar bahwa Tuhan mereka-reka untuk kebaikan.

Daud setelah diurapi jadi raja, dia gak langsung jadi raja, tapi lewatin proses yang Tuhan ijinin terjadi, bertarung dengan goliat, dikejar2 oleh Saul. Tapi lewat proses itu, Daud bukan semakin sebel sama Allah, tapi malah semakin membentuk pribadi Daud yang semakin intim dengan Allah. 

Bahkan Tuhan Yesus sendiri yang adalah Allah, turun ke dunia melewati proses dari ditaruh rahim Maria, lahir menjadi jadi anak manusia, dewasa mengikuti sistem pendidikan sesuai budaya yahudi, puasa 40 hari, melayani sampe Dia akhirnya memenuhi apa yang ditugaskan Allah pada Dia.

So, proses itu bagian dari kehidupan, klo tidak ada proses kayanya bukan hidup deh.

Coba sekarang kita liat contoh sehari2 kita, biar ga ngawang2. Kita bisa bernafas itu ada proses dalam tubuh, dari hidung menghirup dibawa ke paru2 dan seterusnya. Proses kita bisa melihat, aliran darah, kita bisa menggerakkan anggota tubuh, dll. Semuanya ada proses yang semuanya bisa dijelasin secara ilmiah. Intinya tubuh kita setiap saat, setiap detik ,mengalami proses, kalau gak ngalamin proses, namanya tubuh kita "mati."

Tumbuh-tumbuhan menghasilkan makanan yang bisa kita makan, buah2 yg kita sukain, jeruk, mangga, nanas ga dalem semalem bo! Butuh proses! Ditanam/dicangkok, disiram, bertahun2 sampe menghasilkan buah. Hujan pun ada proses terjadinya. Tata surya kita juga punya sistem proses. Dari hal yang terkecil (sel) sampai hal terbesar (jagad raya ini) Tuhan ciptain dengan sistem proses.

Semakin lama proses yg dilewati, semakin rumit, susah, semakin mahal "harga"nya, contohnya emas, mutiara.

Seorang murid dikatakan lulus sekolah, bukan karena dia udah umur sekian, tapi karena dia ada dalam lingkup sekolah, mengikuti ketentuan dari skolah, pembelajaran materi dari kelas taman kanak2 sampai sekolah menengah atas. Itu namanya ikutin proses.

Kemanakah budaya yang mau menikmati proses ?

Kaya kemarin itu gue baru pertama kali urus paspor sendiri, gue akuin ribet, rempong, lama, nyebelin deh, gue musti mondar mandir beberapa kali karena ada kurang ini, kurang itu, bikin emosi sebenarnya. Karena kan biasa bukan gue yang urus, suruh calo, karena ga mau repot. Dalam sikap yg lagi kesel itu, gue disadarin Tuhan, ya ini proses sebenarnya yang harus dilewati buat dapetin paspor. Tapi kenapa gue merasa ribet dan ga demen? Karena gue terbiasa sama yang mau cepet and gak repot, yaitu pake calo.

Ya itu dia deh, terbiasa dengan yang instant, mental ga sabar, mau cepet, gak mau ikutin aturan yang sudah dibuat. Dan setelah sadar klo gue ada dalam proses, baru deh gue bisa menikmati proses bikin paspor itu, dan akhirnya malah jadi belajar. Dari tau sendiri tentang prosedurnya dan merasa bersyukur di negara kita, proses imigrasi tanpa calo pun kita masih dihargai, dilayani.

Ngomong2 soal calo yg salah satu bentuk korupsi, gimana korupsi di negara kita bisa diberantas, kalau masyarakat gak mau repot ikutin peraturan pemerintahan / layanan masyarakat yang ada. Penghalang kita gak bisa menikmati proses "gak mau ribet, gak mau menyangkal diri" mau nya suka2.

Ok, nyambung ke contoh sekolah yang tadi disebutkan. Kita bersekolah di sekolah tertentu, berarti kita ikutin ketentuan yang berlaku di skul dari mulai taman kanak-kanak. Dan dalam proses itu, untuk dapetin hasil (rapor), kita harus belajar. Tapi kenyataannya, banyak yang tidak mau belajar. Lebih nge tren nyontek daripada belajar. Mencontek itu sama seperti tidak mau mengikuti proses. Maunya dapet nilai bagus, tapi gak mau belajar. Ya memang lulus, tapi itu cuma nilai, sebenarnya belum tentu dia mengerti. Punya paradigma yang salah, merasa diri sudah benar & gak mau berubah.

Melewati suatu proses memang ga enak, namanya di proses itu ada sesuatu yang di ubah "bentuk"nya, Merasa konsep berpikir yang dimiliki sudah benar sesuai standard diri sendiri, tapi apakah sudah benar menurut kebenaran firman Tuhan?

Contoh dalam masyarakat punya konsep salah, tentang yang berduit yg dihormati, didulukan, alias memandang bulu. Jadi karena hal ini, ketentuan yg berlaku bisa tuh diabaikan, yang UUD (ujung2nya duit) bisa lancar. Padahal peraturan ada, untuk menjadikan kita masyarakat yang disiplin, tertib. Begitu juga dengan Tuhan kasih Taurat2Nya untuk kebaikan kita, karena Ia mau menjadikan kita manusia seperti rancangan-Nya semula.

Di tempat gue melayani sering diingetkan statement "Proses-Belajar-berubah". Berarti tanpa proses, kita ga pernah belajar. Dan kita ga pernah berubah. Proses itu akan selalu ada dalam hidup kita, untuk kita lewatin. Proses itu menghasilkan suatu "perubahan" buat kita, tapi balik lagi tergantung kita mau belajar apa gak, klo kita gak belajar, ya tidak ada perubahan. 

Seperti seorang yang murid yang terbiasa mencontek, kalau tidak melewati proses, yang ada menjadikan kita manusia "bodoh" yang hanya terima jadi, tapi gak bs "jelasin" prosesnya. Kita ga pernah tau alasan, rincian detail sesuatu, tanpa melewati suatu proses. Berubah luarnya doank, tp ga berubah paradigmanya.

Unutk belajar mengenal Tuhan, menumbuhkan iman, butuh proses, Apalagi dengan manusia kita yg sudah tercemar dosa. Mengenal Tuhan lewat pembelajaran firman Tuhan, proses memikul salib, menyangkal diri (Mat 16:24), melakukan kebenaran firman Tuhan. Klo cuma baca firman Tuhan, gak bener2 mempelajari, merenungkan and mempraktekkan, yang ada cuma jadi ahli taurat / orang farisi. Tau sih, tp ga ngerti. Firman itu cuma jadi pengetahuan, tapi tidak mengubah paradigma yang salah.

Tau sendiri kan, orang taurat farisi ini dikecam sangat oleh Yesus. Mat 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Klo kita sudah tau kebenaran Firman mengenai "A" misalnya, mau punya keinginan untuk mencapai itu. Kan gak hanya dengan "ingin" , trus langsung seketika itu juga kita berubah seperti yang kita inginkan. *ini kan bukan sulap, bukan sihir, bukan magic*, harus ada proses. Beri diri kita untuk ikutin proses yang harus kita lewati, belajar dan alami perubahan. Ga da yang instant.

Tuhan pasti akan memproses kita senantiasa, sasarannya sampe kita serupa dengan kristus. karena Tuhan mau kita menjadi manusia unggul,serupa dengan gambaranNya (Kej 1:26); manusia yang sebelum jatuh dalam dosa (Roma 8:29), itu sasaran Tuhan memproses, mendidik and melatih kita.

Mengerti kehendak Tuhan, ada proses yg harus kita lewati, pelajari, renungkan.

Klo kalian sedang bergumul, sedang menuju suatu tujuan yang sesuai kebenaran, misalnya mau semakin peka dgr suara Tuhan, ya ayo ikutin proses dan belajar. Terus melatih kepekaan kita dengan mencari Tuhan dengan segenap hati, hati yang haus & lapar, banyak baca firman Tuhan. 

Karena, hanya sekedar "ingin" tidak akan menghasilkan perubahan, tapi harus ikutin proses & belajar. Atau ada janji2 Tuhan yang pernah Tuhan kasih tau dan belum tergenapi? Jangan menyerah. ikutin proses yang Tuhan kasih sebelum lihat janji itu tergenapi.

Yang lebih penting buat Tuhan itu pribadi anak2-Nya, bukan janji itu tergenapi, tapi pribadi kita. Kalau Tuhan mau, sebenarnya gampang banget membuat impian/janji2 itu nyata, karena Dia Tuhan. Tapi Tuhan gak mau kita jadi manusia yg ga tau apa2 dan ga bertanggung jawab, cara Tuhan itu ga gitu. Tuhan mau membuat kita cerdas, bertanggung jawab. Dia mau saat kita melihat janji Tuhan tergenapi dlm hidup kita, kita memang siap menerima itu. Jangan sampe Tuhan kasih itu, tapi kita ga siap, dan hal itu jadi menghancurkan kita.

Misalnya, ada org yg mau nya hidup berkelimpahan (kaya materi) untuk membuktikkan hidup dalam Tuhan itu terberkati. Tuhan sih bukannya gak mau anak2nya kaya materi, tapi Tuhan gak mau kekayaan materi itu nanti menghancurkan dia jatuh dalam dosa, karena mental dan pengetahuan tentang Tuhannya minim. Gak bisa ngatur keuangan, prioritas yang benar.

Kebenarannya, buat Tuhan yang penting itu bukan harta duniawi, tapi mengumpulkan harta disurga (Mat 6:19). Tuhan juga mau ajar kita dahulu untuk bisa mengatur keuangan, mengatur prioritas & keberhargaan yang bener, supaya kekayaan materi itu bukan jadi fokus melebihi Tuhan. Yang ada bukan untuk kemuliaan Tuhan, tapi ga sadar jadi kesombongan orang itu.

Mau minta dikasih Tuhan barang dengan berat 100kg untuk dibawa, sedangkan yang 10kg aja dia ga sanggup bawa. Gimana Tuhan mau kasih yg 100kg, yang ada pas dikasih 100kg, malah "membunuh" orang itu karena ga sanggup bawa.

Contoh lain soal proses, contohnya agak ekstrem sih. Seorang anak sangat ingin jadi dokter, dan akhirnya saat kuliah berhasil mendapatkan bangku jurusan kedokteran. Tapi karena si anak gak mau bayar harga untuk belajar dengan sungguh2 materinya, ga selese tuh kuliah Dan sangking depresinya,dia mau langsung beli sertifikat dokter. Oh no!! (mudah2an gak da yg seperti ini ) Ok, gelar sih boleh aja dokter dengan sertifikat yang dibeli, tapi isi kepalanya gak ngerti tentang kedokteran, bisa lebih dr malpraktek itu. Dia ga bisa praktek menjadi dokter sebenarnya, buat apa sekedar gelar tapi sesungguhnya dia bukan dokter. Mending orang yang bisa punya keahlian seperti dokter, tapi ga punya gelar dokter. Karena yang lebih penting keahliannya itu , bukan sekedar gelar.
Sama dengan ke kristenan kita, bukan hanya sekedar label agama Kristen, tapi Kristen itu jadi gaya hidup kita yang mencerminkan Kristus. 

Semakin tinggi pohon, semakin besar kemungkinan terpaan angin yang akan menerpa pohon itu, klo pohon itu tidak punya akar yang kuat, batang nya kecil dan kurus, maka ketika angin dateng, ya roboh bisa2 langsung dlm sekejap. Tuhan mau kita punya dasar yang kuat, bisa menjalani apa yg menjadi bagian kita dimulai dr perkara kecil, sampe Tuhan percayaakan perkara2 besar. Lewat apa? Ya lewat proses.

Jangan lari dari proses yg Tuhan mau kasih and selamat menikmati proses!

Monday, November 5, 2018

In the Carpenter's Shed


by Sarah Eliana

Satu lagi tulisan yg gw tulis pake bahasa Inggris and translate ke Indonesian dengan bantuan Mr. Google Translate. Hehehe...


// English Version

Have you ever wondered... Have you ever asked what tools Jesus uses when He work on His beloved? I had imagined that His workplace would be like a nursery... The far-off tinkling sound of wind chimes... The soft soothing colors of the wallpaper... The cuddly toys... The puffy bedcover... The relaxing music... Everything that a tired soul needs to recharge and relax. 

I asked Him once. I asked Him to show me His workplace. He looked at me with compassion and asked "Are you sure, child? What you will see might not be what you have expected". "Yes, Lord, I am sure."

He took me by the hand and led me to a shed. "This is where I work", He said. I pushed the door open and gasped at what I saw.

There were no wind chimes. No cuddly toys nor puffy bedcover. No relaxing music either. There were tools... sharp intimidating tools. I looked at Him and before I could voice my concern, He led me to the nearest bench.

Picking up a chisel, He said "This is known to you as Pain. A lot of times, I have to chip off ungodly character from you and your fellow men. It is a painful process, but in the end..."

Picking up an intricate, beautifully carved wooden chest He continued "it is needed to make you more like Me."

"And this one here is 'Suffering'", He said and pointed to a sandpaper machine. "Your arrogant rugged heart require that I use Suffering from time to time. When I am done with Suffering, you will be slower to judge, quicker to accept and comfort your fellow men. You will be more humble and loving."

Feeling a hammer in His hands, He said "This is called Sorrow. I use it drive the truth of My Word into your hardened heart. I do not like using Sorrow to discipline you, but it is needed so that you will turn from self and sins to Me and eternal life."

"This here is Grace", He said as He showed me pliers. "I have to use this all the time to ply off hurts and pains in your heart caused by the words and actions of your fellow men."

"These hurtful words and actions often leave holes in your heart, dearest, and when that happens, I have to use this..." He picked up a bucket of white glue and continued, "I call this Mercy. It is the truth of My comforting Word being poured into your heart so that you know that I love you and you are precious to Me."

Holding a brush He said "This is one of my favorites. I call it Hope. It is used to apply My love and mercy on your heart so that you remember to apply My love and mercy in your life and bless your brothers and sisters."

Finally, holding a bottle of varnish He said "This is my favorite called Love. When Love is applied on your heart, it leaves a glorious glow and My Name is glorified as you love Me and your fellow men."

He turned to me and said "I wish I do not have to work with those horrendous looking tools, my darling, but it is necessary so that you and your fellow men will turn from your sinful life to a life of eternal joy in Me. It is only because you are precious and honored in My sight that I choose to work this way. I want you to live a life that is headed toward Christ."

He put His hands on my cheek and kissed my forehead. I looked at His hands and saw the wounds on His palms. I saw the burn marks cause by using sandpaper, and the cuts caused by using chisels. I looked up to find His eyes full of tears of love and compassion... And I finally understand. It hurts Him more than it hurts us when He has to work with pain, suffering, and sorrow. It breaks His heart so... But He must because our hearts are hardened and without His interference, we are all walking towards death.

He then reached out His arms and drew me to His embrace. I heard His heartbeats and knew that His heart beats for us.

This is how God showed his love among us:
He sent his one and only Son into the world 
that we might live through him. 
This is love: not that we loved God, 
but that he loved us 
and sent his Son
as an atoning sacrifice for our sins. 
Dear friends, since God so loved us, 
we also ought to love one another. 
(1 John 4:9-11)


// Versi Bahasa Indonesia

Pernahkah engkau berpikir... Pernahkah engkau bertanya alat apa yang Tuhan gunakan ketika Dia bekerja dalam hidup orang-orang yang dikasihiNya? Aku membayangkan bahwa tempat kerja-Nya akan seperti ruang kamar bayi... suara dentingan lonceng angin terdengar di kejauhan... Wallpaper dengan warna yang menenangkan tertempel di dinding... Boneka-boneka yang empuk tersebar di mana-mana... Bedcover yang lembut di atas ranjang... Musik yang menenangkan terdengar di seisi kamar... Segala sesuatu yang diperlukan oleh jiwa yang lelah dapat ditemui di kamar itu.

Suatu hari, aku bertanya pada-Nya. Aku meminta-Nya untuk menunjukkan tempat kerja-Nya. Dia menatapku dengan belas kasih dan bertanya "Apakah engkau yakin, anak-Ku? Apa yang akan engkau lihat mungkin tidak sama dengan apa yang kau bayangkan." "Ya, Tuhan, aku yakin."

Dia memegang tanganku dan menuntunku ke sebuah gudang. "Ini adalah tempat kerjaKu", katanya. Kudorong pintu gudang itu hingga terbuka, dan tersentak dengan apa yang kulihat. Tidak ada lonceng angin. Tidak ada boneka empuk maupun bedcover lembut. Tidak ada musik. Yang ada hanyalah alat-alat... Yang tajam dan mengintimidasi. Aku memandang-Nya dan sebelum aku bisa menyuarakan keprihatinan saya, Dia menuntunku ke meja kerjaNya.

Mengambil pahat, Dia berkata "Engkau mengenal alat ini dengan nama Kesengsaraan. Banyak kali, Aku harus membuang karakter fasik dari dalam dirimu dan diri sesamamu. Suatu proses yang menyakitkan, tapi di akhir proses ini..." 

Ia mengambil sebuah kotak kayu dengan ukiran yang sangat rumit dan indah, Ia melanjutkan "diperlukan untuk membuatmu menjadi seperti Aku."

"Dan yang satu ini di sini adalah Kepedihan", Dia berkata dan menunjuk ke mesin amplas. "Hatimu yang sombong dan kasar mengharuskan Aku untuk menggunakan Kepedihan dari waktu ke waktu. Ketika Aku selesai dengan Kepedihan, engkau akan lebih lambat untuk menghakimi, lebih cepat untuk menerima dan menghibur sesamamu manusia. Engkau akan lebih rendah hati dan penuh kasih."

Dengan palu di tangan-Nya, Dia berkata "ini disebut Penderitaan. Aku menggunakan alat ini untuk memaku kebenaran Firman-Ku ke dalam hatimu yang keras. Aku tidak suka menggunakan Penderitaan untuk mendisiplin engkau, tetapi hal ini diperlukan sehingga engkau akan berbalik dari diri sendiri dan dosa kepada-Ku dan hidup yang kekal."

"Ini di sini adalah Kasih Karunia", Ia mengatakan sambil menunjukkan kepada saya sebuah tang. "Aku seringkali harus menggunakan alat ini untuk mencabut kesakitan dan kepedihan yang disebabkan oleh kata-kata dan tindakan sesamamu." "Kata-kata dan tindakan mereka yang menyakiti engkau seringkali meninggalkan lubang dalam hatimu, dan ketika itu terjadi, Aku harus menggunakan ini...", Dia mengambil sebuah ember berisi lem putih dan melanjutkan, "Saya menyebutnya Kemurahan Hati. Ini adalah kebenaran Firman-Ku yang dicurahkan ke dalam hatimu sehingga engkau tahu bahwa Aku mencintaimu dan engkau berharga dimata-Ku."

Ia kemudian menggengam kuas dan berkata "Ini adalah salah satu alat favoritKu. Aku menyebutnya Pengharapan. Alat ini digunakan untuk membubuhi kasih dan belas kasihan-Ku dalam hatimu sehingga engkau selalu ingat untuk menerapkan kasih dan belas kasihan dalam hidupmu, dan memberkati sesamamu manusia."

Akhirnya, memegang sebotol varnish Dia berkata "Ini adalah favoritKu, dan Aku menyebutnya Kasih. Ketika Kasih dibubuhi pada hatimu, ia meninggalkan cahaya mulia dan NamaKu dimuliakan saat engkau mengasihi Aku dan sesamamu."

Dia kemudian menoleh ke arahku dan berkata "Aku berharap Aku tidak harus bekerja dengan alat-alat yang demikian mengerikan, sayangku, namun perlu kulakukan supaya engkau dan sesamamu akan berubah dari kehidupan dosa ke kehidupan sukacita abadi di dalam Aku. Hanya karena engkau berharga di mata-Ku maka Aku memilih untuk bekerja dengan cara ini. Aku ingin engkau menjalani kehidupan yang menuju ke kekekalan di dalam Kristus."

Ia meletakkan tangan-Nya di pipiku dan mencium keningku. Aku menatap tangan-Nya dan melihat lubang di telapak tangan-Nya. Aku melihat luka bakar di jari-jarinya yang terjadi saat ia menggunakan amplas. Kulihat luka yang disebabkan saat ia memakai pahat. Aku mengangkat wajahku dan kulihat mata-Nya penuh air mata cinta dan kasih sayang... Dan aku akhirnya mengerti. Ia jauh lebih merasakan sakit dan penderitaan saat ia harus bekerja dalam diri kita melalu kesengsaraan, penderitaan dan kepedihan. Hatinya hancur... Tetapi Ia harus terus bekerja melalui hal-hal itu karena hati kita telah mengeras dan tanpa campur tangan-Nya, kita semua berjalan menuju maut. 

Ia kemudian mengulurkan tangan-Nya dan menarikku dalam rangkulan-Nya. Aku mendengar detak jantung-Nya dan tahu bahwa jantungNya berdetak bagi kita. 

"Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi."
(1 Yohanes 4:9-11)

Wednesday, September 19, 2018

Mengapa Tuhan Mengizinkan Penderitaan



by Grace Suryani Halim

Kenapa Tuhan mengizinkan anak-anak-Nya mengalami penderitaan? Katanya anak Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, tapi kok menderita? Kenapa Tuhan ga kasih garansi bahwa semua orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak akan menderita lagi? Kan enak... 

The last 6 months are one of the hardest time in my life. Ever. Pergumulan datang silih berganti. I've seen death face to face few times. Dihimpit kanan kiri. Belum selesai, masalah baru sudah menanti. Dari gue yang tadinya selalu yakin dan tiap berdoa gue sering ngomong, "I know You, Lord. I know You are a good God," menjadi sampai di titik, "I don't know You anymore..." Semua masalah ini membuat gue jadi orang yang berbeda. Gue menghindari ketemu orang-orang, lebih pengen sendiri, ga terlalu pengen cerita-cerita (oh my, gue sendiri bingung kok gue ga kayak gue lagi). Yang biasanya ember, sekarang jadi keran. Rapet... Netes juga kagak. 


Di sisi lain, something amazing terjadi. Gue jadi peka—sangat peka dengan orang-orang lain yang sedang berduka. Di waktu yang hampir bersamaan, ada seorang rekan yang kehilangan anak dan papanya hanya dalam waktu 2 minggu. Ketika gue hubungin ybs dan bilang, "I'm so sorry for your loss. I'm praying for you," itu bukan kata-kata basa basi. I did pray like crazy for him. I can feel his pain. His loss. His suffering. 

Peristiwa itu membuat gue teringat kejadian sewaktu gue keguguran ampir 3 tahun lalu. Sebelum kejadian, ketika gue pergi check ke dokter kandungan, ada sepasang suami istri yang keluar dari ruang dokter sambil menangis. Respons pertama gue, "Waduh Tuhan, jangan sampeee gue kayak begituu..." 2-3 minggu kemudian, gue keluar flek-flek. Deg. I prayed like crazy, several sleepless nights. Ketika lagi nunggu dokter, ada seorang ibu lain yang begitu keluar lgsng didorong pake kursi roda dan dibawa ke ruang perawatan, she cried. Respons pertama gue, "Lord, please help her... Please take care of her baby. I hope she's okay. Please help her. Please..." 

3 minggu sebelumnya, gue ga peduli sama sekali dengan pasangan suami istri yg pertama. Gue cuman berdoa, jangaaann sampeee gue harus begitu. Did I care about them? Nope. I only cared about myself. Yang penting bayi gue ga kenapa-kenapa. Bayi orang laen, nasib dia lah. 3 minggu kemudian, gue bahkan ga sempet mikir semoga bayi gue ga kenapa-kenapa (waktu itu belon tau kalo keguguran, baru ada flek-flek). Gue bener-bener berharap she's okay dan bayinya juga baik-baik saja. Apa yang membuat gue yang tadinya yang punya mental, gue ga peduli bayi laen gimana yang penting bayi gue ga kenapa-kenapa, menjadi otomatis (sekali lagi OTOMATIS) mikirin bayi orang lain juga? Penderitaan. Suffering. 
Penderitaan itu mengubah engkau. Penderitaan menghancurkan ego. Meremukkan kesombongan. Menghilangkan self-righteous. Penderitaan itu membuat lubang di hatimu, sehingga ada tempat untuk orang lain di sana... Penderitaan membuat kita sadar, betapa rapuhnya hidup ini. Ya, jika boleh merumuskan apa itu penderitaan, buat gue penderitaan itu membuat lubang besar di hatimu, sehingga ada tempat untuk orang-orang lain di sana dan ada lebih banyak tempat untuk Yesus. Hatimu tak lagi penuh dengan SAYA, SAYA, dan SAYA.
Mungkin itu sebabnya Tuhan mengizinkan anak-anak-Nya tetap mengalami penderitaan di dunia ini. Supaya mereka tetap in-touch with reality. Mereka bisa berempati dengan dunia yang terluka. Mereka bisa menangis dengan jiwa-jiwa yang menderita. Mereka bisa mengerti bahasa tetesan air mata. Orang-orang yang pernah mengalami luka yang sama, bisa berkomunikasi dengan kedalaman yang hanya bisa dimengerti oleh yang pernah terluka. 

Bayangkan jika semua anak Tuhan kebal terhadap penderitaan, bagaimana kita bisa mengerti raungan orang-orang yang terpinggirkan di ujung sana? Bagaimana kita bisa menjadi saksi Kristus yang efektif juga kita tidak benar-benar bisa peduli? Bagaimana kita bisa peduli jika kita tidak pernah mengalami? Bagaimana kita bisa mencerminkan Allah yang peduli kepada dunia, jika kita hidup di dalam rumah kaca yang steril terhadap penderitaan? Itu bukan cerminan Yesus. Yesus justru keluar dari 'rumah kaca' untuk masuk ke dalam penderitaan! Karena itu mensetrilkan anak-anak-Nya dari penderitaan justru mengingkari teladan Yesus Kristus, Tuhan kita. 

Beberapa teman-teman baik gue yang sangat gue kagumi karena mereka orang-orang yang sangat considerate, sangat bisa menguatkan org, pandai memilih kata-kata yang membangun, tulus, orang-orang yang sangat optimistik justru adalah orang-orang yang sudah banyak mengalami ups and downs dalam hidup mereka. Mereka orang-orang yang membuat banyak orang nyaman dengan mereka. Sekarang baru gue ngeh kenapa... Itu bukan karena they had a good upbringing, atau mereka pintar. Bukan. Mereka orang-orang yang sering digodok dalam kesukaran, tapi mereka tidak menjadi pahit. 

Buat teman-teman yang juga sedang dirundung masalah, yang merasa tertekan, izinkan gue share ayat favorit gue di masa-masa ini, 

"Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka."
(Mazmur 90:15)

Ayat barusan gue ketik di luar kepala. Karena ini ayat yang jadi pegangan gue di hari-hari ini. Ini ayat yang gue dapet sewaktu gue masih kuliah di China. Pertama kali baca ayat itu gue ngerasa lega. AKHIRNYA... Ada ayat yang mengakui bahwa terkadang Tuhan menindas umat-Nya. Instead of saying, "Everything will be okay, just trust Him," penulis Mazmur ini berani berkata dengan lantang, “Tuhan, Kau menindasku!” Oh Tuhan, tolong jangan cuman tindas gue, buatlah juga gue bersuka cita seimbang dengan hari-hari gue mengalami sengsara. Ayat ini nancep, karena ini ayat yang jujur. Ga muna. Ga sok beriman. Dan ini ayat yang ditulis oleh orang yang dirundung duka. Orang yang mengalami celaka. Tapi ia tahu, ia berani meminta Tuhan, buatlah gue bersukacita seimbang dengan hari-hari gue mengalami celaka. Ini ayat yang mengandung pengharapan. Pengharapan bahwa di depan akan ada 'payback time from God'. Akan ada hari-hari dimana Tuhan membuat kita bersukacita. Dan tidak hanya sekedar bersukacita, tapi Ia akan membuat gue bersukacita SEIMBANG bahkan lebih dari bulan-bulan gue mengalami celaka.

Dan ayat kedua,

"I will see the goodness of the Lord in the land of the living."
(Psalm 27:13)

Kalo lagi menderita emank paling enak baca Mazmur. Ini ayat sebenernya juga agak 'kurang ajar' sih. Pede banget si Daud, berani bilang dia bakal liat the goodness of the Lord selama dia masih hidup. Kok dia yakin? Siapa tahu Tuhan mau kasih berkatnya setelah dia mati? Ga ada yang tau kan? Ini yang dipelajarin dari para pemazmur. Mereka orang-orang yang jujur. Ga ada basa-basi. Jujur dengan kesedihan mereka, dengan ketakutan mereka, dengan rasa frustasi mereka, dengan kemarahan mereka. But they're also very bold. Mereka berani meminta. Bukan sekedar doa, "Terserah Tuhan... Tuhan tau yang terbaik. Keliatan beriman, tapi kadang itu lahir dari ketakutan. Iya kalo dikasih... Kalo Tuhan ga kasih gimana? Terserah Tuhan aja dah. Main aman. Pemazmur tidak seperti itu. Ia meminta apa yang ia percaya. Ia percaya hal-hal yang besar. Dan mereka percaya, Tuhan itu Tuhan yang baik. Tuhan yang tidak marah ketika anak-anak-Nya meminta. Dan gue bersyukur gue punya Tuhan yang sama dengan mereka. :) 

*** 

God, I know You’re too wise to be mistaken.

Friday, August 31, 2018

Jesus Plus




by Glory Ekasari

“Hai orang-orang Galatia yang bodoh!” 

Kalimat itu galak sekali kedengarannya ya. Itulah yang dikatakan Paulus, yang jengkel karena jemaat Galatia begitu gampang dikibuli dengan injil palsu. Ada pengajar-pengajar yang datang ke Galatia, seakan-akan mereka mengajarkan sesuatu yang baru, pewahyuan yang baru, padahal yang mereka ajarkan itu adalah ajaran sesat. 

Mereka tidak berkata, “Gak usah ikut Yesus lagi!” Oh no, gak segamblang itu. Mereka masih memakai nama Yesus, masih menyebut diri Kristen. Mereka hanya memberikan tambahan. “Iman kepada Yesus itu bagus,” kata mereka, “tapi tentu hal-hal ini tidak boleh kita abaikan.” Lalu mereka mulai membuat daftar hal-hal apa yang mereka maksud. 
  • Harus berbahasa roh. 
  • Harus membuat barang/bangunan dengan bentuk tertentu, dan bila tidak, maka “Tuhan tidak berkenan.” 
  • Harus memelihara tanggal-tanggal tertentu (semakin “Yahudi” nama harinya, semakin joss). 
  • Harus teguh berpegang pada ajaran pendeta tertentu. 
  • Harus mengikuti aturan tambahan ini itu tentang ibadah. 
Nah, kalau mengikuti itu semua maka kamu jadi lebih rohani dari orang lain. Mereka semua duniawi! Kalau mereka tidak ikut ajaran kita, maka hancurlah hidup mereka. 

Paulus geleng-geleng kepala. “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,” katanya, “yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Galatia 1:6-7). Dengan kata lain, “Apa kamu gak tau isi Injil? Kenapa begitu gampang disesatkan?” 

Injil berarti kabar baik. Orang yang menerima kabar baik itu menerima kemerdekaan; beban perbudakan yang selama ini menghimpit dia dilepaskan, dan dia dibebaskan. Di dalam Kristus ada kemerdekaan, dan kita hanya bisa connect kepada Kristus lewat satu jalan yang ditentukan-Nya sendiri, yaitu iman. Justru karena perbuatan baik tidak cukup, dan ketaatan pada Hukum tidak cukup, maka kita hanya punya satu jalan terakhir: merendahkan diri dengan memohon belas kasihan kepada Tuhan. Inilah yang namanya iman: percaya penuh, bukan pada apa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan, tetapi akan apa yang sudah Tuhan lakukan untuk kita. 

Lha bagaimana kalau kita lalu diajari bahwa iman itu tidak cukup? Bahwa Tuhan menuntut kita berbahasa roh, harus terima urapan tertentu dulu, harus berbuat ini dan itu dulu, harus ikut pendeta ini atau itu dulu, baru kita bisa selamat? Itu namanya bukan Injil lagi, karena itu bukan lagi kabar baik. Itu adalah kabar buruk! 

Inilah yang membuat Paulus marah. Ada orang-orang yang memutarbalikkan Injil, dan membuatnya menjadi beban baru bagi orang-orang yang dengan tulus mencari keselamatan. Dengan keras ia berkata, “...sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia!” (Galatia 1:8). Apa yang seharusnya merupakan anugerah Allah, malah diubah menjadi beban yang tidak tertanggungkan. 

Saya sering menyebut injil palsu semacam itu sebagai ajaran Jesus plus. Yesus, plus perbuatan baik supaya diselamatkan. Yesus, plus bahasa roh. Yesus, plus minyak urapan. Yesus, plus adat Yahudi (seperti yang dialami jemaat Galatia). Dst, Yesus di-plus-kan dengan berbagai macam hal sesuai ajaran mereka yang menyesatkan. Kalau kita perhatikan, ada ciri-ciri dari ajaran semacam ini:

1. Ketuhanan Yesus diminimalisir. Lama-lama, bisa juga malah dihilangkan.
Kekristenan sejati berpusat pada Yesus Kristus. Semua yang kita ikuti berasal dari dia. Nah kalau Yesus terlalu dominan (sebagaimana mestinya), di mana tempat buat “plus”-nya itu? Akhirnya peran Yesus harus dikurangi supaya ada tempat bagi tambahan ajaran yang beraneka ragam. Yesus juga salah satu pengajar paling keras dalam Alkitab (sebagai gambaran, orang yang paling banyak berbicara tentang neraka di Alkitab adalah Yesus), dan seringkali pemikiran para pengajar sesat tidak cocok dengan Yesus. Karena itu Yesus dikecilkan dalam pengajaran mereka. 

2. Pengkultusan individu selain Yesus.
Selalu ada tokoh yang menjadi saingan Yesus; “mesias lanjutan” atau nabi lanjutan atau orang yang diberi wahyu khusus. Merekalah yang harus didengarkan. Biasanya akan ada kitab/set pengajaran tambahan. Kembali ke nomor satu di atas, memang kalau mereka tidak mengecilkan keutamaan dan ketuhanan Kristus, mereka tidak punya tempat bagi individu lain yang diagung-agungkan ini. 

3. Banyak bagian dari ajarannya yang bergantung pada hal-hal lahiriah.
Kekristenan sejati itu inside out - ketika terjadi perubahan roh dan karakter di dalam maka yang di luar ikut berubah. Sebagai contoh, orang yang tadinya pemarah dan pendendam, setelah lahir baru menjadi orang yang sabar dan pemaaf. Apa yang terjadi di dalam dia (lahir baru) terwujud dalam perbuatannya kepada orang lain (sabar dan memaafkan). Tetapi ajaran sesat itu outside in; maka yang diatur-atur adalah cara berpakaian, makanan, hari-hari raya, dsb hal-hal yang sifatnya jasmaniah, menjadi syarat yang akan mempengaruhi kerohanian mereka. Ini adalah ajaran orang Farisi, bukan ajaran Yesus. 

Lalu bagaimana agar kita tidak terjebak dalam Jesus plus? Tidak ada cara lain, kita harus mengenal Injil yang sejati, Yesus yang sejati, sesuai yang ditulis dalam Alkitab. 

Saya pernah mendengar pengalaman orang yang pergi ke Eropa dengan tas branded palsu. Sesampainya di bandara di Eropa, ada seorang petugas yang segera minta orang ybs mengeluarkan isi tasnya, lalu tas branded palsunya itu disita dan digunting! Mengapa demikian? Karena mereka tidak mau barang palsu, counterfeit, masuk ke negara mereka; itu merugikan industri barang mewah mereka. Tapi bagaimana mereka tahu yang mana yang palsu? Sederhana: mereka kenal yang asli; mereka tahu ciri-cirinya di luar kepala. Sekali melihat, mereka langsung bisa menilai barang itu asli atau palsu. 

Apakah kita mengenal Yesus? Apakah kita mengerti apa yang membuat kita diselamatkan? Jangan-jangan selama ini kita masih saja berpikir bahwa orang harus banyak berbuat baik, hormat leluhur, dll, supaya bisa selamat? Jangan sampai kita jadi sasaran empuk para penyesat. Mari kenali Yesus yang sejati, yang ditulis dalam Alkitab. Kenali yang asli, dan kita tidak akan tertipu dengan yang palsu.