by Alphaomega Pulcherima Rambang
Sedang kuatir? Yuk, baca Matius 6:25-34. Perikop berjudul Hal Kekuatiran tidak hanyak berisi kalimat-kalimat puitis, namun juga penuh makna. Membaca perikop itu berkali-kali akan mengajar dan menguatkan kita di saat kekuatiran menyerang.
1. Banyak di antara kita yang sering menguatirkan hal-hal kurang penting.
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
(Matius 6:25)
Hidup kita lebih penting dari apa yang kita kuatirkan. Dengan kata lain, ada banyak hal lain yang lebih penting, dan Yesus mengajak kita untuk FOKUS pada hal-hal penting itu. Saat fokus, kita dilatih melihat apa yang sudah kita miliki saat ini, apa yang perlu mendapatkan prioritas perhatian kita, sehingga kita tidak lagi mengkuatirkan hal-hal yang tidak seharusnya dikuatirkan.
2. Kekuatiran menganggu fokus pada masa kini.
Hal-hal yang kita kuatirkan biasanya adalah hal-hal yang belum terjadi, perkiraan tentang sesuatu yang buruk, apa yang kita tidak tahu, dan masalah yang kita anggap tidak bisa kita tangani.
Apa yang kita kuatirkan saat ini biasanya bukan hal yang perlu kita kuatirkan saat ini. Contohnya, saat SMP, gambar diriku belum pulih. Aku tidak percaya diri sampai aku kuatir jika tidak ada yang mau menikahiku. Menurutmu, layakkah anak SMP berpikir demikian? Sekarang memang rasanya menggelikan, tapi waktu itu, itulah kekuatiran terbesarku. Bayangkan, di saat teman seusiaku mengkuatirkan PR atau pacarnya, aku memikirkan siapa yang mau menjadi suamiku? Konyol? Ya. Seringkali kekuatiran sekonyol itu yang membuat kita seperti kursi goyang – sibuk bergerak tapi tidak bergerak maju kemanapun.
Mengkuatirkan masa depan (termasuk keesokan hari) sangat manusiawi. Tapi, Firman Tuhan menghendaki kita untuk fokus pada pergumulan saat ini, dan tidak kuatir pada apa yang terjadi nanti.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
(Matius 6:34)
Firman Tuhan mengajar kita untuk berjalan one day at a time, melakukan one thing at a time.
Berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya.
(Matius 6:11)
Perhatikan bagaimana Tuhan ingin kita hidup ‘saat ini’ dan berhenti mengambil apa yang menjadi bagian hari esok. Kenapa? Karena memang akan sangat berat memikirkannya bila belum tiba saatnya. Bayangkan bila seorang wanita yang belum menikah mengkuatirkan bagaimana seandainya ia harus menghidupi dua anak balita tanpa suami. Berat? Pasti. Karena masalah itu tidak dimaksudkan untuk dipikirkannya ‘saat ini’. Pada saatnya nanti dia akan dapat menanggungnya jikalau itu harus terjadi. Tapi sekarang?
3. Kekuatiran tidak mengerjakan apa-apa.
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
(Matius 6:27)
Seakan-akan Yesus ingin berkata: “Ngapain sih kuatir? Gak ada gunanya!” Apakah kekuatiran bisa mengubah keadaan? Tidak, jika kita tidak melakukan apa-apa. Kekuatiran saja tidak akan membuat penyakit kita sembuh. Kekuatiran saja tidak akan mendatangkan makanan ke atas meja, atau uang ke dompet kita. Kekuatiran justru bisa menghilangkan semangat dan pengharapan kita.
4. Ada pemeliharaan Bapa yang sempurna.
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
(Matius 6:26, 28-30)
Ada solusi atas kekuatiran kita: pemeliharaan Bapa yang sempurna. Dia adalah Allah pemelihara yang tidak pernah lalai. Aku mengalaminya sendiri. Tiga belas tahun lalu saat papaku meninggal, dunia seperti runtuh. Mama gak bekerja, aku baru lulus kuliah dan belum bekerja, adikku masih kuliah, dan adik bungsu masih SMP. Papa gak meninggalkan warisan harta apapun, hanya pensiun yang tidak seberapa. Kami mengkuatirkan bagaimana nasib kami. Tapi kami berusaha menjalani hidup sehari demi sehari bersama Tuhan. Sekarang? Tuhan buktikan pemeliharaan-Nya sempurna. Aku dan adikku yang kedua sudah menikah. Kami bertiga sudah bekerja. Tuhan sanggup kok memelihara kita, melakukan banyak hal untuk memastikan kita tumbuh indah di hadapannya.
5. Kekuatiran sebagai perbedaan antara mereka yang mengenal Allah dan yang tidak mengenalNya.
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
(Matius 6:31-32)
Craig Groeschel pernah menulis buku yang berjudul The Christian Atheist. Buku itu membahas tentang orang-orang yang percaya kepada Tuhan tetapi hidup seakan Dia tidak ada. Ada beberapa hal yang dikatakannya sebagai tanda seorang Kristen yang ateis. Salah satu jenis Kristen ateis adalah orang Kristen yang suka kuatir. Sebenarnya, kalau kita mengenal Allah kita dengan baik, kita gak perlu mengkuatirkan banyak hal. Buat apa? Toh kita tahu pribadi-Nya, kita tahu Allah kita adalah Bapa yang senantiasa memberikan yang terbaik. Dia adalah Allah yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Memiliki Tuhan yang seperti ini, pantaskah kita kuatir?
Lalu harus bagaimana saat kuatir?
“Bagaimana jika?” Pertanyaan itu sering menjadi pintu gerbang di pikiran kita untuk kekuatiran. Pikiran adalah medan peperangan kita. Apa yang kita pikirkan akan menentukan tindakan kita. Tuhan tidak ingin kita mengisi pikiran dengan pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika?”. Ia ingin kita memikirkan "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8) Pagari pikiran, kendalikan kekuatiran.
Saat kuatir, berdoalah dan mengucap syukur. Firman Tuhan dengan jelas berkata :
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)
Karena kuatir adalah sesuatu yang manusiawi, gunakan kekuatiran sebagai alarm yang mengingatkan kita bahwa hal yang kita kuatirkan harus kita serahkan pada Tuhan. Kekuatiran ada, supaya kita berjaga-jaga dan berdoa, menggunakan hikmat dan kekuatan yang Allah berikan untuk bersiap-siap mengatasi segala yang mungkin terjadi, melakukan semua yang bisa dilakukan, mengerjakan apa yang bisa dikerjakan sebaik mungkin dan membiarkan kehendak Allah yang terjadi kemudian.
Jadi, saat alarm ini berbunyi, matikan. Jangan biarkan alarm itu berbunyi terus dan membuat keributan. Segeralah nyatakan kekuatiran kita kepada Tuhan dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur akan mendatangkan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal. Artinya, saat kita berpikir dengan pikiran manusia atas segala permasalahan hidup, terkadang kita tidak selalu menemukan jawaban atas pertanyaan kita. Tapi, di tengah badai tersebut Tuhan berikan damai sejahtera-Nya. Dia peluk kita dan berikan ketenangan. Doa memang tidak selalu mengubah keadaan tetapi doa dapat mengubah kita. Doa yang disertai ucapan syukur memampukan kita melihat kebaikan dan kemurahan Tuhan di tengah masalah.
Kekuatiran dapat dipakai untuk melatih iman kita pada Tuhan dan pemeliharaan-Nya yang sempurna. Pada akhirnya, kita akan menyadari kalau dari sekian banyak hal yang kita kuatirkan, kebanyakan tidak terjadi – karena Allah sudah berada di depan kita dan mengatasinya. Ia menunjukkan kasih-Nya dengan memelihara hidup kita.