Showing posts with label Relationship. Show all posts
Showing posts with label Relationship. Show all posts

Monday, January 11, 2021

What Would Jesus Do?




by Alphaomega Pulcherima Rambang

“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
(1 Yohanes 2:6)

Slogan WWJD mungkin tidak terlalu sering terdengar sekarang seperti pada tahun 2000 awal. Kepanjangan dari WWJD adalah ‘What Would Jesus Do?’, sebuah pertanyaan singkat yang sebaiknya ditanyakan pada diri sendiri sebelum mengambil keputusan atau tindakan apa yang akan dilakukan. Sebuah pertanyaan yang seharusnya membuat kita berpikir antara melakukan sesuatu atau tidak, seperti apa yang akan Yesus lakukan jika dia berada di posisi kita. Jika kita tidak melakukan seperti yang akan Dia lakukan, jangan-jangan kita tidak mengenal Yesus dengan baik sehingga tidak meneladani Yesus dalam kehidupan kita. Well, pada akhirnya memang kita harus mengenal Dia secara pribadi untuk bisa melakukan seperti yang Yesus lakukan.

"Bayangkan suatu hari Yesus bangun dari tidurnya dan menjalani hidup kita yang sekarang, adakah yang berbeda dari hidup kita?"

Demikian pertanyaan seorang Kakak saat membawa kami dalam perenungan pada persekutuan doa yang aku ikuti di UKM Kristen bertahun-tahun lalu.

Aku ingat kami merenungkan pertanyaan tersebut dan sharing, kira-kira bagaimana Yesus akan menjalani hidup kami. Aku membayangkan jika Yesus akan bangun pagi-pagi sekali, saat teduh, bersih-bersih rumah (Yesus gak mungkin males saat teduh lah ya, hihihi), lalu Ia akan menyiapkan sarapan, duduk sarapan bersama eyangku-mengobrol tentang banyak hal-mendengarkan eyang menceritakan tentang apapun, lalu Ia berangkat kuliah naik motor dengan santai tanpa ngebut sambil ngobrol dengan BapaNya atau bernyanyi-nyanyi - tersenyum melihat mereka yang ngebut. Yesus tidak akan telat tiba di kampus, Ia membantu kawan yang belum mengerjakan tugas - bukan memberi contekan, sesekali Ia bercanda dengan kawan-kawannya-tentunya bukan lelucon kotor yang dikeluarkannya, tidak pula gosip, tapi tanpa begitupun Ia mampu membuat orang lain tertawa, sense of humour Nya terbaik, dst. Yesus menjadi diriku dalam versi terbaik.

Membayangkan Yesus menjalani kehidupanku sangatlah menarik, membayangkan Dia berbicara, kuliah, ikut ujian, pelayanan, dll. Aktivitasnya kurang lebih apa yang aku lakukan TAPI minus DOSA pastiiii... plus hubungan mesra dengan Bapa Surgawi. Saat kita memberikan Yesus tempat istimewa dalam hati dan hidup kita, Dia akan melakukan berbagai hal dengan caraNya, dan PASTI, hidup kita akan berbeda. Aku yang sekarang (memiliki Yesus) akan berbeda dengan aku yang sebelumnya. Tentu saja, yang memimpin adalah Yesus di dalamku, biar Yesus saja yang semakin bertambah dan aku yang semakin berkurang. Kira-kira demikianlah seharusnya hidup kita saat kita telah menerimaNya sebagai Juruselamat kita. KehadiranNya nyata nampak dalam hidup kita. ”Tapi ini sulit, aku gak bisa Tuhan, jeritku dalam hati, kenapa Tuhan tidak membiarkanku seperti ini saja?”

“Tuhan mengasihi kita apa adanya, tetapi Dia tidak akan membiarkan kita seadanya. Dia akan mengubah kita menjadi seperti Kristus.” 
- Max Lucado
Beberapa waktu kemudian aku mendapat kesempatan membaca sebuah buku yang di dalamnya bertuliskan seperti ini : Bagaimana, kalau Yesus menjadi anda untuk satu hari? Max Lucado dalam bukunya ini, Just Like Jesus, mengatakan bahwa untuk menjadi serupa dengan Kristus harus dimulai dari memiliki hati seperti hati-Nya dan hal itu dimulai dengan pembentukan hati oleh Roh Kudus. Kita perlu belajar memiliki hati seperti hatiNya. Ia menjabarkan ciri hati Kristus yang harus dimiliki oleh umat-Nya, yaitu hati yang mengampuni, penuh belas kasihan, mau mendengar, hati yang haus akan Tuhan, haus beribadah, terfokus pada Allah, jujur, murni, penuh pengharapan, bersukacita, dan tabah. Berikut ini beberapa ciri hati Yesus yang harus kita miliki:


HATI YANG MENGAMPUNI

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”
(Kolose 3:13)

Mengampuni memang sulit tapi Yesus melakukannya, mari kita pandang Yesus yang telah memberikan teladan pengampunan terlebih dahulu terhadap kita. Ingat malam dimana Dia membasuh semua kaki murid-muridNya? Yesus bukannya tidak tahu kalau di antara murid-muridnya akan mengkhianati dan menyangkalNya tapi nyatanya Dia tetap membasuh kaki mereka. Dia memberikan anugerahNya kepada mereka yang tidak pantas diampuni TERLEBIH DAHULU. Dia menawarkan kasih dan pengampunanNya tanpa diminta dan memberikannya cuma-cuma. Kupikir, apa yang kita alami tidak lebih menyakitkan dari yang Dia alami, tapi Dia tetap mengampuni yang menyakitiNya. Inilah yang harus kita teladani


HATI YANG MENDENGAR

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.” 
(Yakobus 1:22-23)

Yesus dalam khotbahNya berkali-kali mengatakan : Siapa bertelinga hendaklah Ia mendengar. Seperti yang Yesus mendengar BapaNya dan taat, kita sangat perlu dengar-dengaran dengan Firman dan kehendak Allah di hidup kita. Bagaimana cara mendengarkan Tuhan? Dimulai dengan Alkitab yang terbuka dan membiarkan Dia berbicara melalui firmanNya yang berisi kehendak dan isi hatiNya, seperti yang Yesus lakukan. Lalu, lakukan! Semudah sekaligus sesulit itu. 


HATI YANG JUJUR

“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.” 
(Efesus 4:25)

Pernahkah mendapati Yesus berdusta? Sepanjang hidupnya selama 33 tahun kehidupan Yesus di muka bumi, tak ada cerita tentang kebohonganNya sekalipun keadaan Yesus sangat mendesak. Bagaimana dengan kita? Terkadang kita menambah atau mengurangi kebenaran, berbohong demi kebaikan, berdusta untuk melindungi diri kita, dll, apapun itu namanya, tetap saja kita tidak jujur. Bahkan kita menyampaikan hanya setengah kebenaran dan berkata kita telah jujur. Kita perlu meneladani hati Yesus yang jujur, yang tidak ada dusta 


HATI YANG MURNI

“sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” 
(Markus 7:21-22)

Hati manusia dipenuhi dengan segala kejahatan, hal-hal terburuk yang ingin dilakukan. Berbeda dengan hati Yesus yang murni. Setiap hari hatiNya dimurnikan oleh firman Tuhan dan Ia menjaga hatiNya sungguh-sungguh supaya tidak ditumbuhi benih yang jahat. Mudah bagi Yesus untuk merasa sombong karena kuasa yang dimilikiNya, tetapi nyataNya Ia mengakui dan menyadari karya Allah di dalamNya dan memuliakan Allah. Yesus memilih apa yang ingin Dia rasakan dengan selektif sehingga tindakanNya juga selektif. Perbuatan dan perkataan kita adalah cermin dari hati kita.


HATI YANG PENUH PENGHARAPAN

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.”
(Roma 12:12)

Yesus berkata bahwa segala sengsara yang harus dialamiNya telah dinubuatkan. Dia melihat tujuan dalam penderitaanNya sebagai pemenuhan rencana besar Allah. Dia tidak membiarkan diriNya mengasihani diriNya atau mengutuki keadaan. Dia tetap berharap pada BapaNya dan meminta namun dengan rendah hati menginginkan kehendak BapaNya yang terjadi karena Ia tahu rancangan Allah adalah yang terbaik.

Kita perlu berlatih agar memiliki hati seperti hatiNya. Allah ingin agar kita menempatkan Kristus sebagai TELADAN atas seluruh hidup kita (Roma 8:28-29). Dia mau kita menjadi serupa dengan gambaran anakNya, lewat segala sesuatu yang kita alami. Melalui pilihan-pilihan yang kita ambil, Dia ingin membentuk hati kita menjadi serupa dengan Kristus.

Sebelum melakukan sesuatu, kita perlu menanyakan pertanyaan penting ini:

Apakah ini membuatku makin SERUPA dengan Kristus?

Wednesday, September 19, 2018

Mengapa Tuhan Mengizinkan Penderitaan



by Grace Suryani Halim

Kenapa Tuhan mengizinkan anak-anak-Nya mengalami penderitaan? Katanya anak Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, tapi kok menderita? Kenapa Tuhan ga kasih garansi bahwa semua orang yang percaya pada Tuhan Yesus tidak akan menderita lagi? Kan enak... 

The last 6 months are one of the hardest time in my life. Ever. Pergumulan datang silih berganti. I've seen death face to face few times. Dihimpit kanan kiri. Belum selesai, masalah baru sudah menanti. Dari gue yang tadinya selalu yakin dan tiap berdoa gue sering ngomong, "I know You, Lord. I know You are a good God," menjadi sampai di titik, "I don't know You anymore..." Semua masalah ini membuat gue jadi orang yang berbeda. Gue menghindari ketemu orang-orang, lebih pengen sendiri, ga terlalu pengen cerita-cerita (oh my, gue sendiri bingung kok gue ga kayak gue lagi). Yang biasanya ember, sekarang jadi keran. Rapet... Netes juga kagak. 


Di sisi lain, something amazing terjadi. Gue jadi peka—sangat peka dengan orang-orang lain yang sedang berduka. Di waktu yang hampir bersamaan, ada seorang rekan yang kehilangan anak dan papanya hanya dalam waktu 2 minggu. Ketika gue hubungin ybs dan bilang, "I'm so sorry for your loss. I'm praying for you," itu bukan kata-kata basa basi. I did pray like crazy for him. I can feel his pain. His loss. His suffering. 

Peristiwa itu membuat gue teringat kejadian sewaktu gue keguguran ampir 3 tahun lalu. Sebelum kejadian, ketika gue pergi check ke dokter kandungan, ada sepasang suami istri yang keluar dari ruang dokter sambil menangis. Respons pertama gue, "Waduh Tuhan, jangan sampeee gue kayak begituu..." 2-3 minggu kemudian, gue keluar flek-flek. Deg. I prayed like crazy, several sleepless nights. Ketika lagi nunggu dokter, ada seorang ibu lain yang begitu keluar lgsng didorong pake kursi roda dan dibawa ke ruang perawatan, she cried. Respons pertama gue, "Lord, please help her... Please take care of her baby. I hope she's okay. Please help her. Please..." 

3 minggu sebelumnya, gue ga peduli sama sekali dengan pasangan suami istri yg pertama. Gue cuman berdoa, jangaaann sampeee gue harus begitu. Did I care about them? Nope. I only cared about myself. Yang penting bayi gue ga kenapa-kenapa. Bayi orang laen, nasib dia lah. 3 minggu kemudian, gue bahkan ga sempet mikir semoga bayi gue ga kenapa-kenapa (waktu itu belon tau kalo keguguran, baru ada flek-flek). Gue bener-bener berharap she's okay dan bayinya juga baik-baik saja. Apa yang membuat gue yang tadinya yang punya mental, gue ga peduli bayi laen gimana yang penting bayi gue ga kenapa-kenapa, menjadi otomatis (sekali lagi OTOMATIS) mikirin bayi orang lain juga? Penderitaan. Suffering. 
Penderitaan itu mengubah engkau. Penderitaan menghancurkan ego. Meremukkan kesombongan. Menghilangkan self-righteous. Penderitaan itu membuat lubang di hatimu, sehingga ada tempat untuk orang lain di sana... Penderitaan membuat kita sadar, betapa rapuhnya hidup ini. Ya, jika boleh merumuskan apa itu penderitaan, buat gue penderitaan itu membuat lubang besar di hatimu, sehingga ada tempat untuk orang-orang lain di sana dan ada lebih banyak tempat untuk Yesus. Hatimu tak lagi penuh dengan SAYA, SAYA, dan SAYA.
Mungkin itu sebabnya Tuhan mengizinkan anak-anak-Nya tetap mengalami penderitaan di dunia ini. Supaya mereka tetap in-touch with reality. Mereka bisa berempati dengan dunia yang terluka. Mereka bisa menangis dengan jiwa-jiwa yang menderita. Mereka bisa mengerti bahasa tetesan air mata. Orang-orang yang pernah mengalami luka yang sama, bisa berkomunikasi dengan kedalaman yang hanya bisa dimengerti oleh yang pernah terluka. 

Bayangkan jika semua anak Tuhan kebal terhadap penderitaan, bagaimana kita bisa mengerti raungan orang-orang yang terpinggirkan di ujung sana? Bagaimana kita bisa menjadi saksi Kristus yang efektif juga kita tidak benar-benar bisa peduli? Bagaimana kita bisa peduli jika kita tidak pernah mengalami? Bagaimana kita bisa mencerminkan Allah yang peduli kepada dunia, jika kita hidup di dalam rumah kaca yang steril terhadap penderitaan? Itu bukan cerminan Yesus. Yesus justru keluar dari 'rumah kaca' untuk masuk ke dalam penderitaan! Karena itu mensetrilkan anak-anak-Nya dari penderitaan justru mengingkari teladan Yesus Kristus, Tuhan kita. 

Beberapa teman-teman baik gue yang sangat gue kagumi karena mereka orang-orang yang sangat considerate, sangat bisa menguatkan org, pandai memilih kata-kata yang membangun, tulus, orang-orang yang sangat optimistik justru adalah orang-orang yang sudah banyak mengalami ups and downs dalam hidup mereka. Mereka orang-orang yang membuat banyak orang nyaman dengan mereka. Sekarang baru gue ngeh kenapa... Itu bukan karena they had a good upbringing, atau mereka pintar. Bukan. Mereka orang-orang yang sering digodok dalam kesukaran, tapi mereka tidak menjadi pahit. 

Buat teman-teman yang juga sedang dirundung masalah, yang merasa tertekan, izinkan gue share ayat favorit gue di masa-masa ini, 

"Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka."
(Mazmur 90:15)

Ayat barusan gue ketik di luar kepala. Karena ini ayat yang jadi pegangan gue di hari-hari ini. Ini ayat yang gue dapet sewaktu gue masih kuliah di China. Pertama kali baca ayat itu gue ngerasa lega. AKHIRNYA... Ada ayat yang mengakui bahwa terkadang Tuhan menindas umat-Nya. Instead of saying, "Everything will be okay, just trust Him," penulis Mazmur ini berani berkata dengan lantang, “Tuhan, Kau menindasku!” Oh Tuhan, tolong jangan cuman tindas gue, buatlah juga gue bersuka cita seimbang dengan hari-hari gue mengalami sengsara. Ayat ini nancep, karena ini ayat yang jujur. Ga muna. Ga sok beriman. Dan ini ayat yang ditulis oleh orang yang dirundung duka. Orang yang mengalami celaka. Tapi ia tahu, ia berani meminta Tuhan, buatlah gue bersukacita seimbang dengan hari-hari gue mengalami celaka. Ini ayat yang mengandung pengharapan. Pengharapan bahwa di depan akan ada 'payback time from God'. Akan ada hari-hari dimana Tuhan membuat kita bersukacita. Dan tidak hanya sekedar bersukacita, tapi Ia akan membuat gue bersukacita SEIMBANG bahkan lebih dari bulan-bulan gue mengalami celaka.

Dan ayat kedua,

"I will see the goodness of the Lord in the land of the living."
(Psalm 27:13)

Kalo lagi menderita emank paling enak baca Mazmur. Ini ayat sebenernya juga agak 'kurang ajar' sih. Pede banget si Daud, berani bilang dia bakal liat the goodness of the Lord selama dia masih hidup. Kok dia yakin? Siapa tahu Tuhan mau kasih berkatnya setelah dia mati? Ga ada yang tau kan? Ini yang dipelajarin dari para pemazmur. Mereka orang-orang yang jujur. Ga ada basa-basi. Jujur dengan kesedihan mereka, dengan ketakutan mereka, dengan rasa frustasi mereka, dengan kemarahan mereka. But they're also very bold. Mereka berani meminta. Bukan sekedar doa, "Terserah Tuhan... Tuhan tau yang terbaik. Keliatan beriman, tapi kadang itu lahir dari ketakutan. Iya kalo dikasih... Kalo Tuhan ga kasih gimana? Terserah Tuhan aja dah. Main aman. Pemazmur tidak seperti itu. Ia meminta apa yang ia percaya. Ia percaya hal-hal yang besar. Dan mereka percaya, Tuhan itu Tuhan yang baik. Tuhan yang tidak marah ketika anak-anak-Nya meminta. Dan gue bersyukur gue punya Tuhan yang sama dengan mereka. :) 

*** 

God, I know You’re too wise to be mistaken.

Friday, July 6, 2018

Bersikap Bijak Terhadap Lawan Jenis


by Glory Ekasari

Urusan menjaga hubungan dengan lawan jenis yang juga adalah saudara seiman kita di gereja memang gampang-gampang susah. Kadang kita merasa kita bersikap biasa saja, eehh dianya baper. Kadang kita naksir dan sudah kasih tanda-tanda, eeehh sana gak peka. Beberapa waktu lalu istilah friendzone sempat sangat ngetren, berhubung banyak cowok yang merasa ‘digantung’ oleh cewek yang sudah memberi sinyal-sinyal suka pada mereka. Tapi apakah itu salah si cewek sepenuhnya? Atau pihak cowok GR aja? Serba susah ya.

Tentunya kita tidak ingin menjadi batu sandungan, tapi kita juga menginginkan kebebasan—tidak hidup dalam rasa was-was kalau-kalau kita “salah memberi sinyal” ke pihak cowok. Solusinya, menurut saya, adalah hikmat. Kita harus selalu memikirkan dengan baik apa yang sedang kita lakukan dan apa konsekuensi dari tindakan kita itu. Sebagai orang dewasa, kita perlu memikirkan dampak tindakan kita terhadap orang lain, apalagi kalau itu menyangkut perasaan.

// PERHATIKAN TINDAKAN KITA

Saya ingin share beberapa hal umum, karena kita tidak mungkin membahas setiap kasus. Sebagai wanita yang takut akan Tuhan, hal-hal ini harus kita perhatikan ketika kita berteman dengan pria-pria di gereja: 

1. Frekuensi Komunikasi: ngobrol tatap muka, chatting, telepon, email, MSN Messenger, dll 
Kalau kita tidak berniat menjajaki hubungan lebih dari teman, yang pertama harus dihindari adalah komunikasi setiap hari. Apalagi komunikasi setiap hari, melewati jam malam normalnya orang ngobrol.

Komunikasi secara terus-menerus adalah untuk orang yang spesial bagi kita: keluarga, sahabat, pacar, suami, anak, intinya orang-orang terdekat dengan kita. Kalau kita menambahkan seorang teman cowok dalam daftar itu, wajar bila dia merasa dia orang yang spesial bagi kita. Ingatlah: kita berkomunikasi bukan hanya lewat kata-kata; segala tindakan yang kita lakukan mengirimkan pesan bagi orang lain, sekalipun pesan itu tidak tersurat. Berkomunikasilah secukupnya, sewajarnya. 

2. Pembicaraan tentang hal-hal pribadi 
Bukan hanya menjaga frekuensi komunikasi; kalau seseorang memang hanya teman biasa, tidak bijak bila kita membicarakan hal-hal yang terlalu pribadi dengan dia.

Hal-hal yang pribadi misalnya: masalah keluarga, rencana masa depan yang masih kita pikirkan sendiri, cerita mantan pacar (!), masalah kita dengan pacar/suami kita (!!). Sekali lagi, semakin pribadi masalah yang kita ceritakan, semakin dia mendapat pesan bahwa dia adalah orang yang spesial untuk kita. Hindari kesalahpahaman seperti ini. Kuasailah diri, sekalipun kita ingin curhat, dan bawalah masalah kita kepada Tuhan.

Demikian juga kalau dia mulai membicarakan hal-hal pribadi. Kalau perlu, tahanlah dia dari bercerita terlalu banyak (ini tentu menyangkal diri, karena cewek suka denger cerita), dan arahkan dia untuk bercerita pada orang lain, bukan pada kita (kalau bisa, sesama pria yang dewasa dalam iman). Ini lebih bijaksana dan berguna bagi semua pihak. 

3. Jalan Bareng 
Seorang cowok pernah mengajak saya keluar makan berdua. Saya langsung paham maksudnya, dan saya menolak dengan halus dengan cara bertanya, “Mau ngajak siapa lagi?” Ah, kasihan dia.

Dari situ kita tahu bahwa bagi cowok, kalau seorang cewek mau diajak jalan berdua, itu berarti dia membuka diri untuk hubungan yang lebih dari teman. Jadi sudah seharusnya kita bijaksana dan jangan asal mau saja diajak jalan (atau mengajak jalan) teman cowok.

Ada satu hal lagi. Semasa saya masih jomblo—dan orang-orang di lingkungan saya (teman-teman, gereja) tahu bahwa saya jomblo, saya sangat berhati-hati untuk tidak jalan bareng teman cowok berdua saja. Kenapa? Memangnya salah? Kalau pertanyaannya benar/salah, tentu saya tidak salah; saya bebas jalan dengan siapapun yang saya mau, wong namanya cewek single. Tapi saya punya satu hal yang harus saya jaga: reputasi saya. Saya tidak ingin menimbulkan skandal karena saya jalan dengan cowok yang berbeda-beda, lalu skandal itu membuat pelayanan saya terhalang. 

4. Kontak Fisik 
Saya tau, saya tau, cewek kalau lagi guyonan dan ketawa ngakak, sering tanpa berpikir me-naplok lengan teman cowoknya, atau mencubit dia.

Tapi jangan begitu lagi.

Saya sendiri adalah orang yang memiliki bahasa kasih physical touch (pembaca bisa merujuk pada buku The 5 Love Languages karangan Gary Chapman). Saya suka memegang, memeluk, mencium orang-orang yang saya sayangi. Kadang juga saya ingin menepuk pundak teman cowok saya kalau saya merasa berterima kasih atau mereka sudah melakukan hal yang baik. Tapi saya menahan diri untuk itu. Saya menjaga supaya hubungan pertemanan kami tetap sehat. Saya tidak ingin mengirim sinyal yang salah.

// KENAPA RIBET SEKALI?

Satu fakta membuat saya kagum adalah bahwa di dalam Alkitab, yang namanya hikmat itu diidentikkan dengan wanita. Kata “hikmat” dalam bahasa Ibrani maupun Yunani adalah dalam bentuk feminim. Bahasa Yunani untuk hikmat adalah sofia—nama yang banyak dipakai oleh para wanita. Ini mengajarkan pada saya bahwa wanita merupakan personifikasi kebijaksanaan. Wanita seharusnya hidup dengan bijaksana. Demikian pula yang dikatakan Alkitab:

“Perempuan-perempuan muda... mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat orang.”
(Titus 2: 4-5)

Bagian akhir dalam ayat itu sangat berarti bagi saya: “agar firman Allah jangan dihujat orang.” Ya. Bila wanita-wanita Kristen hidup bijaksana, suci, rajin dan bertanggung jawab, baik hati dan taat pada suami, orang akan melihat bahwa Kristus sungguh hidup di dalam kita. Tetapi bila kita hidup semau kita sendiri, tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakan kita, menolak untuk mengendalikan diri dan tertib dalam hubungan kita dengan lawan jenis, maka Tuhanlah yang akan kena cela.

Fokus kita bukanlah kepada apa yang kita inginkan, kenyamanan kita sendiri, siapa pasangan hidup kita, dll. Fokus kita adalah pada Tuhan, yang memberi kita hidup baru. Paulus menulis, “Kamu telah mati (untuk dosa), dan hidupmu tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah” (Kolose 3:3). Hidup kita adalah milik Kristus. Kalau kita bersikap baik pada orang lain, itu untuk Kristus. Kalau kita merespon pdkt cowok, itu untuk Kristus. Kalau kita pacaran, itu untuk Kristus. Kalau kita menikah, itu untuk Kristus. Kalau kita tidak menikah, itu juga untuk Kristus.
Wanita yang mengasihi Tuhan akan hidup bijaksana terhadap orang-orang di sekitarnya. Ini bukan merupakan beban bagi kita; ini merupakan kehormatan, karena kita boleh menunjukkan seperti apa hikmat Allah itu di dalam hidup kita sehari-hari.

// KEBEBASAN KITA

Jadi kita harus menjaga diri dalam hubungan dengan teman pria yang seiman. Kita tidak bisa berlaku sekehendak hati kita tanpa memikirkan konsekuensinya terhadap perasaan mereka. Apakah itu berarti kita sama sekali tidak memiliki kebebasan? Tapi mari kita pikirkan lagi: kebebasan seperti apa yang kita kehendaki?

Saya selalu merasa punya kebebasan terhadap saudara seiman: saya bebas untuk berlaku sopan, considerate, dan menghargai mereka sebagai pria yang punya perasaan dan kehendak. Kasih itu bukan hanya sekedar what we do, tapi juga what we do not do. Kita menghormati perasaan dan kehendak orang lain karena kita mengasihi mereka. Sebaliknya, bila kita mempermainkan perasaan orang lain, maka kita tidak mengasihi mereka.

Tuhan merancang manusia untuk sepenuhnya saling mencintai di dalam pernikahan. Saya sedih memikirkan pasangan-pasangan yang justru berhenti saling mencintai setelah mereka menikah. Wanita tidak diciptakan untuk tebar pesona pada semua pria; seorang wanita diciptakan untuk menolong satu pria—one particular man: suaminya. Terhadap suaminya, dia punya kebebasan untuk mencintai, menolong, melayani, menguatkan. Dan dia melakukan itu semua di dalam berkat Allah. Ini yang menjadi kehendak kudus Allah, dan ini juga yang seharusnya menjadi kehendak kita.

Beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba muncul pikiran ketika saya melihat suami saya yang sedang tidur: saya sayang sekali pada dia. Tapi tahukah pembaca, apa yang aneh? Saya tidak pernah merasa seperti itu selama kami masih pacaran. Pernikahan memberi saya kebebasan untuk mencintai suami saya sepenuhnya, tanpa menahan diri. Bersama dia saya bebas melakukan semua yang tidak pernah saya lakukan dengan pria lain: komunikasi terus-menerus, menceritakan isi hati saya yang terdalam, jalan bareng dia di muka umum sambil bergandengan tangan, dan hubungan yang intim sebagai suami isteri. Ketika saya mengikuti rencana Tuhan, saya mendapatkan kebebasan dalam kebenaran. 

Monday, July 2, 2018

God’s Purpose For Women


by Leticia Seviraneta 
When purpose is not known, abuse is inevitable – Myles Munroe 
Belum lama ini, media publik tersita perhatiannya oleh pernikahan Pangeran Harry dengan Megan Markle. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah kata “taat” kepada suaminya yang dilewatkan oleh Megan ketika mengucapkan janji pernikahan—yang bersifat tradisional itu. Pangeran Harry dan Megan hanya masing-masing berjanji untuk mengasihi, menghibur, menghargai, melindungi, dan setia satu sama lain. Bagian “taat” yang dilewatkan Megan juga dilakukan oleh Lady Diana dan Kate Middleton. Di era modern saat ini, banyak yang berpendapat bahwa kata “taat” sudah tidak sesuai dengan perubahan status wanita di mata masyarakat. Terlebih lagi dengan latar belakang seorang feminis yang memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita, tidaklah mengherankan bagi seorang Megan Markle untuk juga melewatkan bagian itu. 

Seiring dengan banyaknya pendapat yang beredar mengenai status dan peranan wanita masa kini, telah terjadi kebingungan akan apa sesungguhnya tujuan wanita diciptakan. Apakah wanita diciptakan hanya untuk menghasilkan keturunan dan mengurus rumah tangga? Apakah status wanita sama dengan pria di dalam keluarga sehingga ia pun dapat mengambil keputusan penting? Apakah wanita dinilai inferior jika dibandingkan pria, sehingga kita harus taat kepada mereka? Apakah wanita dapat menjalankan karir dan mengurus rumah tangga dengan seimbang? Pertanyaan-pertanyaan ini banyak dilontarkan, namun sedikit jawaban yang benar-benar memberikan jalan keluar yang pasti. Rancangan Tuhan yang sesungguhnya—ketika Dia menciptakan wanita—menjadi kabur karena tidak ada yang mencari kepada Tuhan sebagai sumber jawaban atas pergumulan ini. 

Tidak ada yang lebih mengetahui tujuan sesuatu diciptakan selain dari Pencipta-nya sendiri. Kita dapat mencari ke mana saja untuk menerka alternatif tujuan sesuatu diciptakan. Namun besar kemungkinannya bahwa jawaban yang kita temukan dari tempat lain tidaklah benar. Sama halnya dengan tujuan akan keberadaan wanita, maka yang terbaik adalah menanyakannya kepada Sang Pencipta: Tuhan. 

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." 
– Kejadian 2:18 [TB] 

Tujuan Tuhan menciptakan wanita tertulis dengan jelas di Kejadian 2:18. Allah menyatakan bahwa tidaklah baik untuk pria (dalam hal ini Adam) seorang diri saja. Disebutkan demikian karena manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Sebagai solusi akan hal itu, wanita pertama (Hawa) diciptakan untuk menjadi penolong bagi Adam, yang sepadan dengannya. 

Kata “penolong yang sepadan” dalam terjemahan Alkitab King James Version (KJV) menggunakan kata “help meet” dan terjemahan Inggris yang lebih modern menggunakan kata “helper suitable for him,” “companion.” Di dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk ini adalah “ezer” (baca: ay-zer) yang artinya adalah seseorang yang memberikan bantuan atau melayani seseorang. Kata “ezer” ini muncul sebanyak 21 kali di sepanjang Perjanjian Lama. Dua kali digunakan dalam konteks penciptaan wanita pertama, tiga kali dalam konteks seseorang meminta pertolongan di situasi yang mengancam, serta 16 kali digunakan dalam konteks yang mengacu kepada Tuhan sebagai penolong. Dari semua konteks penggunaan kata “ezer”, tidak diragukan lagi bahwa jenis bantuan yang seorang “ezer” berikan sangatlah vital dan signifikan untuk menolong. 

Jadi, tujuan original Tuhan ketika menciptakan wanita adalah untuk menjadi penolong yang sepadan bagi pria. Penolong dalam hal apakah itu? Penolong untuk mewujudkan visi yang telah dipercayakan Tuhan kepada pria. 

Sebelum Hawa diciptakan, Tuhan telah memberikan visi dan pekerjaan kepada Adam untuk mengelola taman Eden dan memberikan nama kepada setiap hewan yang telah Ia ciptakan (yang juga menunjukkan otoritas Adam atas mereka dan mewujudkan visi Tuhan untuk manusia berkuasa atas segala ciptaan-Nya.)

TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. 
– Kejadian 2:15 [TB] 

Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu 
– Kejadian 2:19 [TB] 

Banyak orang yang menolak konsep wanita sebagai penolong pria karena kesalahpahaman akan arti dari penolong itu sendiri. Tidak sedikit pula yang menganggap status penolong seolah-olah lebih rendah (inferior) dari yang ditolong. Hal ini jelas tidak benar karena Tuhan jelas menyatakan bahwa penolong itu sepadan dengan Adam. Kata sepadan juga diterjemahkan “suitable, complementary” yang berarti saling melengkapi. Jadi jelas tujuan wanita sebagai penolong tidak menempatkan wanita lebih rendah dari pria. Pria dan wanita diciptakan setara di mata Tuhan karena sama-sama merefleksikan gambar dan rupa Allah. 

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 
Kejadian 1:27 [TB] 

Pria dan wanita diciptakan sama serupa dengan gambar Allah, namun dengan peranan yang berbeda. Secara sederhana, penolong melakukan yang tidak dapat dilakukan oleh yang ditolong. Misalnya, seorang wanita mengandung dan melahirkan. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh pria, sehingga wanita menolong pria untuk menghasilkan keturunan. Seorang pria yang bekerja penuh waktu di luar rumah, tidak dapat mengasuh dan mendidik anak secara penuh waktu. Sehingga bila wanita menjalankan peranan dalam mengasuh dan mendidik anak ketika pria sedang bekerja di luar rumah, itu berarti wanita menolong sang pria. Itulah mengapa peranan penolong yang sepadan ini berarti saling melengkapi. Sebagai individu yang sudah dewasa, mungkin saja pria atau wanita ini dapat melakukan itu semua sendiri. Namun, bila ada teamwork atau kolaborasi yang baik antar keduanya, hasil yang dihasilkan akan jauh lebih hebat daripada dilakukan sendiri. Sang pria dapat fokus di pekerjaannya karena mengetahui bahwa istrinya di rumah menjalankan peranannya sebagai istri dan ibu dengan baik. Karena dapat fokus, sang pria dapat berhasil dalam karirnya dengan lebih baik lagi. Bila semua peranan itu dijalankannya sendiri, ia akan menjadi individu yang kelelahan dan semua pekerjaannya hasilnya akan tidak maksimal atau bahkan di bawah standar yang seharusnya. 

Namun, tujuan wanita sebagai penolong yang sepadan bagi pria sesungguhnya jauh lebih besar dari sekedar melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga bagi pria. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Hawa diciptakan untuk menjadi co-partner dari Adam dalam mewujudkan visi yang Tuhan telah berikan kepada Adam. Ini berarti Tuhan menghendaki wanita untuk menjadi penyemangat, penolong, dan supporter sang pria dalam mimpi-mimpi hidupnya. Oleh karenanya, sangatlah penting sebelum kita menjadikan seorang pria suami kita, kita perlu menanyakan apa visi dan mimpi hidupnya. Karena kita sebagai wanita memiliki peranan untuk menolongnya mewujudkan visinya tersebut. Jangan menikah dengan pria yang visinya tidak dapat kita dukung dan jangan menjadi wanita yang hendak menyetir suami kita ke arah yang kita mau pergi karena itu bukanlah rancangan Tuhan untuk kita. 

Dengan diputarbalikkannya pemahaman akan urutan rancangan awal Tuhan mengenai pria dan wanita ini, banyak wanita di zaman sekarang yang enggan untuk mendukung dan mengikuti visi pria ketika mereka merasa tidak nyaman. Misalnya, seorang istri yang enggan untuk pindah dari kota ke desa, ke luar negeri, atau ke tempat lain di mana sang pria ingin pergi untuk mewujudkan mimpinya. Banyak wanita suka mengambil alih kepemimpinan pria dalam menentukan arah rumah tangga mereka. Namun sebagai wanita yang telah ditebus oleh darah Yesus dan menjadikan kita anak-anak Allah, kita tahu bahwa rancangan Allah sejak semula adalah yang terbaik. Sang Pencipta benar-benar mengetahui bahwa rancangan yang dibuat-Nya akan bekerja untuk kebaikan dan keharmonisan; sementara bila kita menentang rancangan-Nya, kita akan mengalami kekacauan dan ketidakharmonisan. 

Lalu, apakah itu berarti tujuan Tuhan bagi wanita adalah untuk menikah dan menjadi istri sehingga dapat menjadi penolong yang sepadan bagi pria? Bagaimana dengan wanita yang masih single? Apakah hanya bila ia menikah ia dapat mewujudkan tujuan Tuhan atas hidupnya? Tentu tidak. Ketika wanita belum menikah, dia pun menjalankan hidupnya sebagaimana anak Tuhan yang diberikan visi dan mimpi yang besar. Bila seorang wanita sudah memiliki mimpi sebelum menikah, maka yang dapat dilakukannya adalah menentukan pasangan yang sejalan dengan mimpinya tersebut. 

Tuhan banyak berkarya di dalam hidup orang-orang yang single. Paulus, rasul yang luar biasa, tidak menikah demi melayani Tuhan (1 Korintus 7:7-9). Ketika masih single, wanita pun dapat memenuhi tujuan Tuhan atas hidupnya dengan melayani-Nya di area yang Tuhan taruh di hatinya. Wanita dapat mempersiapkan dirinya untuk menjadi penolong yang baik dengan bertumbuh di dalam Tuhan, taat kepada perintah-perintah-Nya, taat kepada otoritas yang ditempatkan dalam hidupnya (misalnya orang tua dan pemimpin gereja), dsb. Karena untuk menjadi penolong ketika sudah menikah kelak tentu tidak mudah bila kita tidak terbiasa untuk taat dan berada di bawah naungan perlindungan otoritas di atas kita saat ini. 

“Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.” 
– Amsal 18:22 [TB] 

Jika teman-teman adalah seorang istri, ingatlah bahwa kita diciptakan untuk memenuhi suatu kebutuhan dan ketika kita memenuhi kebutuhan tersebut kita adalah “sesuatu yang baik,” seorang penolong yang sepadan untuk memenuhi kebutuhan laki-laki. Ini adalah rancangan Tuhan atas hidup kita. Secara alami, kita akan diperlengkapi dalam segala aspek untuk menjadi penolong suami :) 

Ketika kita taat atas rancangan Tuhan mengenai hidup kita dan didorong dengan motivasi tulus untuk membantu hidup suami agar lebih efektif dan mudah, suami pun akan mengetahui bahwa dia memiliki seorang wanita bijak dan penolong yang sejati. Dia akan menerima penghargaan dari pria-pria lain karena memiliki istri yang luar biasa. 

Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. 
– Amsal 12:4 [TB] 

Sedikit wanita menyadari bahwa dia juga menolong untuk merealisasikan pekerjaan Tuhan ketika dia menjadi penolong suaminya. Ya, karena melayani suami sama dengan melayani Tuhan juga. Bila suami menjengkelkan, tidak layak dihormati, dsb, lakukan peran kita sebagai penolong berdasarkan ketaatan kepada Kristus. Hal ini akan memudahkan kita untuk menyingkirkan perasaan tidak suka, perasaan kesal, dan melayani gambaran yang lebih besar daripada yang kelihatan, tujuan Allah itu sendiri. Let us fulfill our calling and God’s purpose for us so that many will be blessed through our harmonious marriage. 

“When you are a help meet to your husband, you are a helper to Christ.” – Debi Pearl

Sunday, April 1, 2018

Ketika Aku Bertemu Salib


by Nelly Hendrianto 

Ditulis di Majalah Pearl #09 “When I Met The Cross” 

Gue udah terlibat pornografi dan masturbasi sejak kelas 3 SD. Ga inget gimana mulainya tapi yg keinget cuma gue ngelakuinnya dengan sembunyi2 dan gue terus ngelakuinnya sampe gede. 

Saat gue berumur 21, gue pacaran ama cowo pertama gue. Pertama2, anaknya lembut dan baik. Tapi lama kelamaan, mulai keliatan sifat buruknya yg suka marah2. And memasuki beberapa minggu pacaran, dia minta2 terus keperawanan gue buat hadiah ultahnya. Gue nolak donk. Tapi dia terus mendesak, dengan pernyataan ‘klise’.

“kalo kamu cinta sama aku, kamu kasih donk keperawanan itu buat aku” 

So akhirnya gue luluh juga. Dikasih deh. From that day, dia suka minta2. Kalo ga dikasih, dia marah2. Beberapa kali dia marah sama gue karena beberapa hal sepele. Btw, dia orangnya posesif buanget. Mao ngapa2in harus disebelah dia, saat itu kita emang tinggal serumah sih. (We lived in Sydney, ceritanya sih gue sekolah dan cowo ini kerja. But truth is gue uda dikeluarin dari skolah, tanpa my parents tau.) And I served him for sex, hati gue sebenernya udah mati buat dia. Tapi karena takut aja, gue stayed. 

Dan kalo marah dia mulai maen fisik. Gue didorong2 ke tembok dll. Puppy dog gue yg baru umur 9 bulan, ama dia dipukul dan akhirnya mati di pangkuan gue just becoz he was jealous, karena gue sepertinya lebih sayang ama doggie gue itu. Klimaksnya, suatu hari, dia tampar gue sampe terlempar ke ranjang. Then pegang leher gue, kayak mo cekik, sambil teriak2 kayak orgil. At that very moment gue tau, gue ga mungkin bisa hidup sama orang ini lagi. So to cut the story short, gue lari dari rumah. Dan temen2 gue bantuin gue kabur dari dia. For first few months, gue masih diteror, ditelponin, diancem. Temen2 gue juga diancem. Tapi tong kosong berbunyi nyaring lah ya. Akhirnya dia berhenti neror gue saat dia udah dapet cewe baru. 

Since that moment, hidup gue went downhill. Gue suka bgt clubbing. Dan disana gue ketemu banyak temen2 ga jelas, dan kita idup bebas. Rokok, alcohol, ngobat dll. Hampir setiap minggu, diabisin di clubbing sampe subuh. Kadang2 mabok2an rame2 dirumah temen sampe gue pingsan. Banyak cowo2 ajak kenalan dll. Sampe akhirnya gue terlibat free sex, punya sexual partners/TTM. Dan during these times, gue mulai serius mikirin bunuh diri. Coz I didn’t see the point of living anymore. Gue ngerasa ga ada yg sayang sama gue. Cowo2 mau gue cuma buat sex aja, ga mau lebih. Parents gue juga ga jelas, gue came from a broken family. Punya mereka apa gak, sama aja buat gue. Jadi gue mulai siap2in hal2 yg perlu disiapin buat bunuh diri yg sukses. 

Sampai suatu saat, gue dikenalin sama satu cowo. Dan kita deket, gue jadi suka sama dia. Dia keliatan anak baik dan care sama gue. Kita jadi sering chatting, and ga tau knapa gue jadi cerita tentang rencana bunuh diri gue sama dia. Dia kaget donk, dan berusaha talk to me and stuff. So akhirnya gara2 dia, rencana bunuh diri gue tertunda. I felt dia bener2 care dan sayang sama gue. Kita jadi deket bgt dan lama kelamaan kita terlibat free sex. 

Tapi dia bilang sama gue, kalo dia ga bisa jalanin relationship ama gue karena dia baru putus sama cewenya. Dia masih trauma ama relationship katanya. Gue ok-ok aja, jadi kita jadi TTM with sexual relationship. 

Gue pikir gue ok2 aja dengan hubungan seperti itu. Tapi ternyata hati gue sakit juga. Kalau kita jalan diluar bareng temen2nya, dia ga pernah gandeng tangan gue. Ga pernah show that dia sayang gue. Padahal kalo kita berduaan, dia selalu sayang2 gue. So his friends only knew that I was his sex partner. Itu menyakitkan karena gue bener2 dah sayang bgt sama dia, but I couldn’t bring myself to end this. 

Mulai saat itu, gue mulai cut myself with knife, bukan buat bunuh diri. Tapi buat pelepasan rasa sakit di dada. Menurut gue, rasa sakit di tangan gue ga sesakit apa yg gue rasain di dada. There was one day, gue cut my both hands badly, trus gue kerumahnya dan kasih liat dia. Dia ketakutan, and I think that was the time dia mulai sadar bahwa dia in a bad situation, being involved with me. Gue pernah diem2 baca2 chat history dia sama temennya. Dia bilang dia nyesel terlibat sama gue, he had no idea that he would be in this kind of mess. 

Yah hati gue smakin hancur. The one I thought really cared for me, actually didn’t care at all. 

Gue akhirnya ke dokter, minta obat penenang, supaya gue ga depresi lagi. I thought it was hormonal imbalance. Tapi it didn’t help. Ada satu hari, gue kalap, dan gores2 tangan gue lagi. And karena gue ga tahan, gue nangis2 dan telpon bokap gue. Selama 5 taon gue di Sydney, gue ga pernah telpon bokap skalipun. Apalagi nangis2. Bokap gue kaget banget donk. Dia nanya2 terus knapa, and gue ga bisa jawab, gue cuma minta dia dateng ke Sydney secepetnya. And before kita tutup telpon, bokap bilang gini, 

“Please don’t do anything silly, tunggu papa kesana ya.” 

Nah after that, gue cerita ama ‘cowo gue’. And he was glad that I finally talked with my dad. Tapi lama2 gue ngerasa hubungan gue ama cowo itu smakin jauh. Hubungan smakin ga jelas. Sampe satu hari, gue muak ama semuanya. Gue kurung diri gue dikamar, gue minum2 sampe mabok and gores2 tangan gue pake pisau. Dan gue panggil ini cowo di chatting. Dia jawab, and I told him that I was drunk and almost jumped from the balcony. Before chatting ama dia, gue emang ke balkoni kamar gue yg ada dilantai 8. Sambil mabok dan gue liat2 bawah. Pas liat bawah, kok kayaknya kalo gue loncat, smuanya akan berakhir dan seperti ada suara, gue akan lepas bebas setelah ini. Jadi, gue angkat kaki gue satu, udah over the railing, kaki satunya udah di udara and tinggal loncat aja sih. But just a split second before I jump, tiba2 gue keinget janji gue ama bokap gue. Yg dia bilang “don’t do anything silly”. Gara2 keinget itu, gue ga jadi loncat. Dan setelah gue kenal Tuhan, gue yakin banget itu campur tangan Tuhan. Kok bisa pas2nya pikiran itu lewat at that very second disaat gue udah mo loncat! 

So I went inside my room dan sambil mabok, gue chat ama itu cowo. After gue bilang gue ampir loncat dari balcony, eh dianya offline. Bete donk gue. Gue smakin sakit ati, gue smakin nangis2 kayak orgil. Trus gue akhirnya ketiduran coz gue teler. Ga gitu lama tiba2 temen gue gedor kamar gue. Padahal ga ada orang dirumah, dan rumah gue kunci. Somehow temen gue berhasil dapet kunci rumah gue dari temen lain. So temen gue ini masuk and nanya, knapa gue. And she actually heard me crying padahal jarak pintu rumah dan kamar gue itu juaauhhh. Tapi kok bisa dia denger gue nangis. And kok bisa dia pas banget mo ke rumah gue, padahal ga ada janji. Karena dia denger tangisan gue and gue ga bisa ditelpon2, dia berusaha cari kunci rumah gue supaya bisa masuk. And akhirnya temen2 gue pada tau apa yg terjadi dan mereka jagain balkoni and sembunyiin pisau2 gue. I’m really thankful for them at that time. I believe Tuhan used them, meskipun gue masih ga kenal ama Tuhan saat itu. And ‘cowo gue’ itu juga dateng. Dia langsung lari ke rumah gue pas gue bilang di chat gue ampir loncat dari balkoni itu. Dan salah satu temen gue, sebut aja D. She was the only Christian friend yg gue allowed to be close to me. Soalnya gue benci bgt ama yg namanya orang kristen. Bagi gue, mereka munafik. Jadi cuma si D aja yg deket ama gue. Becoz dia accept me for whoever I was, ga pernah nge-judge gue, ga pernah berusaha nginjilin gue, but she just accepted me without trying to change me. On that night, gue cuma inget dia bilang begini sama gue, 

“gue punya Tuhan, gue punya cowo, tapi my life is not perfect. Gue juga struggle with life...” 

Which is to me sangat2 mengejutkan, karena gue liat dia itu strong person. Ternyata dia juga ada struggle. Jadi mulai malam itu, gue bangkit. Gue bilang ke diri gue sendiri,”if she can do it, why can’t I?” 

So for the next few months, gue bangkit dan mulai menata hidup gue kembali. Hubungan ama cowo itu smakin jauh. Dan gue kembali sekolah. Tapi kehidupan clubbing gue masih on. Masih hura2 sama temen2 kehidupan malem. Tapi hati gue masih terasa kosong. There was one night at my place, gue ama temen2 nyimeng/ganja. Gue kagak tau kalo ganja yg gue isep itu pure, ga pake campuran apa2. Abis isep, badan gue gemeteran. Gue ga bisa jalan ke kamar gue, jadi gue ngerangkak pelan2. Pas diranjang, bibir gue ga bisa berhenti gemeteran. Gue takut, gue kirain gue mao mati. And gue ga mao mati. Funny, isn’t it? For the past few years gue udah rencanain gue mo bunuh diri, pingin mati dll. But disaat gue diujung kematian, gue malah takut and ga pingin mati. 

Gue bener2 ga bisa stopped shaking. And this was the first time gue cried out inside and called God. I shouted in my heart, “God!! Help!!” And gue pingsan deh hehe. Dan pas bangun, ternyata gue masih hidup! Haleluyah! Hehe. Tapi ya abis gitu lupa lagi ama yg namanya Tuhan. 

But I believe saat itu He heard my cry and He knew that I was almost ready to open up my heart for Him. So He pursued me more and more. 

So, gue moved on. Skolah, kerja, clubbing for another two years. I didn’t let any guy get close to me karena gue udah males dengan urusan2 gituan. I faced life with my own strength. Sampe akhirnya di dalem hati sebenernya gue kerasa cape. 

Temen gue tadi, si D, dia selalu ajakin gue komsel dirumahnya, or ikut acara2 gerejanya. Tapi acara2 yg fun gitu. Kayak Valentine Cruise or Costume Party. Karena ada dance partynya, ya gue ikut. Kalo komsel, gue cuma ikut pas makan2nya, then abis gitu gue pulang hehe. Tapi karena sering diajakin ke acara2 fun mereka, gue jadi kenal ama temen2 gereja D. And mereka anaknya fun2 smua. Ga pernah menghakimi atau berusaha merubah gue. 

Satu hari, gue maen ke rumah salah satu leader mereka. Iseng2 gue liat rak buku, karena gue suka bgt baca buku. Eh ternyata disono isinya buku Kristen semua. Males juga ngeliatnya, tapi ada satu buku yg menarik. Judulnya, “I Kissed Dating Goodbye”. Wah kok pas bgt nih, gue kan penasaran. Ya gue pinjem. 

Saat baca bukunya, ada satu chapter dimana Joshua Harris (the author) dapet mimpi atau penglihatan. Dia masuk ke sebuah ruangan besar penuh dengan filing cabinets. Dia buka salah satunya, dia keluarin files2 yg ada didalem. And dia kaget, ternyata files2 itu isinya dosa2 dia semua. Joshua ini kristen, udah pelayanan dll, tapi punya double life. He was involved in pornography etc. Pas dia baca files itu, dia malu banget, apalagi di setiap lembar kertasnya ditanda tangani with his name. 

So he said to himself, jgn sampe ada orang yang liat files ini, so he tried to burn it, but ga bisa. Tiba2 ada seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Ternyata orang itu Yesus. He took one of the files and read it. Joshua rebut and tried to prevent Him from reading, tapi Jesus tetep baca without saying a word. Then u know what He did?!?!? He crossed all Joshua’s names from the papers and signed every paper with His own name! Using His Blood! 

Wah gue pas baca itu langsung banjirrrrr nangisss ngejerrrr. Siapa nih orang yg mao ambil my sins as His own??? Padahal Dia kan ga kenal gue and gue ga kenal Dia!! And mao2nya take my own sins as His!! Wah pokoknya gue nangis sejadi2nya saat itu. Becoz of a man called Jesus. I never knew a man who can do all that for me! At that moment I felt, I finally found someone that understand me, understand my heart. 

Wah pokoke indiscribableeeee! 

Dan mulai hari itu, gue jadi tertarik sama yg namanya Jesus. 

Who is He? 

What is He like? 

Why He did that for me? 

So gue mau ikut D ke gerejanya to find out more about Him. Gue teratur ke gereja setiap minggu dan sering baca2 buku Kristen. Dan smakin gue found out more about Jesus, smakin gue amazed with Him and akhirnya gue jatuh cinta sama Dia deh.

He was everything that I was looking for in a man. I felt loved, treasured, pursued, cherised. No man had done that for me. 

Slowly He healed me. Dari kepaitan sama cowo, pornografi, masturbasi. Gue stopped clubbing, rokok, minum2 dll. Gue udah ga merasa tertarik or excited dengan hal2 itu. When I tasted the goodness of Him, other tastes are pale in comparison. Saat gue merasakan betapa cintanya Dia ama gue, betapa sayangnya Dia ama gue, betapa berharganya gue di mata Dia, kepuasan2 dunia jadi ga sebanding and ga menarik sama skali. Karena gue udah dipuasin with Him alone. In His Presence, gue ga ngerasa empty or lonely anymore. 

And He makes me feel so SPECIAL!! 

Tuhan bener2 memulihkan gue sampe gue udah ga ada issue lagi with my past. Gue udah dapet strong conviction/keyakinan yg kuat kalo Dia udah bersihin all my sins. Gue udah diputihkan lagi seperti salju. It took years for me to come to that point. Tapi gue ga boleh give up. Dulu, there were times when gue masuk ke self pity lagi. But God again and again reminded me that I am a new creation in Him. Bahkan Tuhan taruh desire in my heart to testify, to let the world knows, that God’s restoration is so real. Sampe gue come to the point that YES, I’M NEW CREATION! Let no doubt or whatsoever entered my mind again! 

Dan slama ini gue tanya hidup gue ini buat apa sih. Apa purpose of me living in this world? Buat apa gue diciptain? Tuhan pelan2 bukain and pimpin gue to my calling. Gue skarang smakin tau calling gue apa. Dan saat gue fokus dan mengejar calling itu, tiba2 Tuhan mempertemukan gue dengan The One from Him. Alias cowo lah hehe. Yup, proses pertemuannya dan sampe merit pun luar biasa Tuhan yg orchestrate. 

Saat itu gue udah ga kepikiran untuk relationship. I’m so content with just me and God. I enjoy my singleness, gue bener2 concentrate in finding about Him more. Pelayanan dll. (Oh ya, gue udah pindah ke Singapore saat ini) Tiba2 mentor gue bilang ke gue, 

“wah Tuhan lagi mempercantik kamu luar dalam ya??? Bentar lagi pangeranmu pasti dateng. Dan dia akan lebih dari apa yg kamu pikirkan dan bayangkan!” 

Whoah, gue digituin ya mesem2 aja lah. Biasa2 aja sebenernya karena gue ga pikirin soal relationship. Tapi ternyata bener! Kira2 sebulan kemudian, my future husband beneran dateng ke gereja kita, fulltimer pelayanan lagi hauEHuAHEAE. And he is indeed more than I can imagine. Yah intinya gue pertama kali jatuh cinta ama hatinya dia buat Tuhan hehe. 

Dia sempet ke pergi ke Malaysia for mission work buat beberapa tahun, dan saat gue chase my calling in mission. Tiba2 Tuhan pertemukan lagi sama dia. And setelah melalui banyak proses doa, air mata dan darah *lebay* selama 3 taon, akhirnya kita menikah 2 taon lalu dan skarang dah punya a little boy. A handsome and macho little boy. 

I know there are a lot of you yg punya masa lalu yg jelek seperti gue. Cewe2 yg involved with free sex, or even udah ga virgin karena beberapa alasan. Don’t lose heart. Tuhan itu adalah Tuhan yg penuh grace and restoration. Gue adalah salah satu bukti dari His full restoration. Saat gue bertobat dan berbalik dari dosa2 gue, Tuhan ampuni dan Dia ga pernah ungkit2 masa lalu gue lagi. Kecuali kalo buat kesaksian aja hehe. Karena Dia udah taruh in my heart, my life testimony is to open up so many secrets out there. Yg Iblis tutup2in. Yg Iblis bilang, kamu ga bakalan bisa punya pernikahan yg kudus nantinya, godly husband, godly marriage. He can only lie, ladies!!! The truth is kemurahan Tuhan itu cukup untuk smua dosa-dosamu. Emang kita bayar harga of our past sins. Emang menyakitkan melewati proses pembersihan Tuhan. You know a story of a pearl kan ya? (cocok nih ama judul majalahnya wkwk). Pearl kan aslinya kotor, penuh kotoran2 ga jelas. Harus dipoles, dikikis, sampe bener2 keliatan sinarnya. 

Sama kayak kita. Kita yg aslinya kotor, Tuhan terima apa adanya. Tapi Dia ga akan biarin kamu kayak gitu aja. Dia akan poles, akan kikis smua kotoran yang ada di dalammu. Sakit emang, but it is NECESSARY. Karena Dia udah liat hargamu yg sebenernya. Dia tau your true value. Tapi karena sudah ditutupin kotoran, kamu atau orang lain ga bisa liat itu. Only He can. So you have to let Him work kikis2 sana sini hehe. Emang kadang2 kita complain kalo diproses Tuhan. Believe me, gue diproses luar biasa sakitnya ama Tuhan karena Dia tau gue banyak kotoran di dalam, tapi at the end, it is all worth it! 

Gimana gue bisa come to this point? Lepas dari masa lalu, being restored, sampe merit ama godly man yg dari Tuhan and dikaruniai Aiden, our macho little man.

Bener2 jatuh cinta ama Jesus. Ngerasain betapa Dia sayaaaaanggg bgt ama gue. Sampe gue bener2 content and satisfied in Him alone. Gue ga perlu cari2 kasih sayang or approval from other people, especially man. Karena ga ada cowo yg bisa segagah and semacho my Jesus yg love me sampe segitunyaaaaa gitu loooohh. He is my Knight in shining armour. Rescued me again and again. Pursued me sampe gue klepek2 hehe. 

Dipenuhi Roh Kudus setiap hari. Lama2 gue ngerasa jijik ama dosa, and Roh Kudus beri kemampuan untuk lepasin dosa-dosa pornografi dan masturbasi. 

Ambil keputusan untuk tidak jatuh dalam self pity. Never entertain!!! Skali pikiran self pity keluar, langsung teking jauh2. Encounter/perangi dengan Firman Tuhan. Saat self pity bilang, “ah kamu mah udah rusak, ga virgin, emang ada gitu cowo yg mao sama kamu?” Tendang tuh Iblis jauh2 dengan Firman Tuhan yg bilang, “Tuhan sudah membersihkan aku seperti salju, tidak bercela. Urusan cowo mao ga ama gue, Tuhan pasti mempunyai a great wonderful plan for me. Until that day comes, I will pursue my God, my lover and I will pursue Him until I know that He is enough for me. Ga peduli mao ada cowo or not in my life.” Wkwkw. Emang harus begitu. I will ask you a question. Gimana kalo ternyata Tuhan emang mau kamu single slama2nya, just being with Him alone? Apakah itu menyakitkan? Until you say YES LORD, it doesn’t matter anymore if there is a guy for me or not! And you said that bukan karena kepaitan sama cowo, tapi you are truly satisfied with His love. Maksud gue, your heart will have to be truly fulfilled by Him, otherwise nanti kalo kamu jalan lagi sama cowo, bisa jatuh ke dosa yg sama karena kalian bisa compromise since you love each other. Tapi kalo cintamu ke Tuhan lebih kuat, you can stand firm, dan ga mau deket2 dosa because you don’t want to hurt His feeling. 

Say enough is ENOUGH! No more compromise, no more ‘ya udah lah ga papa, skali ini aja’. 

Do whatever it takes to take you away from that sin. Misalnya, kamu sama cowo mu jatuh dalam sex. Mbok ya jangan berduaan dikamar. Udah tau pasti ada godaan2 dan listrik2 yg mematikan. Jgn ada kesempatan untuk berduaan ditempet sepi dll. 

Hiduplah di komunitas iman yang kuat. Yang bisa membangun dan menguatkan kamu untuk terus maju. But you can’t always depend on people. Jangan sebentar2 cari orang buat dicurhatin. Abis terima advice, jadi lega. Tapi biasanya itu ga tahan lama karena kamu jadi terbiasa cari orang2 buat dicurhatin. Larilah ke Tuhan terlebih dahulu. Let Him deal with you alone. Tuhan saat itu bawa gue ke dalam moment2 sendiri yg sangat sepi. Ga punya temen etc etc karena gue pindah ke Singapore kan. But at that moment, gue tau gue deal sama Tuhan alone. Gue ga bisa cari sapa2 buat curhat, only He was there for me. Disitulah gue dipenuhi ama Dia, sampe gue dapet that He is enough for me. But selain itu, a mentor is also important. Someone to guide you and correct u. Harus sesama jenis ya. :) Ampuni diri sendiri, your past, your ex, your bf, or siapa aja yg sudah pernah merusak dirimu. When you forgive, ada kuasa restorasi dari Tuhan turun ke hatimu. Confess your sins to your spiritual leaders. Healing starts when you confess. 

Terus menerus pegang Firman Tuhan ttg siapa dirimu di dalam Dia. 

Must understand that love itu bukan sex. Maksud gue, banyak cewe yg salah mengira love = sex. Saat kita berhubungan seks dengan cowo kita, kita merasa being loved, being wanted, being special. Di hug, di cium dll. Waktu gue punya sexual relationship ama ‘cowo gue’ tadi, I thought I was expressing my love to him by giving him my body. And I thought, karena kita punya sexual relationship, gue kira dia sayang/love gue makanya mau tidur sama gue. The painful truth is when someone has sex with you, doesn’t mean he loves u. 

Focus on finding out your calling. Disitu you will find what His great plan for u. Jadi kamu akan fokus building yourself up, daripada mikir2 masa lalu yg ga jelas dan ga ada gunanya. 

Yah setelah melalui semua itu, gue akhirnya lepas. Now, gue ga bisa ngebayangin dulu itu gue kayak begitu. Bener2 bedaaaaa bgt ya sekarang. Apalagi kalo mikir2, wah bisa merit with such a godly man, punya baby boy yg luar biasa, yg kalo nangis jadi diem kalo didoain or dibacain Firman wwkwkwk. Ini semua bener2 beyond my imagination and thoughts! Waktu kita menikah, ayat yg Tuhan kasih ke kita adalah: 

Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
(1 Korintus 2:9)

So true!!! 

And the past is the past. Tuhan sanggup menjadikan segala sesuatunya menjadi indah. Memutarbalikkan kutuk menjadi berkat. Iblis bermaksud untuk merusak dan menghancurkan, tapi Tuhan, with His power of restoration (tanpa syarat. It’s already yours.), mengubah my shame menjadi my victory. Gue ga ada problem dengan ceritain ini semua karena itulah yg Tuhan mao dari gue dan my past udah ga ada efeknya sama gue. Sexual sins banyak yg ditutupi karena memalukan. Tuhan mao kita bongkar semua itu, karena smakin dosa ditutup2in, smakin berkuasa Iblis atas dosa kita. I don’t ask you to bongkar2 your secret kemana-mana hehe. But saat kamu sudah bisa lepas dari smua ini, maybe u can testify too, in your own way. Karena Iblis dikalahkan dengan kesaksian hidup kita. 

Kalo gue bisa lepas, kalian juga pasti bisa! With the power of God, of coz!

Thursday, March 22, 2018

Why Get Married?


by Sarah Eliana

*Girls, your worth is not in your marital status or in how many children you have. There is nothing wrong in wanting to be married and to be a mother. What is evil is making marriage and parenthood the sole objective and goal to define womanhood or to find worth.

Pernah kepikir gak kenapa sih kebanyakan manusia (terutama cewek) punya impian untuk menikah? Apa sih tujuan kita menikah? Aku rasa kalo kita tanya ke orang lain (atau diri sendiri), 90% jawabannya adalah, “Karena aku mencintai dia.” Untuk yang masih single, mungkin jawabannya, “Because I want to grow old with someone who can complete me.” Lover, soulmate, love of my life—apapun sebutannya, rata-rata kita memiliki pikiran bahwa kalau kita punya special someone, hidup kita akan menjadi utuh. Kita akan bahagia. 

Kalo begitu, kenapa pernikahan begitu penting untuk Tuhan? Sampe banyak banget ayat-ayat di Alkitab yang ngomongin tentang pernikahan. Kalo cuman supaya kita bisa hidup dan grow old dengan orang yang kita cintai, ngapain sih Tuhan sampe panjang lebar ngebahas tentang hubungan dan peran suami istri? Kalo emang cuman supaya kita bahagia, kenapa musti ada aturan-aturan itu di Alkitab? Toh happy gak happy-nya kita kan gak tergantung aturan. Yang penting kita jalani rumah tangga sesuai dengan karakter kita sebagai suami istri, beres deh, ya kan? Kalo Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan hanya supaya kita gak kesepian, ngapain Tuhan sampe susah payah membahas tentang siapa yang boleh dan tidak boleh kita nikahi? Kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum percaya? Toh biarpun belum percaya Tuhan gak berarti orang itu jahat kan? Banyak koq buktinya, orang yang belum percaya Tuhan yang mengasihi dan memperlakukan pasangan mereka dengan super duper zuper luar biasa baiknya. Banyak koq pernikahan orang-orang gak percaya yang super bahagia sampe akhir hayat. Jadi, kenapa Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan? Kenapa kita menikah? Apa yang membuat beda pernikahan anak Tuhan dan orang yang belum percaya?

Saat ngomongin tentang pernikahan, otomatis kita berpikir tentang diri kita. We think about our happiness. We think about how we should treat our spouse, and how our spouse should treat us. But, we really should stop thinking about us and start thinking about the Creator of marriage: GOD! Have you ever thought that perhaps marriage is more about you and God than about you and your spouse?

Satu hal yang aku tau, Tuhan tidak ciptakan pernikahan itu hanya supaya kita bisa “live happily ever after”. Aku baru menikah 9 tahun dan aku tau kalo pernikahan itu gak gampang. Banyak pengorbanan yang harus kita lakukan saat menikah: waktu, diri kita sendiri, uang, karir, dll. Pada dasarnya, pernikahan adalah panggilan, dan sama seperti panggilan-panggilan yang lain, pernikahan itu juga butuh kerja keras. Reality check: cinta doank gak cukup bow!! Pernikahan juga bukan satu hal yang bisa membuat kita bisa ngerasa “utuh”. Suami/istri gak mungkin bisa kita jadikan object yang dapat memberikan rasa utuh ke diri kita. Ada buku dari Gary Thomas yang judulnya Sacred Marriage, dan di dalam bukunya, dia bilang gini:

“The problem with looking to another human to complete us is that, spiritually speaking, it's idolatry. We are to find our fulfillment and purpose in GOD... and if we expect our spouse to be ‘God’ to us, he/she will fail every day. No person can live up to such expectations.”

(Bila kita mencari seorang manusia untuk melengkapi kita, hal itu —secara rohani— adalah penyembahan berhala. Kita semestinya mencari kepenuhan dan tujuan hidup di dalam Tuhan... Dan bila kita mengharapkan pasangan menjadi ‘tuhan’ bagi kita, dia akan senantiasa gagal. Tidak ada manusia yang dapat memenuhi ekspektasi setinggi itu.) (Terj. Editor)

HOW TRUE!!! Karena itu selagi single, bangunlah hubungan yang intim dengan Tuhan. Cari jati dirimu di dalam Tuhan. Fokus ke Tuhan. Nah, nanti kalo Tuhan panggil untuk married, kita akan lebih siap untuk itu. 

Ya, Tuhan pengen kita bahagia, tapi Dia lebih pengen lagi kita punya hubungan yang intim dengan-Nya, karena itulah sumber kebahagiaan yang sejati. Listen to this, girls: Tuhan ciptakan pernikahan karena Tuhan mau lewat pernikahan itu kita bisa memiliki keintiman spiritual dengan-Nya. Tuhan panggil kita untuk menikah karena Tuhan mau suami dan istri saling mengingatkan tentang Tuhan, saling membangun di dalam Tuhan, saling menopang di dalam Tuhan. Misalnya gini: waktu lagi aku lagi sakit/capek, suami gak malu-malu masuk ke dapur untuk membuatkan makanan. Untukku, waktu ngeliat dia yang rela melakukan hal ini untukku, aku melihat Yesus, sang Raja Surgawi, yang rela menjadi hamba yang melayaniku. Pinjem kata-katanya Gary Thomas: suamiku “is modeling God to me, revealing God's mercy to me, and helping me to see with my own eyes a very real spiritual reality.” Dan hopefully, sebaliknya juga demikian. Bahwa lewat aku istrinya, suamiku bisa melihat karakter dan kasih Kristus yang sejati. Apa yang tuhan inginkan melalui pernikahan anak-anak-Nya adalah bahwa kita dan pasangan semakin bertumbuh di dalam Tuhan, semakin merasakan betapa nyatanya Tuhan kita itu.
Suami dan istri itu udah pasti beda banget. Yang satu mahkluk logika, yang satu feeling-nya lebih berbicara. yang satu diciptakan to provide, yang satu diciptakan to build relationships. Yang satu suka yang praktis-praktis, yang satu suka yang indah-indah. Nah, penyatuan dari dua orang yang sangat berbeda ini justru sebetulnya melahirkan satu kesatuan yang indah. Dari dua orang yang berbeda ini kita melihat pribadi Allah yang utuh: Tuhan yang menciptakan ombak dan badai topan, tapi juga Tuhan yang menciptakan angin sepoi-sepoi. Tuhan yang menciptakan singa yang gahar, tapi juga Tuhan yang menciptakan cuddly little rabbits! Tuhan yang mengobrak-abrik Bait Allah, tetapi juga Tuhan yang menangisi Yerusalem. Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang rela mati di kayu salib demi anak-anak-Nya! Tuhan ciptakan pernikahan karena dari kesatuan pria dan wanita we represent the totality of God! Tuhan ciptakan pernikahan juga supaya orang lain yang melihat pernikahan kita bisa melihat seperti apa Tuhan itu. Karena kita dan suami kita yang mengasihi Tuhan, orang lain dapat melihat the total image of God, jadi lebih mengenal seperti apa Tuhan itu... bukan hanya Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang berhati lembut dan mengayomi. Bukan hanya Tuhan sang Pencipta, tapi juga Tuhan sang Pemelihara. 

Lho, kalo kayak gitu doank, yach kenapa harus married sama orang percaya? Orang gak percaya juga punya karakter-karakter baik yang bisa represent the image of God koq. Yes and no. You see, the difference is kalo orang yang cinta dan takut akan Tuhan selalu tau kalo semua hal baik yang ada pada dirinya (termasuk karakternya) itu datang hanya dari Tuhan, jadi orang yang cinta Tuhan ini gives all the credit and glory to God, and steer others towards Him too. =) Orang yang cinta Tuhan tau tugasnya untuk memuliakan nama Tuhan, sehingga mereka berjalan bersama menuju tujuan yang sama. Sementara orang yang gak kenal Tuhan? Gimana bisa memuliakan Tuhan kalo siapa Tuhannya aja dia gak tau?

Jadi ini sebenernya alasan Tuhan menciptakan pernikahan, gak cuman sekedar supaya kita happy. His reasons are way beyond our wildest imaginations. Through marriage, He wants us to see God who longs to have intimate relationship with us: God who just loves to wow us with His never-failing love. Lewat pernikahan, Tuhan mau kita dan orang lain melihat Tuhan. Seperti kata Gary Thomas:

“God did not create marriage just to give us a pleasant means of repopulating the world and providing a steady societal institution to raise children. He planted marriage among humans as yet another signpost pointing to HIS own eternal, spiritual existence.”

(Tuhan tidak hanya menciptakan pernikahan sebagai carai yang menyenangkan untuk memenuhi dunia dan menyediakan lembaga yang stabil untuk membesarkan anak. Dia membuat pernikahan antara manusia sebagai salah satu papan penanda yang menunjuk pada diri-Nya sendiri, yang kekal dan spiritual.) (Terj. Editor)

Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya supaya kita happy, waduuhhh...bisa gawat tuh. Berantem sedikit, CERAI! Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya karena, “Oh..because we love each other,” wahh, kebayang deh: suami sibuk sedikit, lupa hari ultah kita, langsung deh ngerasa gak disayang. CERAI! Kalo kita menikah karena kita ingin diperlakukan seperti princess, like we are the only woman alive on the planet, duh duh duh, bahaya juga nih. Begitu suami marah sedikit, ngebentak sedikit, langsung CERAI! Sori, mas, loe lupa to treat me like a princess!

Dan sedihnya, ini yang makin banyak terjadi. People get married for all the wrong reasons, karena itu tingkat perceraian makin tinggi. “But if we marry for the glory of God, to model His love and commitment to our children, and to reveal His witness to the world, divorce makes no sense.” =) Itu sebabnya juga, guys, kenapa Tuhan berkali-kali wanti-wanti dalam Firman Tuhan bahwa anak-anak terang gak bisa bercampur dengan anak-anak gelap. Anak-anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang-orang yang belum kenal Tuhan; karena bagaimana mungkin orang yang belum kenal Tuhan bisa mengerti kalo ia harus memasuki pernikahan dengan misi yang sangat penting: to glorify the Lord Creator God?

Tuhan ciptakan pernikahan supaya lewat pernikahan itu nama-Nya dimuliakan! Karena itu di Alkitab banyak sekali yang Tuhan katakan tentang pernikahan, tentang tugas-tugas suami, tugas-tugas isteri, dan kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum kenal Tuhan. Tuhan mau supaya di dalam pernikahan kita tetap tunduk kepada Dia; kita, bersama dengan pasangan kita, tetap menjalankan fungsi kita sebagai anak-anak Tuhan, sehingga melalui itu kita diajarkan tentang hubungan Tuhan dan gereja-Nya. Waktu dua orang anak Tuhan menikah dan mereka saling mengasihi, itu bukan semata-mata karena keharusan atau karena, “It's just a feeling I have for my husband/wife,” tapi betul2 keluar dari hati yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Kita jadi mengerti bahwa ada panggilan yang lebih besar bagi kita di dalam pernikahan—gak cuman sekedar untuk menjadi happy. Tau gak, marriage is one of the things here on earth that don't have eternal value. Menikah atau gak sama sekali tidak menentukan apakah kita masuk surga atau gak. Pernikahan gak menyelamatkan jiwa kita! Tapiiii, tau gak bahwa lewat pernikahan yang memuliakan Tuhan, banyak jiwa bisa diberkati bahkan diselamatkan? Contohnya pernikahan Elisabeth dan John Elliot. Waktu masih single aku sering baca buku-buku mereka, terutama buku-buku Elisabeth. Dan cerita cinta serta jalan pernikahan mereka betul-betul memberkati aku. Dan aku tau ada teman aku yang terima Tuhan setelah baca tentang pernikahan mereka. Luar biasa kan? A higher calling, my friends! 

Kalo kita menikah cuman supaya happy, yah emang gak perlu susah2 baca Firman Tuhan. Gak perlu susah-susah ikutin tugas dan peran yang Tuhan kasih ke suami isteri, bahkan gak perlu susah-susah cari calon yang kenal Tuhan. Yang penting orang itu cinta kita, treats us nicely, with love and respect, ya wes married aja. Gak perlu menikah ama sesama anak Tuhan koq, buat memiliki pernikahan yang bahagia. BUT as children of God, we are called to live not just for our own happiness or our own sake. Sebagai anak-anak Tuhan, kita punya panggilan yang lebih besar: kita dipanggil untuk hidup untuk memuliakan Tuhan. Our lives are not our own. Our lives belong to the Lord, and should be treated as such. We give everything (and I mean everything) in our lives, including our marriage, back to God to be used for His purpose and glory. For you singles, it’s your choice. Do you want to be ‘just happy’ or do you want to live according to the will and purpose of the Lord God, your Creator? Believe me when I say that His will and purpose will rock your world more than any man/woman can ever do!! =) There is more than just happiness in the Lord. =)


“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)

Thursday, February 22, 2018

Ketika Ksatria Menangis



by Grace Suryani Halim

Gue yakin semua wanita yang mau menikah pasti mengidam-idamkan sosok suami yang keliatan cowok banget. Mereka pikir, suami mereka akan selalu tegar, beriman teguh, tabah menghadapi godaan, pantang menyerah, selalu berpendirian, dan selalu tau apa yang akan mereka lakukan. Tapi, ketika sosok suami mereka mulai menunjukkan kelemahan, banyak perempuan kaget. "Loh, kok begini? Mana figur pacar yang selalu tahu apa yang harus dia lakukan? Mana my hero yang dulu begitu gagah perkasa? Kok ternyata ngadepin tekanan di tempat kerja aja dah lemes?

Padahal, gals, suami kita itu manusia. Katanya, salah satu alasan perceraian yang paling sering adalah mereka menolak untuk menerima bahwa pasangan mereka manusia yang bisa lupa, bisa down, bisa capek, bisa kesel, bisa sedih, bisa nangis, bisa broken...

Selama 6 bulan pertama pernikahan, gue pernah liat Tepen kecewa, stres, bingung, pusing, panik, sedih, putus asa, broken... Pertamanya gue kaget, "Hah? Cowok kok kayak begini?" Tapi, lama-lama gue belajar bahwa ini salah satu peran gue sebagai istri: menghibur dan menguatkan. Bagian kita lah me-recharge suami kita sehingga besok dia bisa berjuang lagi di tempat kerjanya. 

Btw, jadi inget dengan sebuah tulisan yang dulu banget pernah gue tulis. Kalo gue ngga salah inget, tulisan ini diinspirasi sama beberapa cowok, salah satunya Tepen.

Ih, Cowok Kok Nangis??

*** 

"男人哭吧哭吧哭吧,不是罪。"
“Nan ren ku ba ku ba ku ba, bu shi zui...”
Hai Pria, menangislah, menangislah, menangislah. Itu bukan dosa.

***

Begitu kata Andy Lau, hehe. Well, gue biasanya ngga suka Andy Lau, tapi gue suka lagu itu karena gue setuju dengan Andy Lau. Cowok nangis, so what gitu loh?

Dulu gue sentimen sama cowok, gue sering ngerasa bahwa masyarakat hanya bersikap tidak adil dan kejam terhadap wanita. Misalnya aja, masyarakat bikin standar kecantikan yang tidak masuk akal, yang membuat banyak cewek begitu sengsara karena mesti diet mati-matian buat mendapatkan tubuh ‘ideal’ bak Angelina Jolie. Gue sering banget fokus ke diskriminasi terhadap kaum wanita, sampai gue tidak sadar bahwa sebenernya kaum pria juga menghadapi kejamnya dunia.

Sadar ngga kalo standar maskulinitas juga susah dicapai? Cowok macho diidentikkan dengan perut six packs, tampang sok cool, maniak bola, gonta-ganti spare part mobil, kantong tebel, mobil keren, gonta-ganti pacar, nge-gym... Kenyataannya, berapa banyak sih cowok yang bisa begitu? Jujur guys, gue mengamati cowok-cowok di sekitar gue dan kesimpulan gue dengan sahabat gue adalah kebanyakan cowok perutnya ngga rata!

Guys, serius deh, standar ke-macho-an cowok menurut dunia, itu sama sekali ngga macho. 

Salah satu dari banyak pantangan yang haram dilakukan oleh para cowok ‘macho’ adalah meneteskan air mata alias menangis. Katanya cowok hukumnya haram untuk menangis. Cowok harus tegar, cuman cewek yang boleh menangis, karena menangis itu tanda kelemahan.

Nah, kalo emang menurut Tuhan cowok itu tidak perlu menangis, Tuhan ngga akan kasih kalian air mata. Serius. Para cowok tidak mengeluarkan ASI kan? Kenapa? Karena menurut Tuhan, cowok tidak akan pernah menyusui jadi cowok tidak butuh ASI. Buat Tuhan itu hal mudah untuk merancang tubuh cowok supaya tidak perlu mengeluarkan ASI. Hal yang sama mudahnya buat Tuhan untuk merancang mata cowok agar tidak mengeluarkan air mata. Tapi, Tuhan tetap memberikan air mata buat para cowok karena, buat Tuhan, tidak ada yang salah dengan seorang cowok yang menangis.

Gue pernah menyaksikan beberapa pria menangis di depan gue. Ada yang gue bikin nangis, beberapa karena alasan pribadi lainnya, beberapa karena dijamah Tuhan. Gue menghargai para cowok yang berani untuk menangis (dengan alasan yang jelas tentunya). 

Beberapa cowok yang pernah deket sama gue punya hati yang lembut. Dari luar mereka mungkin keliatan sombong, keras, cuek, tapi sebenernya mereka punya hati yang lembut. Kadang-kadang para cowok inilah yang cukup menderita karena mereka takut ditertawakan oleh dunia. Akibatnya, mereka menggunakan banyak cara untuk melindungi hati mereka, diri mereka. Hal itu yang membuat gue sedih. Kenapa kau harus menyembunyikan dirimu dan hatimu dengan topeng seperti itu? Supaya bisa ‘cocok’ dengan standart ke-macho-an dunia?

Tahukah kalian bahwa Tuhan Yesus yang adalah cowok tulen 1000%, cowok paling macho, cowok paling cowok yang hidup di dunia ini, adalah seorang yang berhati lembut? Taukah kalian bahwa ayat terpendek di dalam Alkitab di Yohanes 11:35 berbunyi “Jesus wept” (maka menangislah Yesus)? Ayat terpendek di Alkitab tidak berbicara tentang keperkasaan Allah, kehebatan Allah, tapi justru tentang sesuatu yang dianggap tabu oleh dunia. Jesus wept. Allah menangis. Sang Pria sejati, Allah pencipta seluruh semesta, seluruh galaksi, Allah yang menciptakan singa, harimau, macan, buaya, gajah, pencipta dari orang yang menciptakan Rambo, Superman, Batman, Hulk, Goggle-Five, Ksatria Baja Hitam, MENANGIS. Iya. Jesus wept.

Gue tidak menyuruh cowok-cowok menangis sebanyak-banyaknya supaya makin mirip dengan Yesus ya. KAGAKKK... Gue cuma rindu para Pria Sejati Allah belajar tentang manhood bukan dari prinsip dunia, tapi dari Yesus, Sang Pria Sejati. Kalo mau jadi Pria Sejati, cowok-cowok mesti belajar dari Alkitab, belajar dari Allah sendiri. Minta supaya Tuhan menggantikan konsep yang salah yang selama ini dengan pikiran yang baru dari Allah.

Dunia kita butuh banyak Pria Sejati. Pria yang belajar dari Sang Pencipta. Pria yang mencerminkan citra Allah, yang punya hati Bapa. Pria yang mengerti bahwa kekuatan yang sejati itu bukan cuma datang dari latihan berat di gym tapi dari lutut yang berdoa di hadapan Allah. Pria yang mengerti bahwa cinta yang sejati didapat bukan dari mengobral kata-kata manis tapi dari sebuah komitmen dan kerelaan untuk berkorban. Pria yang mengerti bahwa kepintaran yang sejati tidak didapat dari buku-buku maupun pengalaman hidup tapi semata-mata hikmat dan anugerah dari Allah. Pria yang mengerti bahwa keberhasilan dalam hidup tidak ditentukan dari seberapa banyak keringat yang diteteskan, seberapa keras dia berusaha, tapi keberhasilan itu didapat semata-mata berkat Tuhan. Pria sejati bukan pria yang bisa hidup independent, tapi justru pria yang berani ‘dependent’ kepada Allah. Pria sejati bukan pria yang sanggup menyelesaikan semua masalah, tapi pria yang berani mengakui bahwa dia tidak bisa hidup tanpa Allah.