Monday, June 29, 2015

Hosea dan Istrinya yang Pelacur

by Alphaomega Pulcherima Rambang

Baca kitab Hosea emang bikin pusing kepala Barbie (ngomong-ngomong, napa sih kepala Barbie, gak kepala Hello Kitty aja? :p),serius. Bayangkan seorang nabi disuruh menikahi perempuan sundal (bahasa kerennya sekarang PELACUR)! Boooo….Nabi waras mana yang mau melakukan hal seperti ini? Kalau aku jadi Hosea dan disuruh seperti itu, mungkin aku akan bertanya-tanya, ini yang aku dengar beneran suara Tuhan bukan ya? Ato jangan-jangan Tuhan salah berfirman nih, mungkin Hosea yang tinggal dua blok dari sini nih yang harusnya menikahi pelacur. Tapi rupanya Hosea memang bukan aku yang bertanya dan berpikir demikian, dia nggeh-nggeh aja disuruh Tuhan kayak gitu, woooowww!!! Gila ya si Hosea? Ini Tuhan juga aneh, gimana coba caranya Hosea mencintai perempuan sundal seperti itu (kalo kayak istri di Amsal 31 itu si wajarlah?siapa yang gak mau ^^),Bagaimana mungkin Tuhan ingin Hosea tetap mencintai istri macam ini? Bagaimana ya Hosea bisa mencintai wanita seperti ini? Well, entah bagaimana caranya tapi Hosea taat, dia mencintai istrinya dan memiliki anak dari perempuan ini.

Nah perhatikan, kalau Hosea saja kita bilang gila, gimana dengan TUHAN yang memilih kita sebagai mempelaiNya? Kalau aku jadi perempuan sundal itu, aku akan berpikir:
Mimpi apa aku semalam? Seorang nabi yang begitu terhormat kedudukannya, orang yang menyampaikan suara Tuhan ingin memperistri perempuan tak berharga seperti aku? Bahkan sejujurnya, bermimpi pun aku gak pernah. Aku gak layak, aku kotor!! Aku yang selama ini bersama banyak laki-laki, sanggupkah setia padanya?  Bagaimana hidup sebagai istri seorang nabi akan kujalani? Aku ingin menerima lamaran Hosea, tapi aku juga takut, apa kata orang, kasihan sekali Hosea harus hidup menerima pandangan hina dari orang lain karena aku. Bingung.  Di satu sisi, aku ingin memulai hidup yang baru, tapi sanggupkah aku? Tapi, sejak kapan seseorang ingin menerimaku apa adanya tanpa ingin sesuatu dariku? Apakah Hosea akan mencintaiku sepenuh hatinya? Bagaimanapun tidak layaknya aku, aku ingin seseorang yang mencintaiku dengan tulus.  Terima..ngga…terima…ngga…terima…ngga… *ngitung kancing*.

LOL. Kebayang gak perempuan itu ngitung kancing buat mutusin terima lamaran Hosea apa ngga? Hehehe. Well, aku juga gak tahu sesungguhnya pergumulan perempuan sundal itu sebelum menerima Hosea menjadi suaminya, tapi akhirnya dia menerimanya.


Sesungguhnya kita sama seperti perempuan sundal tersebut, kita sama sekali gak layak dikasihi, tapi nyatanya TUHAN memilih kita. Itulah analogi yang TUHAN ingin berikan pada kita melalui Hosea dan istrinya yang pelacur itu. Bagaimana TUHAN menyatakan cintaNya pada kita yang sesungguhnya tidak layak sekali. Indah sekali bukan gambaran bagaimana kita yang gak layak dikasihi, kita yang kotor dan tidak setia ini malahan menerima cintaNya? Apa kita sanggup menolak cinta seperti ini?

Friday, June 26, 2015

Sacrificial Love

by Sarah Eliana

Tulisan ini aku tulis beberapa tahun yang lalu. Kemarin aku baca lagi, dan jleb jleb jleb! :p Thought it'd be a good idea to post it here too :)

Sebagai seorang anak Tuhan, hubungan kita dengan sesama manusia sangatlah penting. Kenapa? Karena hubungan kita dengan orang lain mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan. When there is something wrong with our relationship with God, it will show in our relationship with other people too. Selain itu, kita juga terpanggil untuk meneladani Tuhan Yesus. Kita harus membangun relationships yang memuliakan nama-Nya. Nah, salah satu dari hubungan yang terpenting dalam hidup kita adalah hubungan suami istri. Sebagai suami istri, kita telah berkomitmen untuk saling mengasihi dan mencintai, through thick and thin, ups and downs. Tapi... seperti apa sih cinta dan kasih yang diciptakan Tuhan untuk suami istri?


Dua hari lalu, sewaktu membaca Kejadian 2 tentang penciptaan Hawa, satu ayat yang menarik perhatianku adalah Kejadian 2:21, 

Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.

Ayat yang udah sering kita baca, baik waktu bimbingan pra nikah maupun waktu mendengar khotbah, ya kan? Tapi, kemaren itu sewaktu membaca ayat ini lagi, aku jadi bertanya-tanya... kenapa yach Tuhan harus ambil tulang rusuk Adam? Kan Tuhan yach Tuhan... bisa aja kan Dia menciptakan Hawa tanpa perlu tulang rusuk Adam? Bisa aja toh kalo Tuhan bikin Hawa dari tanah seperti waktu Dia bikin Adam? Yach bisalah... namanya juga Tuhan =) So... kenapa Tuhan harus ambil tulang rusuk Adam?

Mungkin jawaban yang paling sering kita dengar adalah "karena Tuhan mau Hawa menjadi satu bagian dengan Adam" atau "karena Tuhan mau Adam menjadi kepala Hawa". OK.. maybe. Tapi satu hal yang kemaren betul-betul menarik untukku adalah apa yang Tuhan mau ajarkan kepada Adam dengan mengambil tulang rusuknya? Dan aku rasa, Tuhan mau mengajarkan Adam tentang konsep sacrificial love - kasih yang rela berkorban. Tuhan ingin Adam belajar bahwa mencintai sama dengan pengorbanan. Ada pengorbanan yang harus dilakukan saat kita mencintai seseorang. Untuk menciptakan Hawa, Adam harus mengorbankan salah satu tulang rusuknya - the first sacrifical love done by man! =)

Dari ayat 21 ini, aku jadi ingat ayat di Efesus 5:25-27

Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya, untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Wahhh... baca ini aku betul-betul tertohok! Kenapa? Memang sih ayat ini ditujukan untuk para suami, tapi tetap saja aku tertohok karena ternyata konsep aku selama ini tentang sacrificial love itu salah! HAH? Salah? Maksudnya? Well... emang betul aku udah berkorban dalam mencintai DH , misalnya aku udah pindah jauh-jauh ke negaranya yang diujung dunia, atau aku udah susah-susah belajar masak walaupun sebetulnya aku betul - betul gak terlalu enjoy masak, atau aku udah belajar bersih- bersih rumah (which I hate! hehe). Mungkin untuk orang lain, ini sacrifice yang sangat kecil, tapi untuk aku ini cukup besar (secara aku tuan putri kalo di rumah ortu gitu lho... hahahaha). Tapi yach, ternyata kalau aku baca Efesus 5:25-28 ini... berkorban aja gak cukup. Pertanyaannya adalah apa motivasi aku saat aku berkorban ini dan itu? Apa motivasi aku saat aku bersih-bersih rumah? Iya, aku bersih-bersih supaya DH senang (dan juga karena aku gak mau rumah kayak kandang hewan... hehe), tapi aku juga senang kalo DH say thank you waktu liat rumah udah bersih. Aku happy banget waktu dia give me a kiss abis dinner. Nah, yang bikin aku bertanya–tanya... kalau misalnya DH gak say thank you atau dia gak show appreciation, gimana perasaan aku? Apakah aku masih akan rajin masak-masak untuk dia? Atau aku akan manyun sambil nyanyi “pulangkan sajaaa aku pada ibuku... atau ayahkuuuuuu..” =P

Pernah nih aku dengar seseorang yang ngomong gini "Huh! Suamiku gak pernah lho bilang thank you, dll, kalo rumah dah bersih, makanan dah beres, dll. Seolah-olah aku pembantunya. Pembantu aja masih dapat gaji! Aku tuh gak perlu dikasih hadiah ini itu... aku cuman pengen tau aja kalo dia appreciate kerja aku di rumah". Perasaan yang aku yakin banyak sekali di-amin-kan oleh ibu-ibu dan istri-istri, tul gak? Aku rasa aku juga bisa ngerti perasaan ibu ini... tapi kembali lagi ke "sacrificial love". Apa motivasi kita saat kita sacrifice untuk suami? Apakah supaya kita mendapatkan something in return (a gift... a thank you... or just simply an appreciation of our efforts?)? atau murni karena kita mau melayani pasangan kita, karena kita mengasihi dia?

Kalau teman-teman baca lagi posting-an aku di blog dari beberapa tahun yang lalu, maybe you'll see di mana aku pernah tulis that kalo kita mau diberlakukan dengan baik oleh suami yach kita harus treat him right first. Sacrifice something for him first. Tapi, sekarang... setelah membaca ayat-ayat ini dengan benar, aku akhirnya ngerti. Kalau aku melakukan sesuatu yang baik untuk suamiku supaya aku juga diberlakukan baik oleh dia... well... itu sama dengan manipulasi! Mencintai suami kita dengan betul adalah dengan melayani dia secara murni, bukan dengan embel-embel supaya dia menjadi lebih happy dan kalo dia happy, aku juga jadi diperlakukan dengan benar oleh dia, dan aku juga jadi happy. NO! Salah besar kalo begitu, karena akar dari melayani suami dengan motivasi seperti itu adalah keegoisan (supaya aku jadi lebih happy juga). Bahkan berkorban untuk suami supaya dia happy aja gak cukup. There is someting more than just making our spouse happy. Kita harus treat suami kita dengan baik karena kita murni mau melayani. Tapi pelayanan kita terhadap suami atau istri itu harus ada tujuan yang betul. So... apa tujuan yang betul itu?

Lihat ayat 26 & 27:

…untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Kita mengasihi dan berkorban untuk suami/istri kita supaya ia bertumbuh menjadi karakter dan pribadi that God intended him/her to be. Kurasa, itulah fungsi istri yang paling penting: menjadi pendukung. Kita mendukung suami kita supaya terus bertumbuh di dalam Firman Tuhan, dan kita juga membangun dia dengan kata-kata dan perbuatan kita supaya dia pun terus setia berjalan bersama Tuhan. Jadi, sisters, loving our husband/wife sacrificially itu artinya adalah kita dengan motivasi yang benar melayani dia supaya ia terus bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam Tuhan, dan menjalankan tujuan dan rencana Allah bagi hidupnya. 

Tapi nih...kalo kita mencintai yang seperti ini, mungkin timbul juga pertanyaan di hati, “Kalo mencintai yang terus-terus berkorban, apa enaknya? Emang bisa bahagia?" Well, jawabannya adalah: a BIG YES! =) Love is enjoyable. Waktu kita mencintai sacrificially seperti ini, kita memberikan perhatian yang lebih kepada pasangan kita daripada kepada diri sendiri. Kita gak lagi tiap hari mikirin "Apa yang akan ia lakukan untukku hari ini? Apakah ia akan mengucapkan terima kasih? Akankah ia membelikan buket bunga mawar untukku?". Tak ada lagi pikiran - pikiran yang egois!  Karakter kita bertumbuh! Dan kita pun belajar untuk makin menjadi seperti Yesus. =)

Waktu kita love sacrificially, kita lebih memikirkan perasaan dia, harapan dia, impian dia, his desires, dll. Waktu kita mencintai sacrificially kita bisa dengan efektif membantu dia dalam pergumulannya. Dan dalam semuanya itu, kita bisa berbagi ikatan yang lebih indah dari apapun (kecuali ikatan kasih antara kita dan Kristus!). Di sinilah aku lihat perbedaan orang-orang yang terus belajar untuk mencintai pasangannya sacrificially. I see an unbreakable bond! Misalnya, opa dan oma-ku! Setelah 50 tahun menikah, mereka masih memanggil each other dengan "sweetheart", "honey". Ada berapa banyak coba pasangan-pasangan yang masih begini bahkan hanya setelah sepuluh tahun menikah? Dan yang aku perhatikan juga adalah waktu melihat pernikahan mereka, aku terdorong untuk terus belajar mengasihi pasangan aku... karena aku mau pernikahan yang seperti pernikahan mereka! Aku terdorong untuk terus menggali firman Tuhan & membangun hubungan yang intimate dengan Tuhan karena aku tahu letak kekuatan pernikahan mereka adalah pada cinta mereka akan Tuhan first, and then love each other sacrificially just like Jesus loves us!

Ladies, if we don't love sacrificially, susah untuk kita bisa mengerti pasangan kita dengan baik, dan susah sekali akan tercipta that beautiful bond between us and our husband. At the end, pernahkah we look around and see gimana pasangan-pasangan yang sudah lama menikah akhirnya hanya menjadi seperti roomate saja? Orang bilang "Sh normal koq. Namanya juga udah married lama.., pastilah gak mesra lagi... gak romantis lagi". But that's not how God intended marriage to be! Dia mau pernikahan kita bertumbuh setiap hari, setiap waktu, until death do us apart! And I think, one of the secrets for that to happen is if we learn to love our spouse sacrificially, with no strings attached! So, kembali ke pertanyaannya: bisakah bahagia kalo mencintai yang berkorban terus menerus? No, actually the question is: MAUkah kita mencintai dan berkorban terus menerus demi menciptakan pernikahan yang terus bertumbuh dan memuliakan Tuhan? Are we willing to give up selfish thoughts dan menempatkan pasangan kita di atas diri kita sendiri? Bahagiakah kita saat kita mencintai dan mengharapkan balasan/penghargaan? I'm sorry to say, tapi kalo kita mencintai seperti itu, akan ada banyak sekali waktu dimana kita kecewa karena let's face it... pasangan kita hanyalah manusia biasa yang tentu ada saatnya tidak bisa memuaskan keinginan kita, dan pada akhirnya kita gak satisfied dengan pernikahan kita. Tapi saat kita mengasihi sacrificially, we know that God's Name will be glorified, dan itulah tujuan pernikahan dan hidup kita, bukan? Kita punya purpose yang lebih dalam daripada sekedar menjadi bahagia. We are called to glorify the Lord of lords.

Mari, sisters, kita belajar untuk mengasihi sebagaimana Yesus mengasihi kita. To put ourselves second and our spouse first. To love him the way God wants us to love. To honor him with our love. To minister to him according to the blue print God has created. To glorify God in and through our marriage, because everything in our life is about God... always about GOD!


Dear Lord, I want to learn to be like Adam yang harus berkorban supaya Hawa dapat diciptakan. To love my husband sacrificially tanpa embel apa-apa. To love sacrificially so that he can grow to be the man that you created & inteded him to be. To love sacrificially so our marriage can grow to be the one You want it to be, so that at the end, we may glorify YOUR name! =)

Wednesday, June 24, 2015

Mengasihi Diri Sendiri

by Glory Ekasari

Siapa orang yang perlu diajari mengasihi diri sendiri? Kita semua tahu caranya. Semarah-marahnya kita pada diri sendiri, tetep aja dimandikan, diberi makan, dipakaikan baju yang bagus, diberi make-up, dsb. Sebesar apapun kesalahan yang kita buat, ga mungkin kita bilang pada diri sendiri, “Aku benci kamu; kamu tiduran aja sampe mati, ga usah makan, ga usah ngapa-ngapain.” Ga masuk akal.

Tapi sejujurnya, orang yang paling sering mengecewakan aku di seluruh dunia ini adalah… diriku sendiri.

Si Glory ini bener-bener menjengkelkan, kadang bodohnya ga ketulungan, terlalu banyak kekurangan, pokoknya bikin emosi. Salah ngomong lagi, bertindak ngawur lagi, ga pinter-pinter walaupun diajarin berkali-kali. Heran.

Nah, masalahnya, kekecewaanku terhadap si Glory ini ga bisa diungkapkan kepada dia. Seperti yang aku bilang di awal, ga mungkin dong, sebel sama diri sendiri, terus ga dikasih makan, ga boleh bergerak, dsb. Jadi (terpaksa) tetap harus diurus seperti biasa. Alhasil, orang lain yang kena imbas kekecewaanku pada diri sendiri. Aku memaksa mereka mencapai standar yang ga bisa dicapai Glory (perfectionist alert!); aku ga sabar waktu mereka melakukan kesalahan yang aku tahu Glory juga pasti lakukan seandainya ada di posisi mereka; aku menuntut mereka rendah hati—sesuatu yang Glory ga bisa lakukan.

Kemudian sesuatu yang penting terjadi. Semakin aku kenal Tuhan, semakin aku mengasihi Dia dan banyak bersyukur kepada Dia, semakin aku kenal diriku sendiri. Dan di satu titik, entah di mana, entah bagaimana, Tuhan seolah-olah bilang, “Glory, sabar sama dirimu sendiri.”

Sabar. Terhadap dirimu sendiri.

Semakin lama aku semakin mengerti dan merasakan anugerah Tuhan yang begitu besar buat aku yang penuh kekurangan ini. Dan suatu kali aku sadar, “Kalau Tuhan begitu mengasihi aku dan menerima aku, maklum terhadap semua kekuranganku dan sabar melatih aku lagi dan lagi sampai aku sempurna… Aku juga harus begitu terhadap diriku sendiri.”

Ya, aku punya kekurangan. Ya, aku tidak seperti yang aku harapkan. Ya, aku mengecewakan. Lagi dan lagi. Tapi setiap kali aku gagal, anugerah Tuhan mengangkat aku lagi. Dan aku juga harus seperti Dia: aku harus mengasihi diriku sendiri.

Sejak itu, perjalanan jadi lebih menyenangkan dan santai. Para pengemudi mobil di Jakarta tahu kalimat ini: “Mobil di Jakarta, kalo ga ada lecetnya, berarti ga pernah dipakai.” Kalau bahasanya R*nso: “Ga ada noda, ga belajar.” Aku sadar bahwa aku sedang belajar, bertumbuh secara rohani, dan pasti ada kesalahan yang aku lakukan. I expect the mistakes and learn from them. Waktu performaku ga seperti yang aku harapkan, aku ga membandingkannya dengan standar kesempurnaan, tapi aku bisa bilang ke diri sendiri, “Lumayan, ada peningkatan dibanding sebelumnya.” Aku mulai terima bahwa aku ga bisa menguasai semua bidang yang aku mau dalam sekejap. Aku bisa memaafkan diri sendiri waktu aku berbuat salah. Dan aku jadi bisa mengevaluasi diri dengan lebih objektif.

Apa yang terjadi waktu aku semakin sabar dengan diri sendiri? Tentu saja, aku makin sabar terhadap orang lain. Aku memaklumi kekurangan mereka. Yang dulu aku lihat sebagai kekurangan, sekarang aku lihat sebagai potensi untuk jadi lebih baik. Caraku memandang diri sendiri tercermin dari caraku memperlakukan orang lain. Pelan-pelan aku dipulihkan oleh Tuhan.

Semuanya mulai dari Tuhan yang mengasihi aku. Kasih itu begitu besar, begitu melimpah, “. . selalu baru setiap pagi.” Dulu aku pikir anugerah itu hanya berhubungan dengan keselamatan, tapi lalu aku belajar bahwa aku butuh anugerah Tuhan setiap hari—justru karena aku lemah. Seperti kesaksian A. W. Tozer, “I am painfully conscious of my need for further grace.” Aku mau segera sempurna, tapi seperti Tuhan bersabar membentuk aku, aku juga sabar terhadap diri sendiri selagi aku disempurnakan. Proses itu membuat aku sadar sesadar-sadarnya bahwa aku bergantung penuh kepada Tuhan. Paulus menyampaikannya dengan sangat baik:
“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. . . Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
God loves me, so I love me. God likes me, so I like me. God believes in me and is gracious toward me, so I’m learning to be gracious toward myself. :)

Sunday, June 21, 2015

There is No "Perfect Wedding"

by Marcella Flaorenzia


Post kali ini aku persembahin khusus buat temen-temen, khususnya para wanita, yang lagi pada sibuk sama persiapan pernikahan :)

Setiap wanita pasti punya impiannya masing-masing soal pernikahan.. mulai dari model gaun, pestanya mo kayak gimana, dekorasi, foto, makanan, acara, bridesmaid, souvenir, undangan, tempat, warna tema dan berbagai macem pernak-pernik lainnya, yang kalo dipikir-pikir sebenernya gak terlalu penting juga ya buat dipikirin.. LOL! And pada umumnya, para ceweq lah yang banyak maunya, haha.. Dan sibuk mikirin beginian (asal jangan ampe lupa mikirin si groom alias si mempelai pria-nya ya :p)


Now I know how it feels.. Dari awal siapin wedding, si DM juga udah nanya: "What is your dream about wedding?" And aku coba sampein ke dia.. Beberapa hal memang bisa terwujud, but tetep aja, gak semua impian kita bisa tercapai dengan sempurna.. PASTI bakal ada aja hal-hal yang kurang.. Contohnya, aku dari dulu punya impian pengen undang semua orang dateng ke pemberkatan pernikahan aku (because for me, holy matrimony is more important than the reception) pokoknya harus rame, supaya semua orang bisa diberkati lewat pemberkatan kita.. But, ternyata gak bisa, haha.. Karena ternyata kita bakal menikah di Aussie, and gak mungkin dong semua orang terbang ke sana :p But aku udah rela koq buat hal yang satu ini, hehe.. (nanti kan kita masih bisa share video-nya ya :))

Ada banyak hal lainnya yang mungkin kalian juga alamin.. Maybe model baju yang rasanya kurang sesuai, hasil foto pre-wed yang kurang bagus, budget yang terbatas, dll.. Belom lagi ditambah keinginan dari ortu, camer and keluarga.. Apalagi kalo yang keluarganya masih banyak tradisi macem-macem gitu :p Mau gak mau harus banyak ngalah sama keluarga.. (Puji Tuhan keluarga kita gak ada tradisi begituan, hehe..) Kalo kata ci Grace di buku "Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta", semua dream wedding-nya udah porak poranda, haha.. Bahkan ada juga beberapa temen yang harus batalin or pending wedding mereka gara-gara banjir, or cuaca yang gak mendukung..

Trus tiap kali kita dateng ke wedding temen, kita jadi selalu ngerasa ada yang kurang sama persiapan wedding kita.. "kayaknya musti nambah ini nih.." or "punya kita kayaknya kurang bagus nih.. kita musti bikin kayak punya mereka.." pokoknya sampe kapan pun juga, kita gak bakal pernah puas deh.. trust me.. Mo keluarin uang bermilyar-milyar pun, pasti bakal tetep aja ada yang kurang, hehe..

There is no perfect wedding!

There is no perfect wedding dress.. There is no perfect wedding decoration or wedding venue.. There is no perfect thing in this world..

But seringkali kita pake alasan (terutama orang-orang perfeksionis kayak aku gini nih, hihi..), "Tapi Tuhan, moment ini kan cuma satu kali seumur hidup... once in a lifetime lho..."

Dan Tuhan jawab, "Siapa bilang?" :)

"Hah?! Apa maksudnya, Tuhan?! Aku bakal kawin 2 kali gitu?!" (Hahaha..)

And jawaban Tuhan berikutnya ini yang bener-bener menghibur aku:

"Remember... one day, Aku akan menjemput kamu dan menjadikanmu sebagai mempelai-Ku... Dan di saat itulah, kamu akan mengalami pesta pernikahan yang paling sempurna... Karena semua yang ada di dunia ini cuma sementara :)"

WOW! Dari situ aku sadar, Dia emang ijinin setiap ketidaksempurnaan, supaya kita gak "puas" sama apa yang ada di dunia dan bisa terus punya desire untuk menantikan pribadi-Nya, kedatangan-Nya dan pernikahan dengan-Nya yang sempurna :)

Aku mau ajak setiap kita, khususnya para ladies, supaya selama kita mempersiapkan wedding, kita bisa tetep punya sikap hati yang bener and bisa tetep nyenengin hati Tuhan.. Ini juga jadi reminder buat aku nih, hehe.. Kadang kita jadi sering konflik, beda pendapat dll sama pasangan kita or sama keluarga cuma karena urusan wedding (meskipun bagus juga sih buat memproses karakter kita :p) but aku rindu supaya aku bisa punya respon yang bener and berkenan sama Tuhan.. Ayo kita berjuang sama-sama ya.. and mulai serahin semua dream wedding kita ke tangan Tuhan.. "Not my will O God, but Your will be done.." Amen! :)


But there’s far more to life for us. We’re citizens of high heaven! We’re waiting the arrival of the Savior, the Master, Jesus Christ, who will transform our earthy bodies into glorious bodies like his own. He’ll make us beautiful and whole with the same powerful skill by which he is putting everything as it should be, under and around him.

- Philippians 3:20-21

Friday, June 19, 2015

What's the Most Important?

by Marcella

Beberapa waktu yang lalu (waktu lagi saat teduh kalo ga salah), aku dan suami sempet diskusi tentang earthquake yang terjadi di Nepal plus sambil ngebayangin gimana ya kalo misalnya kita yang ada di posisi mereka..


Dalam sekejap semua yang kita punya hilang.. rumah, uang, baju, sepatu, pokoknya semua harta benda yang selama ini kita udah susah payah beli and kumpulin tiba-tiba hilang lenyap dalam sekejap.. Pernah ga ngebayangin kayak gitu? That must be really hard.. but aku yakin dalam situasi kayak gitu kita jadi mengerti what is actually the most important things in life.. Orang-orang yang lagi dalam bencana, ga mungkin mikirin baju or sepatu yang baru mereka beli, or mikirin karir mereka, popularitas dll. Kalo menurut aku ada 2 hal paling penting yang pasti langsung muncul saat itu..

***

1. KESELAMATAN. Bukan cuma keselamatan jasmani, tapi juga keselamatan rohani kita. Sama seperti orang-orang yang ada di dalam pesawat terbang. Aku inget banget di tahun 2012, aku pernah naik pesawat (sendirian) dari Jakarta ke Bangkok. And itu penerbangan paling ngeri yang pernah aku alamin so far.. di tengah-tengah perjalanan, pesawatnya sempet goyang dan kita bisa berasa kalo itu pesawat kayak lagi going down, mau jatuh ke bawah. Orang-orang udah pada panik, ada yang sampe nangis, jantung udah pada deg-degan and semuanya langsung pada berdoa.. Aku bisa denger orang di belakang aku ada yang langsung teriak-teriak, "Jesus!!" And buat aku pribadi, aku juga jadi bisa ngerasain kalo di saat itu bener-bener ga ada hal lain yg lebih penting dari keselamatan. Semua orang juga pasti langsung jadi mikir, apa yang bakal terjadi nanti kalo mereka ga selamat. Aku waktu itu juga doa, but doanya gini.. "Lord, is it time for me to see You face to face?" But ternyata belom waktunya, hehe.. Tuhan belom selesai beurusan sama hidup aku :p But di saat itu Tuhan cuma ingetin kalo ga ada hal lain yang lebih penting dari keselamatan (hidup kekal) yang kita peroleh di dalam Kristus. Hubungan kita dengan Kristus itulah yang terpenting!

Jesus replied: “‘Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind.’ This is the first and greatest commandment. (Matthew 22:37-38)


2. PEOPLE. Hal kedua selain keselamatan, kita pasti akan langsung mikirin orang-orang yang penting dalam hidup kita. Kita akan berusaha sebisa mungkin untuk menolong mereka supaya bisa selamat dari bencana. Suami-istri yang lagi berantem, mungkin bisa langsung jadi baikan and maaf-maafan kali ya, haha.. And pasti ada orang-orang yang nyesel juga karena selama ini mereka terlalu sibuk and gak spend more time with their spouse or their family. Aku bilang ke DM, kalo sampe kita ada di posisi orang-orang yang ngalamin earthquake, di saat kita udah ga punya apa-apa lagi.. "one thing that I want is I want to be with you." :)

And the second is like it: ‘Love your neighbor as yourself.’ (Matthew 22:39)


Wednesday, June 17, 2015

Gembala yang Baik

by Felisia Devi

Suatu hal yang menarik jika kita disebut sebagai domba, bukan binatang lain. Pasti dengan alasan.
Dalam Mazmur 25 yang ditulis oleh Daud menggambarkan bagaimana pengalaman seorang Daud yang mengalami Allah sebagai Gembala dalam hidupnya. Dan oleh Yesus kemudian diperjelas lebih detail tentang gembala seperti apakah Allah.

Yohanes 10:1-18 (ISH)
  
1 "Sungguh benar kata-Ku ini: Orang yang masuk ke dalam kandang domba lewat pagar, dan tidak melalui pintu, tetapi memanjat lewat jalan lain, orang itu pencuri dan perampok.
2  Tetapi orang yang masuk melalui pintu, dialah gembala domba.
Pintu, berbicara tentang ada tata cara yang sopan, ada tata krama, bukan memaksa. Itulah cara Yesus mengajak kita dengan lembut untuk mengetahui jalan keselamatan dan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang sebenarnya.


Matius 11:28
Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu.  Ikutlah perintah-Ku dan belajarlah daripada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, maka kamu akan merasa segar.

3  Penjaga kandang membuka pintu untuk dia, dan domba-dombamengikuti suaranya pada waktu ia memanggil mereka dengannamanya masing-masing dan menuntun mereka ke luar. 
Mengikuti suaranya. Taukah anda, bahwa domba itu mengenali suara si gembala, dan hanya merespon kepada suara si gembala? Ini dia hasil testnya...



Memanggil dengan nama masing2. Setiap kita dipanggil secara personal, memiliki panggilan masing2 yang berbeda2 yang tidak bisa disamakan, belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain

Menuntun kita step by step. 

4  Setelah domba-domba itu dibawa ke luar, gembala itu berjalan di depan, dan domba-domba itu mengikuti dia sebab mereka mengenal suaranya.
Apakah selama ini Tuhan berjalan di depan kita?
Berjalan di depan, ya artinya memimpin di depan, bukan dari belakang, atas, atau samping.
Berjalan di depan juga berarti, Dia yang buka jalan terlebih dahulu, sebelum kita melewatinya. Dia sudah tahu apa yang akan kita hadapi.

 Mal 3:1 
 Jawab TUHAN Yang Mahakuasa, "Aku akan mengirim utusan-Ku untuk menyiapkan jalan bagi-Ku. Maka dengan tiba-tiba Aku, TUHAN yang kamu cari, akan datang ke Rumah-Ku. Utusan-Ku yang kamu rindukan itu akan datang dan mengumumkan perjanjian-Ku."

mengikuti = follow = ἀκολουθέω (akoloutheō) ak-ol-oo-theh'-o = accompany him, join one as disciple. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Mengikuti, karena mengenali suaraNya, disini berarti kita harus punya kepekaan untuk membedakan manakah suara Tuhan apa bukan, bahwa ini kebenaran atau bukan.


5  Mereka tidak akan mau mengikuti orang lain, malah akan lari dari orang itu, sebab tidak mengenal suaranya."
Seperti video di atas, ini memang salah satu ciri domba. Suara lain disekeliling kita pasti ada banyak, tapi seorang domba hanya mau merespon apa yang Gembala katakan, alias sesuai kebenaran firman. Yang lain, dicuekin aja, gak perlu di respon.

Malahan lari : kalau tau itu bukan tempat / kandang (komunitas) yang dipimpin Tuhan, our from there!  

6  Yesus menceritakan perumpamaan itu, tetapi mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan-Nya.
7  Maka Yesus berkata sekali lagi, "Sungguh benar kata-Ku ini: Akulah pintu untuk domba. 
8  Semua yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, tetapi domba-domba tidak mendengarkan suara mereka.
9  Akulah pintu. Siapa masuk melalui Aku akan selamat; ia keluar masuk dan mendapat makanan.
Only by His Gracem because of Him, kita bisa mengerti kehendakNya dan terus dilatih. Dan memang harus dengan dasar penebusan Yesus untuk bisa selamat. Klo yang tidak mengakui hal ini dalam usaha 'menarik' kita, itu berasal dari si iblis!

Domba2 ada dalam kandang, dalam posisi 'menunggu' sampai gembala datang, baru tau mau ngapain dan kemana. Begitu juga dalam hidup kita, harus menunggu dalam komunitas menantikan instruksi Tuhan selanjutnya. Klo gak, si jahat yang akan mencelakakan.
Karena cuma Tuhan yang bisa menuntun kita ke padang yang berumput hijau, ke air yang tenang, jalan yang benar, menjaga, menopang, menghibur, menyediakan kebutuhan kita, mengurapi dengan melimpah, diikuti oleh kebajikan dah kemurahan. (Maz 25) Kuncinya with/by His grace, stay in God dan tubuh Kristus  

10  Pencuri datang hanya untuk mencuri, untuk membunuh dan untuk merusak. Tetapi Aku datang supaya manusia mendapat hidup--hidup berlimpah-limpah.
 Hidup disini bahasa aslinya , ζωή = zōē = dzo-ay'. It means kehidupan yang berasal yang dari Allah, kehidupan yang sebenarnya.   11  Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya untuk domba-dombanya.
12  Orang upahan yang bukan gembala dan bukan juga pemilik domba-domba itu, akan lari meninggalkan domba-domba kalau ia melihat serigala datang. Maka domba-domba itu akan diterkam dan diceraiberaikan serigala.
13  Orang upahan itu lari, sebab ia bekerja untuk upah. Ia tidak mempedulikan domba-domba itu. 
Tuhan Yesus bukan hanya menjagai dengan setia, tapi Ia juga sebagai pemilik domba2 yang pastinya akan membela, mengorbankan mati2an supaya si domba2 selamat


 Luk 15:4 - 7
 "Andaikata seorang dari kalian mempunyai seratus ekor domba, lalu ia kehilangan seekor--apakah yang akan dibuatnya? Pasti ia akan meninggalkan domba yang sembilan puluh sembilan ekor itu di padang rumput, dan pergi mencari yang hilang itu sampai dapat.Dan kalau ia menemukan kembali domba itu, ia begitu gembira sehingga dipikulnya domba itu di bahunya, lalu membawanya pulang. Kemudian ia memanggil kawan-kawan dan tetangga-tetangganya, dan berkata, 'Mari kita bergembira. Dombaku yang hilang sudah kutemukan kembali!' .  Nah, begitulah juga di surga ada kegembiraan yang lebih besar atas satu orang berdosa yang bertobat, daripada atas sembilan puluh sembilan orang yang sudah baik dan tidak perlu bertobat."

14-15  Akulah gembala yang baik. Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, begitu juga Aku mengenal domba-domba-Ku dan mereka pun mengenal Aku. Aku menyerahkan nyawa-Ku untuk mereka. 
Ada hubungan dua arah, karena penebusan Yesus Kristus, kita bisa berkomunikasi lagi dengan Allah. Gak cuma itu, kita bisa intim dan saling mengenal satu sama lain.
Hubungan keindahan Trinitas itu, bisa kita rasakan / alami.
  16  Masih ada domba-domba lain yang juga milik-Ku, tetapi tidak tergolong dalam kawanan domba ini. Mereka juga harus Kubawa dan mereka akan mendengarkan suara-Ku. Mereka semuanya akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala
Amanat agung! 





 17  Bapa mengasihi Aku sebab Aku menyerahkan nyawa-Ku, untuk menerimanya kembali.

Mengikuti Tuhan itu pertaruhan seluruh hidup. Sepertinya mati, mungkin ya menurut cara manusia, tapi buat Tuhan itu seperti menyerahkan kembali kepada yang sesungguhnya memiliki.
Let's do what Jesus do, tidak mempertahankan hidupNya 


Mat 10:39
Orang yang mempertahankan hidupnya, akan kehilangan hidupnya, tetapi orang yang kehilangan hidupnya karena setia kepada-Ku, akan mendapat hidupnya." 

I know, ini bukan sesuatu hal yang mudah melakukan barter kehidupan fana yang kita kira segalanya, dengan kehidupan sebenarnya (zoe). Apalagi ada si iblis yg ga seneng, pasti doi juga gencatan senjata. Tapi bukan hal yang mustahil, Dia percaya kita bisa melakukannya bersama Dia, Dia sudah mati buat kita, trust Him!

18  Tidak seorang pun dapat mengambilnya daripada-Ku. Aku menyerahkannya atas kemauan sendiri. Aku berkuasa untuk menyerahkannya, dan berkuasa mengambilnya kembali. Itulah tugas yang Aku terima dari Bapa-Ku."


Monday, June 15, 2015

Honeymoon

By Marcella Flaorenzia


Sebelum married: "Nanti kalian honeymoon ke mana?"
Sesudah married: "Kalian abis honeymoon dari mana?"
Setelah lama married: "Dulu kalian honeymoon di mana?"

Jadi pertama intinya, honeymoon itu identik sama tempat. Kalo punya budget gede, ada yang bisa honeymoon ke luar negeri or ke negara-negara yang terkenal romantis di Eropa. Kalo budget gak gede-gede amat, bisa ke luar kota (ke Bali or Lombok misalnya). But gimana kalo budgetnya bener-bener terbatas? Hmm..

Kedua, honeymoon itu identik sama newly wed, alias orang-orang yang baru abis married. Pasangan yang mau menikah juga biasanya excited mikirin rencana untuk honeymoon. But gimana dengan pasangan-pasangan yang udah lama menikah? Apa mereka masih bisa honeymoon? Hmm..

Jadi sebenernya, apa sih honeymoon itu?

A honeymoon is the traditional holiday taken by newlyweds to celebrate their marriage in intimacy and seclusion. This is the period when newly wed couples take a break to share some private and intimate moments that helps establish love in their relationship. This privacy in turn is believed to ease the comfort zone towards a physical relationship, which is one of the primary means of bonding during the initial days of marriage. -Wikipedia

So first, honeymoon is a getaway and it is not about the place. Jadi gak perlu sedih kalo kalian misalnya nanti gak bisa honeymoon ke Eropa or ke Korea (hehe..) apalagi kalo budget memang terbatas, we need to be wise as well :) Beberapa tahun yang lalu ada satu pasangan yang aku kenal di Indonesia, dan sebelum menikah, mereka bilang bahwa mereka berencana untuk honeymoon di Puncak. Jarang-jarang kan denger orang mau honeymoon di sana, hehe.. But I said, "Wow, that's great!" Karena mo honeymoon di mana aja sebenernya gak jadi masalah, yang penting bisa punya waktu berdua :)

Aku sama DM dulu juga budgetnya terbatas, kita gak pergi jauh-jauh, cuma nginep 2 malem di B&B di daerah mountain (DM cuma nyetir sekitar 30 menit dari rumah) but we had a great time :) Intinya, kita bisa punya quality time and intimate moment berdua without any distraction.. And ini juga bisa berlaku sewaktu kita kembali ke dunia nyata, hehe..

Kedua, buat aku, honeymoon gak cuma berlaku buat newly wed, tapi setelah kita udah menikah lama atau udah punya anak pun, quality time and intimacy with our spouse harus selalu jadi prioritas. Make sure setiap hari kita bisa punya waktu yang berkualitas dengan suami (mungkin after anak-anak udah pada bobo) or set time to have a special date (nonton, jalan-jalan or dinner berdua). Take a break, and enjoy your marriage relationship again.. again.. and again :)

Also enjoy physical (sexual) relationship yang udah Tuhan kasih sebagai hadiah pernikahan. Jangan biarin Iblis merebut hal ini dari kita. Setelah menikah, it is the BEST time for you to enjoy the physical (sexual) relationship with your spouse! (Bukan sebelum menikah lho ya..) Ini ada satu artikel bagus buat para married couples yang mau honeymoon lagi, hehe.. Click here:


And you know what, pernikahan itu sebenernya sama seperti hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Di tengah-tengah semua kesibukan kita, we need honeymoon everyday with God. Take a break and spend quality time with Him. Building an intimate relationship with Him. Gak peduli tempatnya di mana, hehe.. And gak cuma berlaku buat orang-orang yang baru bertobat or lahir baru. Kita yang udah ikut Tuhan berpuluh-puluh tahun juga bisa tetep terus mengalami yang namanya "honeymoon everyday" :)


"Lord I pray for every marriage right now, so that You will strengthen their relationship as a husband and wife. Let your love flow into their hearts and let them experience 'honeymoon' again, everyday in their marriage. I also pray for everyone who is reading this post right now, so that they will have an intimate relationship with You as well. Let them experience your love everyday in their lives. In Jesus name. Amen."

Wednesday, June 3, 2015

The Power of a Singing Mother

by Grace Suryani

Bulan lalu, saya sekeluarga pulang ke Jakarta untuk menghadiri ibadah syukur pernikahan adik saya, Yahya dan Monika. Salah satu acaranya ternyata adalah koor spontan dari keluarga besar papa saya. Ketika kami semua menyanyi lagu, "I'd rather Have Jesus", tiba2 saya ingat Alm Emak. Bagaimana yah perasaan Emak di Surga melihat anak2nya yang sekarang juga sudah uzur, mantu2nya, cucu2, cucu mantu sampai buyut menyanyi memuji Tuhan bersama-sama? Bagaimana perasaan Emak melihat anak2nya sampai masa tua dan putih rambutnya, dalam masa2 sulit (kehilangan suami krn sakit penyakit, maupun sakit penyakit pribadi, dll) tetap beriman dan berpegang teguh pada Yesus?
Kalau bicara soal Emak, satu memori yang sangat saya ingat adalah setiap pagi, emak selalu baca Alkitab, saat teduh, lalu menyanyi dari kidung pujian. Kalau sudah selesai, emak akan bikin kristik sambil terus menyanyi. Dan emak hafal banyak sekali lagu-lagu pujian. Buat saya itu satu memori yang sangat indah.

Monday, June 1, 2015

Teguran

by Mega Rambang

Dalam salah satu episode Criminal Minds, seorang wanita Bos FBI, memanggil Morgan, anak buahnya dan berkata:

”Butuh keberanian besar untuk menegurku. Terima kasih karena mengubah hidupku”.

Pada beberapa episode sebelumnya diceritakan kalau si bos ini mengalami kecanduan pada minuman keras, Morgan menegurnya. Bayangkan!! Menegur si bos. Tahu kan betapa besar resiko yang diambilnya? Tapi dia tetap melakukannya. Dia tahu adalah berbahaya membiarkan si bos tetap menjalankan tugasnya sementara ia kecanduan pada miras. Dia menegurnya, dan si bos malah marah awalnya, dan mengingkarai kecanduannya. Akhirnya, Morgan melapor pada bos besar, sehingga bosnya yang kecanduan tadi dipaksa untuk mundur sementara dari jabatannya untuk menjalani rehabilitasi.