by Mekar A. Pradipta
Kira-kira tiga tahun yang lalu, aku ditempelak habis-habisan in the matter of words. Sebagai
gambaran, temperamen dasar-ku Sanguin yang kalo ngomong ga pernah
dipikir dan apa yang dipikir pasti bakal diomongin. Wakakaka, intinya
aku tipe orang yang kalo ngomong frontal, kalo seneng ya seneng, kalo
marah ya bilang marah, kalo ngga suka ya bilang ga suka. Intinya, aku
apa adanya dan jarang mempertimbangkan apa akibatnya, especially efeknya terhadap perasaan seseorang.
Dia : Iya nih, cendol bandung pasti enak. Kamu udah pernah nyoba?
Aku : Ngga ah, enakan cendol Semarang!
Dia : .....
Aku : Jadi kita mau kasih hadiah apa nih buat si mas itu?
Dia : Jumper aja gimana? Atau vest yang ada tutup kepalanya...
Aku : Aaaah, itu jeleeekkkkk... Masa di kasi gituan?
Dia : ......
----
Dia : Michael Buble ngeluarin single baru loh...
Aku : Iya... kamu baru tahu? Aku aja udah pasang RBT-nya...
Dia : .......
Oke,
cuma dialog sekilas yang ngebahas hal-hal yang ngga penting. Siapa
sangka dialog seperti ini bisa jadi salah satu alasan hubungan kami pada
akhirnya sempat mengalami kerusakan? Kalo dipikir-pikir, apa yang salah
coba, kan semua jawabanku itu justru jawaban yang jujur dan apa
adanya... But you know what, di telinga orang itu, jawabanku itu
terdengar merendahkan, tidak menghargai dan agak kasar. Dia pada
akhirnya cuma diam karena sebenarnya dia tersinggung dengan apa yang aku
katakan.
Hwaaaaaaaahhhhh,
kok bisa sih??? Alay banget ih kalo gitu aja tersinggung! Jadi orang
jangan sensitif dong, mudah tersinggung ga asik tauk!
Yah,
itu awalnya yang aku pikir. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, setiap
orang itu kan beda ya. Ada yang sensitif, ada yang ngga. Ada yang
dihina-hina kaya gimana juga ga bakal tersinggung. Contohnya aku. Aku
tipe orang yang lebih suka bicara apa-adanya, dan aku berharap orang
lain juga melakukan hal yang sama. Buat aku, akan lebih baik jelek
dibilang jelek dan bagus dibilang bagus. Kan jadi sama-sama enak ya.
Apakah itu salah?
Akhirnya pas si orang ini terus terang soal apa yang sebenarnya dia rasakan, aku bingung, hwekekeke. Lalu ambil keputusan buatbible study khusus buat belajar soal perkataan. Akhirnya gerilya deh ngumpulin ayat-ayat soal perkataan. You know, aku boleh punya standar A, orang lain boleh punya standar B, tapi the best standard is the Bible, cos it contains God's standards.
Technical Devotion : Watch Your WORDS!
I. The main principal
a. Perkataan adalah perkara hati
“Karena
yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan
hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat
mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34b – 35)
Note : Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati
FAYH : Karena perkataan manusia ditentukan oleh isi hatinya.
Message : It’s your heart, not the dictionary, that gives meaning to your words.
- Bagaimana seharusnya hati orang benar?
Ø Mencari pengetahuan
“Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulutorang bebal sibuk dengan kebodohan.” (Amsal 15:14)
Ø Menimbang-nimbang jawaban
“Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi mulutorang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat.”
Note : Orang benar berurusan dengan hati, orang fasik berurusan dengan mulut. Sebelum ia mengolahnya di dalam hati, orang benar tidak akan bicara!
b. Less is better.
- Amsal :19 (FAYH)
“Jangan
banyak bicara. Orang yang banyak bicara membuat banyak kesalahan.
Karena itu, bersikaplah bijaksana dan kendalikanlah lidahmu.”
- Pengkhotbah 5:1b (TB)
“Oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.”
- Yakobus 1:19 (FAYH)
“Saudara
sekalian yang saya kasihi, sekali-kali janganlah lupa bahwa lebih baik
kita banyak mendengar, sedikit berbicara, dan tidak pemarah.”
II. WHY words is important
a. Perkataan punya kuasa
- Matius 12 : 36
“Words are powerful; take them seriously. Words can be your salvation. Words can also be your damnation."
- Amsal 18:20-21
“Perut
orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil
bibirnya. Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan
memakan buahnya.” (TB)
Bagi
kata-kata yang diucapkan ada akibat yang harus dirasakan. Lidah
mempunyai kuasa untuk menyelamatkan hidup atau merusaknya; orang harus
menanggung akibat ucapannya.” (BIS)
b. Perkataan adalah kesaksian (melalui keteladanan)
- I Timotius 3 : 14
“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
III. Pembedaan antara perkataan orang benar dan perkataan orang fasik
Firman Tuhan
|
Orang benar
|
Orang fasik
|
Amsal 12 : 18
|
Mendatangkan kesembuhan (TB)
Menghibur (FAYH)
|
Seperti tikaman pedang (TB)
Melukai hati (BIS)
Menusuk dan menyayat hati (FAYH)
|
Amsal 10:21
|
Menggembalakan banyak orang (TB)
Menjadi berkat bagi orang banyak (BIS)
Patut didengar, memberi nasihat yang baik (FAYH)
|
Mencelakakan dirinya sendiri
|
Amsal 12:18-19
|
Mengeluarkan hikmat dan tahu akan hal yang menyenangkan (TB)
Bijaksana dan menyenangkan hati (BIS)
Mengatakan nasihat yang bijaksana dan apa yang berguna (FAYH)
|
Penuh tipu muslihat (TB)
Selalu menyakiti (BIS)
Mengandung pemberontakan (FAYH)
|
Amsal 15:4
|
Mengeluarkan pengetahuan (TB)
Membuat pengetahuan menarik hati (BIS)
|
Mengeluarkan kebodohan (TB)
|
Mazmur 37:30
|
Berisi hikmat dan hukum (TB)
Bijaksana dan lurus tutur katanya (BIS)
Penasihat yang baik (FAYH)
| |
Amsal 10:11-13
|
Sumber kehidupan, berhikmat, menghimpun pengetahuan (TB)
Membuat hidup bahagia, bijaksana (BIS)
Terkendali (FAYH)
|
Menyembunyikan kelaliman (TB)
Tersembunyi hati yang keji, memancing kecelakaan.
Penuh kutukan, mengoceh sehingga mendatangkan kesulitan (FAYH)
|
IV. What to say and not to say
- Efesus 4:29
“Janganlah
ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang
baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia”
To say : perkataan yang baik, yang membangun
Not to say : perkataan kotor
-
“Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga
kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang
(Kolose 4:6)”
To say : Penuh kasih, tidak hambar [selalu menyenangkan dan menarik (BIS), sopan dan masuk akal (FAYH)]
Not to say : hambar
- Efesus 5:3,4
“Tetapi
percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun
jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang
sembrono—karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah
syukur.”
To say : pengucapan syukur
Not to say : percabulan, kecemaran, keserakahan. Perkataan kotor, kosong dan sembrono.
- Matius 12:36,37
“Tetapi
Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus
dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu
engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum
(Matius 12:36,37)”
Not to say : perkataan sia-sia, tidak berguna (BIS), careless (NKJV)
V. How to say
- Pikirkan terlebih dahulu
“Orang
yang benar berpikir dahulu sebelum berkata-kata; orang yang jahat
menyemburkan kata-kata jahat tanpa pikir” (Amsal 15:28/FAYH)
“Berpikirlah sebelum berbicara,” (Pengkhotbah 5:1a/BIS)
- Tepat waktu
Amsal 15:23
“Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!”
Amsal 25:11
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.”
Pengkhotbah 5:2a
“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu,”
Amsal 12 :16
“Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak yang mengabaikan cemooh’
- Lemah lembut
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”(Amsal 15:1/TB)
- Sabar
“Dengan
kesabaran engkau akhirnya akan berhasil karena perkataan yang lembut
dapat mematahkan perlawanan yang keras.” Amsal 25:15 (FAYH)
Wooohoooo,
panjang yaaah, hahaha.... Pada akhirnya aku belajar kalo perkara "mulut
tajam-ku" itu bukan masalah sepele. Itu masalah karakter, terlebih itu
masalah hati. You know what? Es cendol bandung yang aku bilang
ngga enak itu sebenernya aku belum pernah ngerasain. Dan soal lagu baru
Michael Buble itu, apa susahnya buat bilang, "iyaaa, aku denger tadi di
radio. Bagus ya?" :D
Setelah
introspeksi, aku baru sadar kalo aku ini punya kecenderungan
argumentatif, bahasa jawanya 'ngeyelan', 'ra tau nglegani wong' (ga
pernah bikin orang lega :p). Pokoknya kalo belum adu argumen belum puas,
kalo belum ngasi komen yang kontra itu bukan aku namanya, hahaha. Kalo
dipikir-pikir lagi, itu banyak hubungannya dengan keluarga. I was raised to be an argumentative people. Setiap aku berpendapat, Bapak selalu challengependapatku, dia jarang banget langsung setuju. He wanted to see my arguments. Bagian
ini memang berguna bagi Dhieta yang diplomat, tapi belum tentu baik
buat Dhieta yang adalah, teman, sahabat, saudara dan mungkin calon
pasangan hidup seseorang, hwkwkwkwkwk....
Ayat ini nih yang akhirnya menamparku, sampe kejengkang, hahahaha...
Amsal 25:24
Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.
Huaaaaaaaa, aku ga bisa bayangin ntar suamiku bilang kaya gini :'( And you know what, bertengkar disini di terjemahan lain dibilang, rewel dan suka membantah. That's definetely me! In my dictionary, I said that argument, tapi di mata orang lain itu adalah bantahan. Masih mending kaloargumentatif pada hal yang penting, tapi ini kan ngga, ini cuman masalah es cendol dan lagu baru Michael Buble... wakakaka...
Aku
pernah baca bukunya Elizabeth George, yang judulnya apa aku lupa, tapi
dia ngebahas kalau konflik suami istri salah satunya disebabkan karena
istri yang argumentatif dan sulit mengatakan 'ya' pada suami, untuk
hal-hal sepele. Misal: diajak makan malam di restoran A, istri maunya di
restoran B (bilang 'iya' aja napa sih?) atau disuruh pake baju A (biar
matching berdua), istri malah pake baju B (bilang 'iya' aja napa sih?
:p) dan yang parah, tidak pernah memberikan support dan persetujuan kepada pendapat suaminya tapi justru mengatakan hal yang kontra (contohnya ya kaya kejadian cendol bandung itu hahaha...)
Waktu
itu aku baca kalau hal-hal kaya gini sebenarnya adalah gejala-gejala
ketidak-tundukan istri kepada suami. Emang skalanya kecil. Tapi kalau
ini jadi karakter, kan hal-hal kaya gitu terjadi tiap hari tuh, bisa
jadi bom waktu karena pada akhirnya si suami merasa tidak dihargai dan
didukung oleh istrinya.
Jadi
ternyata, soal perkataan ini ngga bisa cuma pake prinsip ‘yang penting
jujur’ kaya yang aku pikir selama ini. Faktor ‘jujur’ bukan satu-satunya
yang penting. Masih banyak faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga
sebelum kita berkata-kata. Dan yang lebih penting lagi, pakai standarnya
Allah, jangan main paling bener sendiri^^
Anyway,
yang dibahas tadi cuma prinsip-prinsip umum ya, masih bisa di breakdown
jadi sub devotion misalnya soal teguran, soal kemarahan, soal nasehat
dan lain-lain. Jadi kalau ada yang mau ngebahas hal yang lebih spesifik
boleh loooohh, hehe, bagi-bagi tapi nya yaa...
Trus, beberapa minggu kemarin dapat ayat dari Wina,
Amsal 12:16
Bodohlah yang menyatakan sakit hatinya seketika itu juga, tetapi bijak yang mengabaikan cemooh.
Huaaaa,
ayat ini ingetin banget buat ga boleh emosional, ga boleh
meledak-ledak. Segala bentuk perasaan harus dikelola secara bijak, ga
boleh asal semprot sana semprot sini seketika itu juga^^ By the way,
kadang aku masih ngerasa nyesel karena tragedi es cendol itu harus
terjadi, tapi yaaah, ini kan pembentukanku yah, dan maybe ini juga
pembentukan orang yang bersangkutan (gimana buat kasih pengampunan dan
praktek kesabaran :p)... Memang besi menajamkan besi dan manusia
menajamkan sesamanya, hiks...
Yang jelas sampai sekarang, aku masih belajar berkata-kata dengan bijaksana^^
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mekar A. Pradipta
Very Good read :).
ReplyDeleteThanks,its blessing me so much
ReplyDelete