Monday, December 31, 2018

Harga Sebuah Panggilan


by Eunike Santosa

Enak, senang, diberkati, hidup lebih baik, dll... Apakah ini tujuan dari mengikut Tuhan?

“Jadi orang Kristen itu enak yah, Tuhan mereka baik banget. Selalu kasih berkat materi, pemulihan, kesembuhan, dan sebagainya… Terlihat tidak ada masalah dan senang selalu.” Benarkah begitu? Ehmm... ga, tapi sepertinya kurang tepat. Bagian mana ya?

Bagian ketika orang salah menangkap arti menjadi pengikut Kristus hanya fokus kepada satu sisi saja, yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan hidup lebih baik dalam hal berkat materi semata dan itu dibenarkan. Tidak sedikit yang memberitahu, mempromosikan jika ikut Tuhan itu enak, masalah berkurang/cepat selesai, senang, diberkati, dan kalo kamu tidak mengalami hal itu semua, mungkin kamu melakukan suatu kesalahan besar pada Tuhan. Apakah ini hal yang benar? Mari kita lihat perjalaan kekristenan kita, apakah selama ini nyaman, adem ayem saja? Sebenarnya, apakah arti menjadi pengikut Kristus? Coba perhatikan ayat berikut,

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
(Matius 16:24)

Apa yang Yesus katakan kepada murid-muridnya adalah sebuah ‘syarat’ jika seseorang ingin mengikuti Kristus (menjadi orang Kristen). Ada beberapa langkah yang harus orang tersebut ambil. Apa itu? Mari kita bahas satu per satu. :)

1. MENYANGKAL DIRI
Menurut KBBI, menyangkal artinya membantah, mengingkari, tidak mau menuruti. Tambahkan dengan kata ‘diri’, maka frasa tersebut berarti membantah diri sendiri. Yang berarti kamu tidak lagi menjadi tuan atas dirimu sendiri. Ketika kamu mengikuti Kristus, maka langkah pertama yang diambil adalah meninggalkan ‘ke-AKU-an’, keinginan daging duniawimu, egomu.

Menjadi Kristen berarti menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Tuan atas hidupmu. Yang artinya, hidupmu bukan milikmu lagi melainkan kepunyaan Tuhan. Hidupmu yang tadinya bisa kamu kendalikan sesuka hatimu, sekarang harus kau sadari bahwa hidupmu bukan milikmu lagi. Tidak ada lagi kata ‘aku’ melainkan ‘Engkau’. Pertanyaan-pertanyaan yang harusnya ditanyakan adalah, “Apa yang Engkau (Tuhan) inginkan?” bukan “Apa yang ‘aku’ inginkan?”. Serahkan semua keinginan-keinginan kepada Tuhan, dan biarkan Dia melaksanakan rencana-rencana Dia dalammu.

Ketika Allah menjadi Tuhan atas hidupmu, maka arah serta pandanganmu tertuju padaNya, pada FirmanNya. Jadi ketika Tuhan bilang kamu harus jadi berbeda dari dunia, jadi terang, jadi garam,
ini bukan sebuah perintah yang main-main. Ketika semua orang ingin menjadi apa yang dianggap keren oleh dunia (gelap), punya lifestyle yang bertentangan dengan Firman Tuhan, kamu sebagai Kristen harus bisa menjadi berbeda, menentang arus. Apakah hal ini semua mudah dilakukan? Inilah menyangkal diri.

2. MEMIKUL SALIB
Setelah kamu melepaskan egosentrisme-mu, sekarang Tuhan ingin kamu pikul salibmu. Apa lagi ini? Salib itu berat, melelahkan, identik dengan penderitaan. Ketika Yesus memikul salibNya ke Golgota, apakah Dia menari-nari dengan balok kayu berat itu? NO! Yesus terjatuh beberapa kali, sampai ada yang menafsirkan terakhir kali Yesus jatuh ketika memikul salibNya, lututNya (tulang) pecah... Belum lagi ditambah dengan olok-olokan, hujatan, bahkan ludah orang yang dia terima sepanjang dia memikul salibNya. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kita sebagai pengikut Kristus tidak akan mengalaminya? Yesus sendiri berkata demikian:

Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu di tnahkan segala yang jahat.
(Matius 5:11)

Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja- raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
(Matius 10:18)

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
(Matius 10:22)

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
(Matius 10:39)

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
(Lukas 6:22)

Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
(Matius 24:9)

Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.
(Kisah Para Rasul 9:16)

Mari kita kumpulkan kata-kata tebal diatas dan ditulis dalam kalimat ini. “Ketika saya mengikut Yesus maka saya akan... dicela, dianiaya, dfitnah, digiring, dibenci, kehilangan nyawa, disiksa, dibunuh, dikucilkan, ditolak, menderita... Jadi, apakah mudah menjadi menjadi pengikut Kristus? Masih ingin terus mengikut Tuhan? “Males aahhhh jadi orang Kristen kalo gini. Ada tidak cara lain menjadi pengikut Kristus? Saya mau yang enaknya saja boleh tidak? Berkatnya saja bisa kan?”

Mengikut Tuhan tidak bisa setengah-setengah atau merasakan enaknya saja tanpa mau membayar harganya. Coba renungkan sejenak hal ini. Kristus, Allahmu, Dia meninggalkan tahta kemuliaanNya, turun ke bumi, menjadi seperti kita – manusia, hidup sebagai manusia, kemudian disiksa dan mati disalib. Untukmu... Supaya kamu hidup, supaya kamu selamat dari hukuman kekal, untuk kebebasanmu. Dan sekarang Dia memanggil kamu untuk melayaniNya, melayani sang Raja... 

Dengan apa yang sudah Tuhan lakukan, pantaskan kita setengah-setengah saat menjadi pengikutNya?
Menjadi pengikut Kristus itu tidak main-main, tidak semudah yang dikira dan tidak seenak yang didengar sebatas ‘berkat’. Mulai dari perjanjian lama hingga zaman ini, begitu banyak orang yang telah membayar harga, dipermalukan, hingga mati karena mengikut Kristus. Berapa banyak nabi yang dibunuh karena mengikuti Allah Yahweh? Yeremia sampai depresi, Elia dikejar-kejar, Yesaya tidak dihiraukan. Hampir semua murid-murid Kristus mati martir karena mengikut Kristus.

3. MENGIKUT KRISTUS
Salah satu tokoh yang saya kagum adalah Florence Nightingale. Terlahir di keluarga kaya, dia bisa mengambil jalan mendapatkan suami kaya raya, menikah and live happily ever after versi dunia.

Di umur 17, Tuhan memanggil dia untuk menjadi perawat dan pergi ke medan perang merawat para tentara yang terluka. Dan dia pergi. Dia menyangkal keinginan dirinya untuk bisa bersama dengan pria yang ia cintai, serta kehidupan yang enak dan nyaman. Dia memikul salib dengan mengambil sekolah perawat yang dianggap rendah dan hina pada zaman itu, kemudian pergi ke medan perang merawat para tentara. Dia mengikuti panggilan Tuhan dalam hidupnya. A calling to care.

Now, panggilan Tuhan akan setiap orang berbeda-beda. Kita mungkin tidak dipanggil seperti Florence untuk pergi ke tempat perang. Tapi sebagai orang yang dipanggil untuk mengikut Kristus, ada harga yang harus kita bayar. Sebagai contoh, sebagai seorang single kamu diperhadapkan dengan pilihan: mengejar pujaan hatimu yang tidak mencintai Tuhan atau menunggu waktu Tuhan untuk mengenalkanmu kepada seorang Godly man? Pilihan di tanganmu. Orang-orang mungkin mendesakmu dan berkata bahwa standarmu ketinggian, atau mungkin ada yang menyuruhmu untuk meninggalkan imanmu. Apa yang akan kamu lakukan? Kompromi?

Mengikut Tuhan memang tidak mudah, akan melewati masa ‘tidak enak’, tapi jika kamu sungguh-sungguh mengikut Tuhan, sekalipun harus melewati dengan air mata karena membayar harga panggilanmu, di tengah-tengah doa isakan minta tolong kepada BapaMu di surga, ketahuilah, bahwa penghiburan dan sukacita surgawi itu nyata dan besar kuasanya! Paulus dalam 2 Korintus 7:4b berkata “Dalam segala penderitaan kami aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah.” Dan bagi saya pribadi, sukacita inilah mengapa mengikut Kristus itu AMAZING! Sukacita karena membayar harga, sukacita sejati karena mengalami Kristus di balik penderitaan. Sukacita karena tahu bahwa saya ini nothing, tapi dipanggil oleh Tuhan, dan bukan cuman itu saja... Dia memampukanku untuk menjalani panggilanku.

Sebagai desainer grafis di Majalah Pearl yang setiap 2 bulan dikejar tanggal tayang, setiap kali setelah menyelesaikan satu edisi, dikala saya menutup laptop sambil menguap, saya selalu merasa ada Tuhan Yesus sedang duduk disampingku dan berkata: “Thank you” sambil tersenyum dan memelukku. Responku adalah menangis terharu dan thankful for that endless joy... Aku rindu agar teman-teman sekalian juga mengalami hal yang sama. Being a Christian is never easy, but as long as God is with us, who can be against us right? ;) Soli Deo Gloria.

Friday, December 28, 2018

Jika Ada Lemari di Kerajaan Surga


by Sarah Eliana

Gw tulis ini beberapa hari lalu. Pertama-tama tulis in English, trus akhirnya gw terjemahin. Kalo kamu mau baca versi Indonesia-nya scroll terus ke bawah.


// English Version

If there was a cabinet in the throne room in Heaven, what do you think would be in it? Golden crowns worn by King David? Queen Esther's velveteen purple robe? or the kingly staff of King Solomon? I think not. 

I think we would be surprised if we peek inside that cabinet, for in it we would find no grandeur nor splendor. In that cabinet, we would find instead courageous humility, faithful generosity, risky love, and reckless abandonment of life for the Lord. In that cabinet, we would find a young shepherd's slingshot. In the cabinet, we would find a harlot's robe. In the cabinet, we would find a boy's lunchbox... A widow's mite... The jawbone of a donkey. 

Put your hands inside the cabinet. Touch the things inside. Feel the roughness of the rod that split the Red sea. Smell the lingering scent of the perfume that soothed Jesus' calloused feet. Put against your cheek and feel the softness of the clothes made by Tabitha. Trace your fingers along the rough edges of the blood-stained tree. Can you feel the agony He felt? Can you hear His scream "Eloi Eloi lama sabachtani?"?

A young shepherd's slingshot... Killed a giant. A harlot's robe... Saved the life of Joshua's spies. A boy's lunchbox... Fed 5000 people. A widow's mite... Used for God's work. The Jawbone of a donkey... Killed a thousand Philistine enemies. The blood stained tree... On it hung the Prince of Heaven so that you & I may live. Courageous humility. Faithful generosity. Risky love. Reckless abandonment of life for the Lord. 

We hear God asks of us. Sometimes we obey. Sometimes we don't. I wish I could say that I've always obeyed, but that would be a lie. I don't always obey. Sometimes out of sheer selfishness. Sometimes out of the feeling of incompetence... Of a lack of faith that God could use me or my gift for His great work. 

But then God reminds me of the anonymous man who gave his donkey to Jesus. A donkey. Not a majestic horse nor a kingly chariot. Just a dumb donkey... And yet, on that donkey Jesus entered Jerusalem as the King who brought peace and salvation to a nation torn by distrust, unbelief, desperation and oppression. On that donkey, He was hailed as King "Blessed is He who comes in the name of the Lord. We bless you from the house of the Lord..." On that donkey He rode, fixing His eyes on His mission... To die on a Roman cross for you and for me. On a donkey the King rode... Not a horse nor a chariot. Just a donkey. 

No gift is too small for our Big God. No present is worthless. No generosity goes wasted when given to the Owner of the universe. Give it... Give it all to the One who will use your 'small' gift for Big purposes... For the glory of the King of kings... And don't be surprised when you get to Heaven and see your gift in that cabinet in the throne room. 

Will your tear stained handkerchief be there... The handkerchief that has wiped away the tears and sweats of God's warriors. Will your pen be there... The pen that has written so many kind and encouraging words to the members of the body of Christ. Will your knee torn jeans be there... The jeans that have witnessed your battles against the powers of this dark world and against the spiritual forces of evil in the heavenly realms... The battles that you fought, down on your knees. Have you, like the unknown man, so generously and willingly given your donkey to the Lord of lords that He might ride on it and enter a city... A heart... A life? It is time. 


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


// Versi Bahasa Indonesia

Jika ada lemari di ruang tahta di Surga, apa menurut kamu yang akan tersimpan di dalamnya? Mahkota emas yang dikenakan oleh Raja Daud? Jubah beludru ungu milik Ratu Ester? atau tongkat raja kepunyaan Raja Salomo? Saya pikir tidak.

Saya pikir kita akan terkejut jika kita mengintip ke dalam lemari itu, karena di dalamnya kita tidak akan menemukan kemegahan atau keindahan. Dalam kabinet itu, kita akan menemukan kerendahan hati yang penuh keberanian, kemurahan hati yang setia, cinta yang berisiko, dan hidup penuh pengabdian terhadap Tuhan. Dalam lemari itu, kita akan menemukan ketapel milik seorang gembala muda. Dalam lemari, kita akan menemukan tali kepunyaan seorang pelacur. Dalam lemari, kita akan menemukan kotak bekal makan siang milik seorang anak laki-laki... Dua peser koin persembahan seorang janda... Tulang rahang seekor keledai.

Masukkan tanganmu ke dalam lemari. Sentuh benda-benda di dalamnya. Rasakan kekasaran dari tongkat yang membelah Laut Merah. Hela wangi sisa-sisa parfum yang menyeka kaki Yesus yang lelah. Rasakan di pipimu kelembutan pakaian yang dibuat oleh Tabitha. Sentuh dengan jarimu sepanjang tepian sebatang kayu yang bernoda darah. Dapatkah kau rasakan penderitaan Dia rasakan? Dapatkah kau dengar teriakan-Nya "Eloi Eloi Lama sabachtani?"?

Ketapel seorang gembala muda... Membunuh raksasa Filistin. Tali seorang pelacur... Menyelamatkan mata-mata Yosua. Bekal makan siang seorang anak kecil... Memberi makan 5000 orang yang kelaparan. Dua peser sang janda... Digunakan untuk pekerjaan Tuhan. Tulan rahang keledai... membunuh seribu musuh. Batang kayu berlumuran darah... Di atasnya sang Pangeran Surga menyerahkan hidupNya supaya engkau dan saya memperoleh hidup. Kerendahan hati yang penuh keberanian. Kemurahan hati yang setia. Cinta yang berisiko. Hidup penuh pengabdian terhadap Tuhan. 

Kita seringkali mendengar Tuhan memanggil kita. Kadang-kadang kita taat. Kadang-kadang kita tidak. Saya berharap saya bisa mengatakan bahwa saya selalu taat, tapi itu adalah sebuah kebohongan. Saya tidak selalu taat. Kadang-kadang ketidak-taatan itu keluar dari keegoisan belaka. Kadang-kadang keluar dari perasaan ketidakmampuan... Kurangnya iman bahwa Tuhan bisa menggunakan saya atau hadiah saya untuk pekerjaan besar-Nya.

Tapi kemudian Tuhan mengingatkan saya pada orang tak dikenal yang memberikan keledainya kepada Yesus. Keledai. Bukan kuda megah ataupun kereta raja yang berkemilauan. Hanya keledai bodoh... Namun, dari atas keledai itulah Yesus memasuki Yerusalem sebagai Raja yang membawa damai dan keselamatan untuk bangsa yang koyak oleh ketidakpercayaan, keputusasaan, dan penindasan. Dari atas keledai itu, Dia diagung - agungkan, "Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!"

Ditungganginya keledai itu, dengan mata terfokus pada misiNya... Untuk mati di atas kayu salib untuk engkau dan saya. Dari keledai itu sang Raja melaju... Bukan dari kuda atau kereta raja. Hanya seekor keledai. 

Tidak ada hadiah terlalu kecil untuk Tuhan kita yang besar. Tidak ada hadiah yang tidak berharga. Kemurah-hatianmu tidak akan terbuang sia-sia bila diberikan kepada San Pemilik alam semesta. Berikan... Berikan semuanya kepada Dia yang menggunakan hadiah 'kecil'mu untuk pekerjaanNya yang agung dan dahsyat... Untuk kemuliaan Raja segala raja... Dan jangan kaget ketika engkau tiba di surga dan melihat hadiahmu tersimpan di lemari di ruang takhta.

Apakah saputangan bernoda air matamu akan berada di sana?... Sapu tangan yang menyeka air mata dan keringat para prajurit Allah yang kelelahan. Apakah pena-mu akan tersimpan di lemari itu?... Pena yang telah menulis begitu banyak kata-kata yang mendorong dan menyemangati anggota tubuh Kristus? Apakah jeans-mu yang terkoyak di lutut akan tergantung di lemari itu?... Jeans yang telah menyaksikan pertempuranmu melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh - roh jahat... Pertempuran yang engkau perjuangkan di atas lututmu. Apakah engkau, seperti orang yang tidak dikenal itu, begitu murah hati dan rela memberikan 'keledai' Anda kepada Tuhan segala tuhan untuk Ia tunggangi saat memasuki sebuah kota... Sebuah hati... A life? Inilah saatnya.

Wednesday, December 26, 2018

Christ-Centered Goal Setting



By Stephanie Gunawan

Eh, udah Natal lagi!! Cepet yah waktu berlalu… :) Gimana teman-teman? Apakah selama tahun 2018 ini kita udah melakukan hal-hal yang menyenangkan hati Tuhan Yesus? Apakah aktivitas kita udah mendukung perluasan Kerajaan Allah? Atau.. masih ada hal-hal yang sebenernya dari awal tahun pengen kita kerjain untuk Tuhan, tapi kita tunda terus? Tahun depan, kita kerjain hal-hal yang nyenengin Yesus yok! 

Di momen Natal kali ini, saya mau ajak temen-temen untuk bikin goal setting bareng. Ini bukan sembarang goal setting lho. Goal-setting yang majalah Pearl ajak temen-temen untuk gabung adalah goal setting yang terfokus pada KRISTUS. Jadi, nama programnya adalah: 2019 Christ-centered Goal Setting. Hehe... Kita akan bikin goals yang punya dua tujuan.

Tujuan pertama adalah:

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
(Matius 28:19-20)

Kita mau belajar untuk mewartakan kabar keselamatan dari Tuhan Yesus ini ke lebih banyak orang. Jadi, kita gak mau jadi perempuan yang cuma diem-diem aja di comfort zone, tapi kita mau reach out orang-orang di luar sana untuk denger firman. Intinya, gak nyimpen kabar sukacita itu untuk diri kita sendiri, tapi kita bagiin juga ke orang lain.

Tujuan kedua adalah:

"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji."
(Amsal 31: 30)

Kalo ini, kita mau belajar untuk jadi perempuan yang cantik hatinya, bukan sekedar cantik luarnya. Kita mau berubah hari demi hari supaya semakin serupa Kristus. Kita mau jadi wanita-wanita Allah. So, tahun depan kita latihan supaya bisa jadi seperti wanita yang ada di Amsal 31 itu.
Okay, ini program-program yang saya tawarkan untuk teman-teman pilih.
Program-program untuk mencapai tujuan pertama:
  • Program tahunan
  1. Ikut mission trip minimal 1 kali dalam setahun.
  2. Ajak satu sampai lima orang baru untuk ikut ke gereja dalam setahun.
  3. Ikut satu pelayanan di gereja, baik jadi penerima tamu, tim persembahan, tim musik, tim tari, tim konsumsi, guru Sekolah Minggu, atau wadah pelayanan apapun yang tersedia di gereja kamu.
  4. Mengadakan satu atau dua kali kunjungan ke panti asuhan atau panti werda dan membagikan Alkitab di sana.
  • Program bulanan
  1. Membeli traktat sebanyak 12 buah dan membagikannya ke satu orang setiap bulannya.
  2. Menulis notes di Facebook tentang kebaikan Kristus yang teman-teman alami sebulan sekali.
  3. Membeli 12 kartu kecil yang berisikan ayat Alkitab di toko buku Kristen dan membagikannya ke teman-teman yang sedang lemah imannya sebulan sekali.
  4. Mengirim SMS atau broadcast ayat untuk teman-teman yang kalian ingat sedang perlu didukung imannya sebulan sekali.
Program-program untuk mencapai tujuan yang kedua:
  • Program tahunan
  1. Baca Alkitab seluruhnya.
  2. Belajar beli baju yang sopan, kaga kekurangan bahan, 3 bulan sekali aja beli 1-3 potong baju.
  3. Berdoa dan berpuasa bagi keselamatan jiwa-jiwa bangsa Indonesia setiap hari Selasa sepanjang tahun.
  • Program bulanan
  1. Mempelajari 12 tokoh wanita dalam Alkitab, 1 bulan 1 tokoh. Misalnya Sarah (Kej. 12-23), Ribka (Kej. 24-28), Ester (Est. 1-10), Debora (Hak. 4-5), Rut (Rut 1-4), Hana ibu Samuel (1 Sam. 1-2), Abigail istri Daud (1 Sam. 25), Maria ibu Yesus (Luk. 1), Maria Magdalena (Mat.27: 55-56; Mrk. 15: 40), Priskila (Kis . 18), Lidia (Kis. 16: 14), perempuan Samaria (Yoh. 4), dll.
  2. Belajar masak, 1 bulan 1 menu.
  3. Belajar menjahit, 1 bulan 1 prakarya tangan (cross stitch, menyulam, benerin kancing baju yang lepas, dsb.)
  4. Belajar menabung, targetin sebulan ada simpanan 10-30% dari total penghasilan.
  5. Belajar merapikan barang-barang yang berserakan di kamar, 1 bulan 1 kali beresin kamar.
  6. Baca buku rohani yang membantu kita lebih memahami firman Tuhan, 1 bulan 1 buku.
  7. Belajar mengenai keseimbangan gizi supaya nanti bisa menyediakan makanan yang bergizi untuk suami dan anak-anak, 1 bulan 1 tips tentang gizi.
  8. Menghafalkan ayat Alkitab, 1 bulan 1 ayat.



Pastikan teman-teman memilih goal yang memang mungkin untuk teman-teman lakukan. Jangan pilih kegiatan yang memang tidak memungkinkan untuk dilakukan, misalnya pilih ikut mission trip, tapi baru aja ada baby kecil nongol di rumah. Tentu yang jadi mama belum bisa meninggalkan bayinya donk yah. ^^ So, cari goals-nya yang mungkin bisa dilakukan selama kalian masih di dalam kota aja. Tapi untuk yang single dan gak ada ikatan kontrak kerja, tentu no problemo kalo pilih ikut mission trip. Harus pinter-pinter juga putar otak untuk punya dana melaksanakan goal kalian. Misalnya kalian ingin ke panti asuhan dan bagikan Alkitab, nah dana untuk beli Alkitab-nya dari mana? Mungkin kalian bisa kumpulin beberapa teman, terus patungan bareng. Atau bisa juga kalian jual-jual sesuatu, keuntungannya dipakai untuk beli Alkitab. Atau memang dari dana tabungan pribadi. Yah pokoknya hal-hal kreatif yang bisa membantu kalian mewujudkan goal itu deh.

Selain itu, program-program yang saya tulis di atas tentu boleh kalian tambahkan sendiri. Mungkin ada yang punya ide lain, tentu saja boleh. Intinya, cari goals yang bikin kita makin berubah serupa karakter Kristus dan kita memperluas kerajaan-Nya. 

Sekarang, saya berikan tabel kosong yang bisa teman-teman isi. Pilih dua goals untuk program bulanan dan dua goals untuk program tahunan di setiap tujuan. Kalau mau lebih dari dua, boleh juga. Untuk program bulanan, setiap akhir bulan teman-teman bisa isi kolomnya dengan huruf S (sukses) kalau memang bulan itu sukses melaksanakan goal-nya. Isi dengan huruf BS (belum sukses) kalau di bulan itu teman-teman belum berhasil melaksanakan goal. Kalau yang untuk program tahunan, tentunya diisi di akhir Desember tahun 2019. Nanti di akhir tahun 2019, kita bisa menghitung berapa kali kita berhasil melaksanakan goal kita.



Gimana, jelas?? Jelas donk yah... Hehe. Semoga goal setting ini membantu kita untuk lebih fokus dalam beraktifitas untuk Tuhan Yesus, bukan sekedar untuk diri kita sendiri. Satu hal yang sangat penting juga: sertakan Yesus dalam perencanaanmu! Berdoalah sebelum membuat goal setting dan tetap berdoalah agar setiap harinya kita bisa menjalankan komitmen ini. 

Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung ", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
(Yakobus 4:13-15)

Oke teman-teman, selamat membuat goal setting untuk tahun 2015 yang berpusat hanya pada Kristus!

Monday, December 24, 2018

Refleksi Natal: Berjalan Dengan Layak



by Mekar A. Pradipta

Beberapa jam lagi kita akan merayakan Natal. Untuk sebagian besar dari kita, Natal tahun ini pasti bukan yang pertama. Meskipun demikian, rutinitas peringatan Natal tidak seharusnya membuat kesiapan hati kita menyambut pesan Natal hanya setengah-setengah. Makna Natal yang sudah berusia lebih dari dua ribu tahun ini tetap dan lebih dari relevan untuk hidup kita saat ini.

Natal adalah tangan Bapa yang terulur, melalui kelahiran Anak Tunggal-Nya, untuk menjangkau manusia yang terhilang. Natal adalah panggilan untuk menapaki jalan yang Ia tawarkan dan menjadi pengikutnya. Yesus adalah jalan itu (Yohanes 14:6) dan Ia memanggil kita untuk mengikuti Dia menuju Allah Bapa. Panggilan Yesus kepada Matius di Matius 9:9 atau kepada Simon dan Andreas di Yohanes 4:19 adalah panggilan untuk setiap kita.

“Ikutlah aku,” kata Yesus.

Mungkin kita yang sudah bertahun-tahun menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat akan merespon seperti ini, “Tapi aku sudah mengikut Yesus. Aku orang Kristen. Aku ke gereja setiap Minggu.”

Really? Apakah itu membuatmu menjadi pengikut Kristus yang layak?

Karena Tuhan Yesus berkata begini, 

“Dan orang yang tidak mau memikul salibnya dan mengikuti Aku tidak patut menjadi pengikut-Ku.” (Matius 10:38 / BIS)

Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
(Matius 16:24)

Menjadi pengikut Kristus bukan tentang berjalan di belakangnya saja, tapi berjalan seperti Dia: menyangkal diri dan mengikut salib. Dalam Alkitab versi terjemahan yang lain, “menyangkal diri” diartikan sebagai “melupakan kepentingan sendiri” (BIS) atau “mengesampingkan rencana dan keinginannya sendiri.” Banyak orang mengaku mengikut Kristus, tapi tidak mau melepas rencana-rencana dan keinginannya sendiri. Bukankah kita sering seperti ini? Mengaku berjalan mengikut Yesus, tapi sebenarnya yang kita ikuti masih mengikuti “keakuan” kita, “daging” kita dan bukan Roh Tuhan.

Mari kita jadikan Natal ini sebagai momen refleksi. Apakah kita sudah meresponi uluran tangan Tuhan dengan benar? Sudahkah kita menjadi umat yang layak? Umat yang mengikut Kristus dengan benar, ataukah kita masih berjalan di belakangnya dengan sembarangan? Jangan-jangan perjalanan kita masih mengikuti rencana dan keinginan kita sendiri: kadang belok kiri, kadang belok kanan, kadang malah mundur ke belakang. Jangan-jangan, berulang kali, kita pura-pura tidak mendengar arahan Yesus, sang Gembala, dan berkeras hati mengambil rute kita sendiri.

Tentu selama kita masih hidup di dunia, kedagingan kita tidak akan hilang dengan sempurna. Namun Tuhan ingin kita punya kesediaan untuk berproses. Dalam Firman-Nya, Yesus tidak bicara tentang hasil akhir. Ia bicara tentang proses – menyangkal diri dan memikul salib. Tuhan akan sangat mengerti jika kita beberapa kali terjatuh saat mengikut Dia. Yesus sendiri juga terjatuh saat Ia membawa salibnya menuju bukit Golgota. Sebagai manusia ia juga mengalami kelelahan dan kesakitan. Namun Yesus bangkit dan terus berjalan sampai Ia menyelesaikan tugas-Nya: menjadi domba yang dikorbankan untuk menebus dosa manusia.

Yesus sendiri juga mengalami saat ketika Dia harus memilih untuk mengikuti rencana dan keinginannya, atau taat pada kehendak Tuhan. Ia bergumul dan berdoa di Getsemani sampai meneteskan keringat darah. Yesus pun berjuang mengikuti Bapa-Nya. Ia juga mengalami proses menyangkal diri dan memikul salib. Ia sudah memberikan teladan untuk kita ikuti.

Natal penuh dengan pesan tentang menyangkal diri dan memikul salib. Dua orang penting yang menjadi alat Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya tentang kelahiran Yesus – Maria dan Yusuf adalah orang-orang juga mengalami proses itu. Maria – ia dengan lembut hati memilih rencana Allah yang beresiko dan mengatakan, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Sementara itu, Yusuf harus membatalkan rencananya untuk membatalkan pertunangan dengan Maria dan menaati kehendak Allah untuk menikahi Maria. Mereka pasti sebelumnya sudah punya bayangan tentang masa depan yang mereka inginkan, ketika kehendak Allah tiba-tiba dinyatakan dan menuntut mereka untuk mengikutinya.

Pertanyaan lain untuk kita renungkan di Natal kali ini: dalam hal apa Allah masih ingin kita menyangkal diri dan memikul salib? Mungkin saat ini Tuhan mengingatkan kita tentang karakter tertentu, kebiasaan tertentu, atau dosa tertentu. Yes, itulah diri yang harus kita sangkal dan salib yang harus kita pikul. Mari perbaharui komitmen kita untuk memperjuangkannya, sebelum perjalanan kita dengan Yesus semakin berjarak karena ketidaktaatan.

Lalu bagaimana kalau kita merasa jarak kita dengan Yesus sudah terlalu jauh? Remember, He is never too far. He is still and is always closed to us, but sometimes our flesh and our sins make us incapable to clearly see His signs or hear His calls. Kita harus membuat keputusan untuk berbalik meninggalkan jalan yang salah dan kembali ke rute Tuhan, seperti anak bungsu yang memutuskan pulang ke bapanya. Hal apapun yang pernah anak bungsu itu lakukan, bapanya menerima dia dengan sukacita.

Yesus tidak memanggil kita untuk mengikuti Dia dengan asal-asalan. Mengikuti Yesus bukan hanya tentang berjalan di belakang-Nya, tapi juga menjadi seperti Dia. Jika Yesus penuh kasih, maka kita ikut penuh kasih. Jika Yesus panjang sabar, maka kita ikut panjang sabar. Jika Yesus mau mengampuni, maka kita ikut mengampuni. Begitu seterusnya, dalam segala hal kita mengikuti Yesus – pengajaran dan teladan-Nya. 

Semoga Natal kali ini membawa kesegaran baru dalam perjalanan kita dengan Yesus, membawa kita terus mendekat kepada-Nya dan serupa dengan Dia, menjadikan kita pengikut-Nya yang layak.

“dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang yang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.”
(Lukas 1:17)


***

Selamat Natal. Tuhan Yesus memberkati.

Friday, December 21, 2018

Alone with Christ


by Grace Suryani Halim

Sate gue beberapa hari yang lalu yg dari My Utmost for His Highest itu menamplak gue. Yaitu judulnya Have You Ever Been Alone with God? 

Ayatnya diambil dari,

"He did not say anything to them without using a parable. But when he was alone with his own disciples, he explained everything."
(Mark 4:34)

Jadi Markus 4 ini bicara tentang pengajaran Tuhan Yesus. En ketika dengan orang banyak, Tuhan Yesus selalu mengajar dengan perumpamaan. Kerajaan Allah seumpama blablabla. Semuanya perumpamaan. Tapi ketia Ia sedang SENDIRIAN dengan murid-murid-Nya, Ia menjelaskan semuanya. 

Salah satu pertanyaan yang mungkin sering ditanyakan oleh orang adalah, "Gimana caranya gue pas baca Alkitab ngerti ini maksudnya apa?!?" 

Emank Alkitab kadang sulit dimengerti guys. Karena itu ngga heran akhirnya banyak orang lebih suka denger penjelasan org laen, lebih suka baca buku renungan (atau blog! hehe) daripada baca sendiri dari Alkitab. Ngga salah sih denger penjelasan org laen maupun baca dari buku renungan, tapi firman Tuhan yang Tuhan kasih berupa rhema kepada kita itu biasanya efeknya jaaauuhhhh lebih besar daripada kalo kita ngga dapet itu sendiri. 

Ibaratnya sama kayak ngerjain soal matematika, lebih gampang nyontek toh? :p atau ngeliat kunci jawaban. Tapi kalo begitu, ntar pas kita ujian, kadang ngga gitu nyantol lagi ingatannya. Bandingkan dgn bikin PR sendiri dah tiba-tiba EUREKAA!! Tiba2 loe ngerti kenapa ini persamaan begini dan bukan begono. Kayak ada bohlam lampu nyala di otak loe. Hehehe. Kalo yang model begini biasanya loe bakal inget lebih bae, en ngga sekedar ingat tapi loe jadi MENGERTI. kalo ujian lebih gampang dah... 

Demikian juga dengan ketika kita saat teduh pribadi en dari Alkitab bener2 merenungan Firman Tuhannya. Kalo dapet sesuatu biasanya it can change ur life... Ketika ada pengertian yang Tuhan bukakan en membuat kita mikir, "Oooo... Begini toh maksudnya." Wah gila itu luar biasa banget. 

Nah itu yang gue dapatkan dari ayat Markus 4 tadi. :p Ada 2 cara untuk mengerti firman Tuhan:

1. Sendirian bersama-sama dengan Allah
Di zaman sekarang sendirian itu susah loh. :p Kemana-mana ada HP en BB or Iphone yang nempel dengan kita. so bener2 sendirian hanya berdua dengan Tuhan itu butuh usaha SENGAJA melakukannya. alias bener2 sediain en mengkhususkan waktu untuk sendiri dengan Allah. tanpa gangguan FB, YM, Twitter dkk. 

2. Menjadi Murid
ini lebih sulit lagi. Hahaha. Kalo buat sendirian aja sudah cukup sulit, maka yang kedua lebih sulit lagiiii. Kenapa?? Karena ngga semua orang Kristen itu adalah murid Yesus. Waktu zaman JC ada di dunia, banyak orang mengikut Dia. Banyak yang kerumunan, banyak yg pengikut setia, tapi yang disebut murid cuman 12. 

Sekarang juga sama. Kalo di liat dari data statistik orang Kristen mah banyak di mana-mana. tapi berapa banyak yang benar-benar murid?? Berapa banyak yang serius en mo radikal buat Tuhan Yesus? Berapa banyak yang bener-bener mau taat 100% dengan segala konsekuensi?? Ngga banyak. Lebih banyak yang crowd, kerumunan. 

Kenapa? karena syarat jadi murid Kristus itu berat. Di Khotbah minggu kemaren, Pdt Chandra mengutip kata seseorang. "Diselamatkan, cost you nothing. Be Jesus' follower cost you something, but be Jesus' disciple cost you everything." 

Gue setuju banget. Pas di selamatkan itu gratis tis tis... Bukan karena murahan tapi krn kita ngga suka bayar harganya. Jadi pengikut Yesus, cost you something. Rajin ke gereja, persembahan, mulai ikut pelayanan. But be the real disciple will cost you everything... Kita harus mau memikul salib kita SETIAP HARI. salib yang kadang jelas keliatan seperti sakit penyakit atau kehilangan org terkasih, boss yang keras, lingkungan kerja yang tough, dll. 

En Yesus menjelaskan semua perumpamaannya hanya kepada murid-murid-Nya. Bukan kepada orang banyak. Bukan kepada orang-orang yang Ia beri makan 5 roti dan 2 ikan sampe kenyang. Rahasia Kerajaan Allah hanya Tuhan jelaskan untuk murid-murid-Nya.

Nah ketika kita baca Alkitab en bingung, waktunya kita bertanya kepada Tuhan. "Tuhan, aku sudah jadi murid-Mu apa belum ya? Jangan-jangan selama ini aku cuman orang banyak..." 


*** 


*Be, kadang aku merasa aku belum benar-benar jadi murid-Mu. kadang ngomel kalo pikul salib. kadang menunda-nunda untuk taat. aku mo jadi murid-Mu, Be. aku ngga mau jadi orang banyak yang mendengar Kau bicara tapi tidak mengerti... krn itu hidupnya ngga berubah. Aku mau jadi murid yang Kau jelaskan ttg firman-Mu en itu membuatku tau gimana aku harus berubah... 

en erhm... Kadang kurang spend time ALONE juga Be... >.< You know... Hehehe. Will try to spend more time just with You. :D muaccchh...

Wednesday, December 19, 2018

Firman yang Memberi Jawaban (Part 1)


by Mekar Andaryani Pradipta

Kita pasti udah sering banget denger soal prinsip "Tanya Tuhan" sebelum kita mengambil keputusan buat melakukan sesuatu. I'm so grateful soalnya Mba Tatik, kakak rohaniku yang pertama dulu melatihku buat selalu tanya Tuhan dan dengar-dengaran akan suaraNya. Ngga peduli hal besar hal kecil, pokoknya tanya Tuhan dulu. Misalnya, kakak rohaniku ini ngga akan beli barang sebelum dia doakan dulu. It means kalo dia lagi jalan-jalan trus tiba-tiba nemu sale, trus eeehhh ada baju lucuuu, ga peduli seberapa pengennya dia, ato ga peduli dia lagi banyak duit, dia ga akan beli tuh baju sebelum dia doakan dulu. Even buat hal potong rambut pun, dia ga akan lakukan sebelum dia doakan. Dia belajar buat ngga impulsif dengan keinginannya, tapi take time buat selalu tanya Tuhan, at least buat laporan dulu ke Tuhan soal apa yang dia inginkan ^^

Kalo aku sendiri sih masih belum segitunya, hehe, kadang kalo liat bazaar buku masih suka kalap. Even kalo lagi ga punya duit pun, gimana caranya lah :p *Jangan ditiru ya teman-teman, saya masih belajar dan jatuh bangun di bagian ini.* :p Kakak rohaniku itu juga selalu encourage aku buat cari jawaban lewat Firman Tuhan. Emang sih, Tuhan bisa ngomong lewat segala macam cara, tapi Mba Tatik selalu bilang kalo Firman harus selalu dijadikan yang no. 1 bahkan di atas hal-hal yang paling supra natural sekalipun. Dalam segala hal, you have to get back to the Word. Bingung soal ini, lihat apa kata Firman. Bingung soal itu, lihat apa kata Firman. Si ini bilang A tapi si itu bilang B, ya tinggal lihat apa kata Firman. Trus kalo dapet mimpi atau nubuatan soal ABC, uji dengan Firman. Pokoknya kalo butuh pemahaman atau penjelasan tentang sesuatu, ask God to give us His Word.

Waktu baca bukunya Joyce Meyer yang How to Hear From God, aku diingatkan lagi soal hal ini. Cuman mungkin ada yang bingung ya... Alkitab itu kan kaya kumpulan cerita jaman dulu, apa iya bisa jawab pertanyaan jaman sekarang, misalnya, "Tuhan, abis lulus kuliah aku enaknya kerja di Jakarta atau tetap di Bandung ya? *colek Echa*, atau "Tuhan, ini lowongan CPNS banyak banget, aku masuk Kemlu atau Kemkeu ya?", or even pertanyaan kaya, "Haruskah aku keluar dari pelayanan multimedia supaya bisa fokus ke pelayanan anak?" Nah loh, kan ngga ada tuh di Alkitab dibilang, "Barang siapa harus memilih antara Kemlu atau Kemkeu, lebih baik pilih Kemlu" :p atau ngga juga tuh di Alkitab ditulis, "Barang siapa sudah masuk pelayanan multimedia tidak boleh dobel dengan pelayanan lain." Huaaaaaa, kan kagak ada tuh, wkwkwk. So, gimana caranya Firman bisa menjawab pertanyaan kita? :D

That's the wonder of the Word of God. Dia adalah Allah yang hidup yang juga memberikan Firman yang hidup. Alkitab memang adalah Logos (Firman yang tertulis) tapi kuasa Allah membuat Firman menjadi sebuah Rhema (Firman yang Hidup). KuasaNya memberikan sebuah divine inspiration yang memposisikan Firman itu menjadi jawaban atas pertanyaan kita. Joyce Meyer menggambarkannya seperti ini, "Sometimes a Scripture will seem illuminated or made alive in a particular way, and that is when the portion of the logos becomes a specific rhema to us. The answer are found in God's Word and are revealed to us by His Spirit" 

Memang pada akhirnya rhema ini sifatnya sangat personal. Bisa saja muncul pertanyaan, kok kamu bisa bilang ayat A adalah peneguhan kami harus tetep tinggal di Kota X? Atau kok kamu bisa bilang ayat ini peneguhan kami harus ambil beasiswa ke New Zealand? Well, balik lagi ke post sebelumnya The Peace Deep Inside, somehow you just know in your spirit and you have peace about it. Kalo ada yang pernah baca bukunya Maqdelene Kawotjo yang judulnya berhasil karena iman, dia memutuskan untuk ambil beasiswa ke Amerika karena Tuhan bicara kepadanya lewat perikop bangsa Israel menyerang kota Ai. Aneh kan, apa hubungannya Ai sama Amerika coba? Emang kalo bangsa Israel menyerang kota Ai, itu berarti Ms. Maqdalene harus 'menyerang' Amerika? Apa itu ngga terlalu dihubung-hubungin banget? Yaaah, sekali lagi itu sifatnya personal, somehow through that verses Ms. Maqdalene just sensed in her spirit, kalo Tuhan lagi nerangin bahwa Amerika itu adalah Ai bagi dia, jadi ya berangkat aja sekolah ke sama. Other people might not understand dan itu wajar karena revelation semacam itu sifatnya personal. Tuhan ngomong secara pribadi ke kita, bukan ke orang lain.

Kalo buat aku, jawaban Tuhan lewat Firman macam ini justru adalah hal yang dapat kita andalkan. Dalam kemanusiaan kita, memang tetap terbuka kemungkinan untuk salah mengartikan kehendak Tuhan lewat firmanNya. Salah satu cara buat menguji adalah di cross check dengan bagian Firman Tuhan yang lain, dan tentu saja test damai sejahtera. Misalnya: kamu sedang tanya Tuhan, haruskah kamu putus dengan orang tidak percaya ini karena orang tua tidak merestui? Padahal kamu udah berjuang bertahun-tahun buat mendapatkan restu, termasuk menginjili pacarmu. Well, you might get the verse about the victory God promise to give, somehow you feel that this verse is God's promise to give you victory, means marriage with that unbeliever. Nah loh, kalo ngga diuji dengan ayat lain, bisa salah kaprah tuh, soalnya di ayat lain dibilang janganlah menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang tidak percaya dan of course, hormatilah ayahmu dan ibumu. Sudah jelas, walopun kita merasa firman soal kemenangan itu adalah jawaban, karena hal itu berkontradiksi dengan firman Tuhan yang lain, sudah pasti itu bukan dari Tuhan. It's just our feeling anyway.

Terus gimana dong kalo ada kemungkinan salah gitu? Hehe, ya jangan jadi takut melangkah juga sih. Seperti halnya hubungan, semakin intim kita dengan Tuhan, roh kita akan semakin peka sama suara-Nya. Yang penting, kalo kita merasa Tuhan bicara secara spesifik dengan kita lewat Fimannya, as long as itu ngga bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan yang lain, imani dan taat aja. Awalnya memang seperti trial and error, tapi lama-lama kita akan tahu apakah ini benar suara Tuhan atau tidak. Kalaupun memang kita salah, Tuhan pasti akan kasih tahu kalo kita sedang berjalan ke arah yang tidak sesuai dengan rencana-Nya.

Mari kira pegang janji Tuhan di Mazmur 32:8, "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu." Tuhan itu seneng banget loh kalo kita tanya Dia dalam segala sesuatu, sebelum ambil keputusan. Soalnya itu berarti kita sedang meletakkan kehendak kita di bawah kehendak-Nya, kita ngga hidup suka-suka kita sendiri tapi hidup di bawah pimpinan Allah. And definitely God is more than willing to lead us :)

Kayanya udah kepanjangan ini post yak, hehe. Padahal aku masih mau cerita soal keputusan-keputusan yang aku buat based on the rhema I got. Soal kuliah, soal kerjaan, soal banyak hal. Mungkin ntar additional reading kali yak, wkwkw. Anyway, cuma mau ngomong gini, guys, ngga ada yang namanya short cut buat dapet keintiman sama Tuhan. Keintiman sama Tuhan ngga akan bisa di dapat kalo kita ngga hidup di dalam firman-Nya. Hidup di dalam Firman ini extremely important pake banget, cos disitulah ada semua isi hati Tuhan yang harus kita tahu. Jadi kalau ada yang masih males-malesan baca Firman, hayooooo, mari bangun disiplin rohani buat saat teduh, bible reading, dan hafal ayat. Mungkin awalnya emang susah, tapi yang penting tekun dan setia, sampai akhirnya hal itu jadi kebiasaan dan kita ngga bisa hidup tanpa semua hal itu :) Even sampai sekarang, sometimes aku juga masih jatuh bangun soal ini, bergumul sama hobi tidur dan bangun siang yang parah, bergumul sama kebiasaan suka menunda baca jatah bacaan hari ini, bergumul juga dengan rasa sok "udah pernah baca" :p Tapi yang namanya Firman Tuhan itu wow! Sekali kamu ngalamin kuasa FirmanNya, you'll be eager to get more and more and more of it.

Sippo! Sampai disini dulu... Buat proyek (kalo ada yang mau sih :p), coba baca Mazmur 119 dan temukanlah the wonder of the Word of God. Misal Firman Tuhan itu berguna buat a b c d e, ato melalui Firman kita bisa melakukan a b c d e. Huehehe... Kalo ada yang mau sharing, I'm all ears to hear :)

***

Read Part 2

Monday, December 17, 2018

A Glance from Jesus


by Sarah Eliana

Lagi baca buku Max Lucado "God's Story, Your Story". Ada satu paragraph yg menarik sekali tentang Rasul Paulus. Here it is: 
"An interesting side note. Paul & Jesus may have passed each other on the streets of Jerusalem. If Paul was a member of the Sanhedrin court when he persecuted the church, he would have been at least 30 years old, the minimum-age requirement for being a member of the court. That would make him roughly the same age as Jesus, who was crucified in his early thirties. Which raises this fanciful question: Did young Paul and young Jesus find themselves in Jerusalem at the same time? A 12 year old Messiah and His father. A young Saul and his studies. If so, did the Christ at some point cast a glance at His future apostle-to-be?"
Kalimat yg terakhir begitu sederhana, tapi membuatku terharu. "Did Christ at some point cast a glance at His future apostle-to-be?". Of course, kita gak tau apakah Yesus waktu kecil pernah bertemu Saulus atau tidak. Tapi kita tau bahwa Saulus tumbuh besar menjadi murid Yahudi yang sangat tekun dan fanatik sampai tiba dititik dimana ia tidak segan-segan menganiaya Gereja Tuhan. Tentu dikemudian hari, kita semua tau, Saulus bertemu Kristus dan bertobat. Tapi, apa yang membuatku terharu dari pertanyaan dibuku Max Lucado tersebut adalah... Kristus tau bahwa Saulus akan menjadi rasul-Nya suatu hari nanti. Saulus tidak tau hal itu, tapi Kristus tau. Dan bayangkan kalo SEANDAINYA Yesus dan Saulus yg masih kecil pernah bertemu di Yerusalem waktu mereka sedang berbakti di Bait Allah, mungkin Yesus mengalihkan pandang-Nya kepada Saulus, dan tersenyum karena Ia tau Saulus akan tumbuh menjadi apa: seorang pria godly yang dipenuhi Roh Kudus dan kasih akan Kristus!

Ah... Membayangkan hal itu membuatku terharu. Saat ini, aku melihat diriku sendiri, dan aku melihat seorang anak Tuhan yang setiap hari harus berjuang untuk fokus kepada Kristus... Seorang murid Yesus yang jatuh bangun dalam dosa. Ada banyak saat dimana aku bertanya - tanya apakah aku akan pernah menjadi seperti Rasul Paulus, Petrus, Yohanes, dan apakah aku akan pernah bisa menjadi serupa Kristus! Ada banyak saatnya dimana aku bertanya-tanya apakah aku akan pernah bisa menjadi seperti wanita di Amsal 31.

Tapi... Membaca kalimat itu, aku bisa membayangkan Kristus yang melihat kearahku dan tersenyum karena Ia tau aku akan bertumbuh menjadi apa nantinya. 

Apakah kamu kadang-kadang menemukan dirimu bertanya-tanya apakah kamu cukup baik untuk disebut murid-Nya? Apakah kamu menemukan dirimu berjuang dalam imanmu? Apakah engkau bertanya-tanya bagaimana Tuhan yang baik dapat mencintai orang berdosa dan kotor sepertimu? Be comforted! Allah sudah ada di masa depan... Dia tahu apa yang ada dimasa depan, dan Dia sudah tau dan melihat seperti apa engkau yg dimasa depan. Melalui kasih karunia pekerjaan-Nya, aku erharap kita bisa melihat-Nya memandangi kita dan tersenyum. Tersenyum karena Dia tahu dalam kasih karunia-Nya kita dicuci bersih dari dosa-dosa kita... Dan suatu hari, di Surga, kita Akan berdiri di depan Tahta Tuhan... Sempurna dan tidak berdosa dan tidak bersalah, karena Kristus telah mati untuk kita.

Sekarang jadilah saksi dimanapun Ia menempatkan engkau! Jalani kehidupanmu sebagai seorang duta besar iman! Buatlah gaya hidup untuk memuliakan nama-Nya di dalam dan melalui hidupmu! =)

Let us fix our eyes on Jesus, the Author and Perfecter of our faith, who for the joy set before Him endured the cross, scorning its shame, &amp; sat down at the right hand of God. Consider Him who endured such opposition from sinful men, so that you will not grow weary and lose heart.
(Hebrews 12:2-3)

Friday, December 14, 2018

Radikal untuk Kristus


by Sarah Eliana 

Ada satu kata yang seringkali menggelitik anak2 Tuhan. Kata ini sering bikin kita uncomfortable. Ada yang bilang, kata ini harusnya gak masuk dalam 'kamus' anak Tuhan. Kata apa? Itu tuh... "RADICAL". Kenapa yach kalo ada yg bilang "radical" yg nongol di kepala cuman yg buruk2... Orang2 fanatik yg gak bisa show grace & love ke orang lain, orang2 yg bisanya cuman menghakimi orang lain, orang2 mengkudu (alias orang2 yg menguduskan diri sendiri... Hehe...) yach kayak orang2 farisi deh. 

Tapi apa betul sih begitu? Apa sih kata Firman Tuhan ttg menjadi radikal itu? Well, dari Firman Tuhan, menurut gw panggilan untuk menjadi radikal itu paling jelas tertulis di Matius 10:1-42. So... Gw mo bahas lewat bagian ini. =) 

Sebenernya panggilan utk radikal itu apa sih? Well, kalo gw baca dari bagian ini, menjadi radikal = menjadi murid. Tapi menjadi murid itu suuuusaaaah sekali. Kalo kita lihat di ayat 1, disitu disebutkan 12 murid. Bayangin deh... Dari begitu banyak orang yg suka ngikutin Tuhan ke mana2, yg suka dengerin kotbah Tuhan Yesus, dari 5000 orang yg dikasih makan 5 roti & 2 ikan (& sisa 12 keranjang!!), cuman 12 orang yg disebut sebagai murid Tuhan Yesus. Dan kalo kita baca bagian2 sebelon pasal 10 ini yach, kita lihat gimana Tuhan Yesus panggil ke-12 orang ini. Ada yg lagi menjala ikan, dipanggil, dan mereka tinggalkan bisnis ikannya begitu aja. Ada yg pemungut pajak, dipanggil Tuhan... Dan dia juga langsung tanpa ba bi bu tinggalkan pekerjaannya yg menghasilkan begitu banyak uang. Can you see the pattern here? There is something radical about these guys, karena itu mereka disebut murid-murid Tuhan Yesus. Mereka beda dengan orang2 yg berkerumunan dekat2 Tuhan Yesus, tapi "kurang radikal". Belon lagi yg kerumun2 karena ada maunya sama Tuhan... Minta disembuhinlah... Minta dikasih rejeki lebihlah... Atau karena suka dengerin kotbah Tuhan Yesus yg biarpun kadang2 susah dimengerti tapi menyejukkan hati. Hayo coba... Berapa banyak dari kita yg baca Firman Tuhan atau dengerin kotbah hanya karena sekedar kedengerannya enak, kata2nya menyejukkan hati? Tapi udah masuk telinga kanan yach keluar telinga kiri. Kayak bibit yg tertanam di tanah yg gak subur... Mati dalam sekejap. =( 

Jadi, siapa sebenernya yg dipanggil untuk menjadi murid? Toh di pasal 10 ini kayaknya Tuhan Yesus cuman ngomong ke 12 murid yg mula-mula. Apakah pasal ini berlaku utk kita juga? Answer: definitely! Di ayat 38 dikatakan:

"Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku."
(Matius 10:38)

Barangsiapa. Kalo ada kata barangsiapa... itu artinya siapa aja. Everyone.

Trus di ayat 32:

"Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga."
(Matius 10:23)

Setiap orang. Siapa aja. Everyone who does so. Intinya panggilan utk menjadi murid Tuhan, untuk menjadi radikal bagi Tuhan itu untuk semua orang (walaupun pada kenyataannya hanya sedikit yg betul2 menuruti panggilan itu). Jadi, kalo udah baca ayat2 ini, we know deh... Kita tuh semua dipanggil gak hanya sekedar menjadi bagian dari kerumunan orang2 yg mengaku cinta Tuhan... Tapi we are called for a higher calling: to be His disciple. 

Tapi... Apa sih maksudnya menjadi murid Tuhan itu? Gw toh udah ke gereja setiap minggu, udah saat teduh setiap hari, udah melakukan deh 10 perintah Tuhan =D Apakah itu gak cukup? Nah... Ini nih kenapa menjadi murid Tuhan itu = radikal. Ingat gak satu bagian di kitab Lukas 9:57-62 ttg seorang pemuda yg bilang mau ikut Tuhan, tapi dia minta ijin dulu supaya dia pulang and kuburin bokapnya dulu. Trus Tuhan Yesus jawab gini:

"Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."
(Lukas 9:60)

Deeeenggg... Waktu baca ayat ini yach gw agak bingung juga... Karena gw tau Tuhan itu sangat mengajarkan anak2 utk sopan ama orang tua. Tapi, kenapa di sini Tuhan malah bilang begitu? Satu hal yg gw liat di sini, mungkin si bokapnya tuh belon meninggal. Mana ada sih orang yg ngekorin orang lain ke mana-mana kalo bokap meninggal? Udah pasti dia sibuk toh dengan funeral, dll? Jadi, MUNGKIN di sini tuh bokapnya belon meninggal, tapi si anak pengen pulang dulu, take care of his parents first, kalo udah gak ada tanggung jawab dengan ortu, baru deh ikut Tuhan. Tapi di sini, Tuhan Yesus bilang... No waiting! Why? Karena every day people are dying spiritually, they need to know about the Lord Jesus who came to save them. Kerajaan Tuhan perlu diberitakan! Dan inilah panggilan seorang murid = memberitakan kerajaan Tuhan! Memberitakan kabar baik keselamatan! Dan Tuhan Yesus mau kita seperti Abraham! Heh? Abraham! Iya... Gw baru2 ini baca2 ttg Abraham, dan satu hal ttg Abraham yg sangat gw kagumi adalah his prompt obedience. Begitu disuruh Tuhan melakukan sesuatu, pasti langsung dilakonin ama dia... Gak pake nunggu2 satu dua hari! Disuruh pindah ke negara antah berantah? Yuksss... (mungkin sambil nyanyi *jangankan ke Canaan, ke Gunung Moriah aku ikut Kamu* Get it? Canaan itu tanah perjanjian utk Abraham & anak cucunya, sementara Gn. Moriah itu tempat Abraham hampir mempersembahkan Ishak). Disuruh mempersembahkan anaknya di atas altar? Ok, Tuhan, laksanakan! Nah... Tuhan tuh maunya kita seperti itu. Prompt obedience. Dan inilah salah satu sebabnya mengapa menjadi murid Tuhan Yesus itu adalah sesuatu yg sangat radikal. Memberitakan kerajaan Tuhan adalah panggilan seorang murid, dan saat dipanggil, He wants our prompt obedience! 

Being a disciple always costs us. Baca deh:

Tetapi berkatalah raja (Daud) kepada Arauna:
"Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa."
 (2 Samuel 24:24)

Raja Daud mengerti bahwa memberikan persembahan kepada Tuhan itu gak gratis. And this is what we need to apply to us. Menjadi murid Tuhan itu ada harga yg harus dibayar. We have to be ready to sacrifice our comfort, our jobs, our "success", dll. Coba liat di ayat 39, orang yg mempertahankan hidupnya akan kehilangan hidupnya. Berapa banyak dari kita yg begitu dipanggil Tuhan, langsung bingung "tapi, Tuhan, kerjaan gw gimana? Lagi naik2nya nih...", "tapi, Tuhan, kalo gw turun ke ladang misi, gimana gw mau ketemu pasangan hidup?", dll dll. Dan inilah salib yg dimaksud Tuhan Yesus, pikul salibmu, lepaskan everything else that is attached to you. Pikul salib aja udah berat, coy... Gimana mau memikul kekhawatiran2 yg lain2 lagi? Lepaskan kekhawatiran akan pekerjaan, uang, pasangan hidup, dll... And promptly obey Him to spread the Gospel of Christ. Tapi... Ini lagi omongin panggilan utk melayani Tuhan di ladang misi yach? Gimana kalo Tuhan gak panggil gw ke ladang misi? Hehehehehe... No, I'm not talking about serving the Lord di ladang misi. Karena gak semua orang terpanggil melayani di negara/daerah lain toh. I'm talking about the call of being His disciple, which is memberitakan kerajaan Tuhan. 

Memberitakan Kerajaan Tuhan itu gak hanya di ladang misi, sodara2. Pernah gak waktu lagi di tempat kerja, we pray for our colleagues? Pernah gak Tuhan bilang "Hey... Talk to this guy. He needs me," tapi dengan 1001 alasan kita bilang "ih Tuhan gimana sih, kan gak profesional banget ngomong2 ttg Tuhan di tempat kerja. Ntar gw dipecat gimana?". Atau pernah gak kita share our faith with our neighbor? our close friends? Yup... Betul, gak semua orang terpanggil untuk melayani di negara lain, tapi kita semua terpanggil untuk share God's love, grace and Gospel! Maybe your "mission field" bukan di negara lain, mungkin your mission field itu adalah rumah di sebrang rumahmu! Mungkin ladang misimu adalah cubicle di samping cubicle kantormu. Maybe it's even just down the hall from your room. Maybe it's your colleagues, your friends, or your own parents and siblings, or your roomates! Difficult, you say? Of course! Memberitakan kerajaan Tuhan itu gak gampang. Butuh waktu, butuh kebijaksanaan dari Tuhan dan butuh kekuatan dari Tuhan. Makanya itu ada sesuatu yg harus "dikorbankan" waktu kita serius mau menjadi murid Tuhan. Our comfort, our pride, sometimes even our professional life; our job! Dan panggilan untuk menjadi murid Tuhan ini betul2 serius dan radikal, makanya Tuhan sampe ngomong:

"Setiap orang yg mengakui Aku di depan manusia, 
Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa di Sorga."
(Matius 10:32)

Dan... Kalo kita gak berani cross that street, or cross that hall to share God's Word and love. Kalo kita menyangkal Tuhan Yesus supaya kita terlihat profesional... Supaya orang2 gak marah sama kita... Hati-hati...

"... Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa di Sorga."
(Matius 10:33)

Aih... Serem. Tapi, itulah radikalnya panggilan seorang murid Tuhan! God requires a lot from His disciples. Dan inilah hal2 yg Tuhan mau dari seorang murid:  Total commitment! That's what He wants from His disciples. Komitmen yg gak setengah2, tapi yg 100%, even commitment unto death. Seperti di ayat 39 katakan, 

"Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya."
(Matius 10:39)

Total trust! Di ayat 9-11 tuh dikatakan kalo the 12 disciples gak boleh bawa kasut, tongkat, baju, dll. Pokoknya betul2 depend on God's providence! Pokoknya gak cukup hanya believe tapi TRUST God totally. 

Total LOVE! Kasih yg tidak menjadi dingin. Mengasihi orang itu sulit lho... Apalagi kalo orang yg dikasihi ini berbeda cara pikir, cara pandang, and life style. Yang paling susah dilakukan oleh kita2 para manusia2 ini apa? Mengasihi orang yg beda ras dengan kita! Coba kalo misalnya ada kejadian gak enak di suatu tempat, biasanya yach... Orang yg lebih dulu dituduh adalah orang yg beda ras. Dan susahnya, kita semua dibesarkan dengan stereotype2 di sekeliling kita "orang dari ras ini pelit & gak mau rugi, orang dari ras itu pemalas, orang dari negara ini kasar2, dll dll dll. Tapi, justru Tuhan mau kita menjadi radikal, termasuk radikal dalam mengasihi sesama. Mengasihi tanpa ba bi bu, tanpa memandang perbedaaan (termasuk perbedaan ras!), tanpa pamrih. 

"Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin."
(Matius 24:12)

Total Courage! Tuhan mau kita berani. Berani untuk memberitakan kabar keselamatan "dari atas atap rumah (Matius 10:27). Tuhan mau kita supaya gak takut terhadap manusia yg hanya bisa membunuh tubuh, tapi gak bisa membunuh jiwa. Tuhan mau supaya kita berani untuk mengakui Tuhan Yesus di depan orang2 lain yg mungkin akan mencemooh kita, membodoh-bodohi kita atau bahkan membenci kita. 

Nahhh... Tapi gimana yach kita bisa memberitakan Kerajaan Tuhan ke orang lain? Apakah hanya dengan "berkotbah" aja? Kalo gitu terus, orang2 begitu liat gw udah langsung antipati donk. Udah langsung kabur duluan. hehehe... Well, memberitakan Kerajaan Tuhan itu gak cukup hanya dengan koar-koar. Remember: action speaks louder than words. Yuks liat apa kata Firman Tuhan.

"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya."
(Matius 10:24-25a)

Seorang murid itu sama dengan gurunya. Siapa guru kita? Yach... Of course, no other than Tuhan Yesus Kristus. Tapi... What did Jesus do? Kalo orang2 sekarang suka pake gelang yg ada tulisan "WWJD" - "What Would Jesus Do". Tapi, I want to talk about what Jesus did when He was living on earth, which I will discuss tomorrow. Stay tune!

Tuesday, December 11, 2018

Who Am I?


by Grace Suryani

Sangat diberkati dengan khotbah minggu tadi pagi. Membawa gue berpikir ulang tentang siapa gue... 

Selama ini kalo gue pikir siapa gue di mata Tuhan? Yang terpikir adalah, gue ini biji mata Allah, daughter of Almighty God, umat pilihan Tuhan, anak Raja, gereja-Nya, dan suatu saat nanti bersama dengan kumpulan orang percaya lainnya akan menjadi Mempelai Anak Domba Allah. That's me. I always think that I'm beloved, I'm wonderfully made, namaku terukir di tangan Tuhan, and so on and so forth. 

Itu semua ngga salah. Itu semua biblical. Itu semua memang ditulis di Alkitab. Tapi hari ini, ketika khotbah, Tuhan menyatakan siapa gue yang lain... 

I am the one that killed Jesus...
because of my sin, God's only begotten SON, Jesus Christ suffered and die... 
I am the one that killed Him

Gue yang membuat Yesus tergantung di kayu salib, setengah telanjang, dipermalukan, dihina, diejek. 
Gue yang membuat Yesus menderita... 

Kata Martin Luther, di tiap kantong kita ada paku. Paku yang menancapkan Yesus ke kayu salib... 

En itu meremukkan semua ego gue. Gue pikir gue orang bae, gue pikir I'm good enough. But that's not true! I'm the one that killed and made Jesus suffered. 

Kalo Bapa bertanya lagi "Siapa kamu?,"

jawaban gue adalah, "I'm the one that killed Your beloved SON, O Lord. Your Son die because of me... Because of my sin. Would You forgive me?" 

Kenyataan itu membuat gue jadi sadar betapa besar kasih-Nya. Ia tau siapa gue. Ia tau bahwa dosa gue yang menyebabkan Yesus disalib, Ia tahu semua. Tapi bahkan Ia mau mengangkat pembunuh anak-Nya menjadi anak-Nya sendiri... Ia mengangkat orang yang menyebabkan anak-Nya menderita dan menyebut pembunuh itu sebagai "Biji Mata-Nya.", "Pewaris kasih karunia", "Imamat yang Rajani", "Umat pilihan".

Oh betapa dalamnya kasih-Nya... Takkan pernah bisa kuselami... 

Jadi inget my all time fav hymn,


"The Love of God" (Agunglah Kasih Allahku - NKB 17) 

The love of God is greater far 
Than tongue or pen can ever tell
It goes beyond the highest star
And reaches to the lowest hell
The guilty pair, bowed down with care
God gave His Son to win
His erring child He reconciled, And pardoned from his sin 

Refrain: 
Oh, love of God, how rich and pure! 
How measureless and strong! 
It shall forevermore endure— The saints’ and angels’ song 

When hoary time shall pass away
And earthly thrones and kingdoms fall
When men who here refuse to pray
On rocks and hills and mountains call
God’s love so sure, shall still endure
All measureless and strong
Redeeming grace to Adam’s race
The saints’ and angels’ song

Could we with ink the ocean fill
And were the skies of parchment made
Were every stalk on earth a quill
And every man a scribe by trade
To write the love of God above 
Would drain the ocean dry
Nor could the scroll contain the whole
Though stretched from sky to sky


*** 


Agunglah kasih Allahku, tiada yang setaranya
Neraka dapat direngkuh, kartikapun tergapailah
Kar’na kasihNya agunglah, Sang Putra menjelma
Dia mencari yang sesat dan diampuniNya

Reff :
O kasih Allah agunglah! Tiada bandingnya!
Kekal teguh dan mulia! Dijunjung umatNya

'Pabila zaman berhenti dan tahta dunia pun lebur
meskipun orang yang keji telah menjauh dan takabur
namun kasihNya tetaplah, teguh dan mulia
Anugrah bagi manusia, dijunjung umatNya

Andaikan laut tintanya dan langit jadi kertasnya
andaikan ranting kalamnya* dan insan pun pujangganya
takkan genap mengungkapkan hal kasih mulia
dan langit pun takkan lengkap memuat kisahnya


*** 

Be, Kau tau betapa hancur hatiku ketika sadar selama ini aku cuman tau setengah kebenaran. Aku tau cuman tau sisi baik dari diriku di mata-Mu, tanpa sadar bahwa aku juga penyebab anak-Mu mati. Kenyataan bahwa dosaku yang mengirim Yesus mati membuatku sadar betapa dalamnya dosaku... 

Tapi sungguh kasih-Mu luar biasa. Kau mengampuni pembunuh anak-Mu bahkan mengangkatnya jadi anak-Mu sendiri. 

Be, Kau tau aku selalu tercekat kalo nyanyi NKB 17 itu. Betapa rasanya kasih-Mu besar dan tak terselami. 

let Paul's prayer be my prayer too,

"Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus,dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan."
(Efesus 3:18-19)

Saturday, December 8, 2018

A New Day of Spring


by Sarah Eliana

Batsyeba. Siapa yang gak pernah dengar tentang Batsyeba? Batsyeba yg katanya begitu cantik sampai-sampai raja Daud pun tergoda. Batsyeba yg udah bersuami tapi tidak berani (atau tidak mau?) berkata tidak ketika raja Daud mengundangnya ke istana. Adulteress! Begitu kata banyak orang. Aku sendiri gak berani menghakimi, karena sebagai seorang istri sedikit banyak aku bisa mengerti juga kenapa dia tidak berani berkata tidak kepada Raja Daud. Mungkin dia diancam “Kalo gak datang, awas!!!” Mungkin juga dia berpikir, ”Raja Daud kan atasan suamiku, dan suamiku lagi di medan perang. Mungkin raja Daud mau kasih tau sesuatu yang penting tentang suamiku? Apakah suamiku terluka?” Mungkin! Mungkin aja dia menerima undangan raja Daud dengan pikiran suaminya terluka atau bahkan terbunuh di medan perang sehingga raja Daud merasa berita itu harus disampaikan secara pribadi oleh sang raja. Mungkin juga sama seperti kebanyakan kita, orang Asia, dia merasa, “Ah, gak enak kalo gak dateng… Udah diundang.” Perhaps pride got the better of her: “GILE!!! Diundang ama raja!! Siapa yg berani bilang tidak? Siapa orang yang begitu bodoh sampai menolak undangan sang raja?” Mungkin juga dia berpikir seperti itu. Maybe she was lonely, and an invitation from the handsome king sounds innocent enough. Only God and Bathseba herself know why she went to the palace, and later slept with the king.

Tapi yg pasti, kita semua tau lanjutan ceritanya. Batsyeba hamil, dan Daud membunuh Uria agar bisa menikahi Batsyeba. Setelah mereka menikah, datanglah Nabi Natan menegur Daud. JEDER!!! Daud, oh Daud, dirimu sudah melakukan apa yg salah! Dan saat itu juga Daud menyadari kalo kesalahan dan dosanya itu bukan hanya terhadap Uria, tapi juga terhadap Allah. Jadi, ia pun bertobat. Semuanya beres, kan? Ya kan? Ternyata tidak, karena anak Batsyeba dan raja Daud yang baru lahir akhirnya meninggal. 

Most of us stop right here. Kita sering dengar kotbah tentang Daud dan Batsyeba, dan biasanya kotbahnya diakhiri dengan “ada hukuman atas dosa,” Betul gak? Dan biasanya pula, kalo kotbahnya tentang pernikahan, kita akan diwanti-wanti untuk menghormati janji nikah kita, dan ayat yg biasa dikutip adalah Matius 1:6 yang berkata:

“Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria.”
(Matius 1:6)

Ayat ini menunjukkan bahwa biarpun Batsyeba sudah menikah dengan Daud, Tuhan tetap menganggapnya sebagai istri Uria. Betulkah? I must disagree. Why? Well, let’s read 2 Samuel 12:24,

Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba istrinya, lalu tidur bersamanya. Batsyeba melahirkan seorang putra yang dinamakan Salomo oleh Daud. TUHAN mengasihi anak itu.
(2 Samuel 12:24)

Daud menghibur Batsyeba, istrinya. Nah, di sini jelas ditulis kalo Batsyeba sudah dianggap sebagai istri Daud oleh Tuhan. Bahkan Tuhan memberikan mereka seorang anak yang kemudian menjadi raja yang luar biasa. Ya, gw setuju bahwa kita selalu harus menerima konsekuensi dari dosa kita. But it is equally important that we don’t just stop there karena di dalam Tuhan ada kasih karunia. Kalau kita mau dan siap mengakui dosa kita, meminta ampun, dan TIDAK mengulangi dosa itu, Tuhan pun siap mengampuni and He is more than ready to give us a fresh new start.

Banyak dari kita yang bergumul dengan masa lalu kita, yang punya hal-hal yang kita sembunyikan dari orang lain dan hanya Tuhan dan kita yang tau. Kalau memang kita orangnya, ketahuilah hal ini: Tuhan sangat bersedia mengampuni kita kalau kita mau datang kepada salib-Nya, mengaku dosa kita, dan berjalan menurut pimpinan Tuhan mulai saat ini. Lihat Daud dan Batsyeba! Raja Daud, saking takutnya kalo dosanya akan ketauan, bahkan sampe tega membunuh salah satu prajurit terbaiknya sendiri! Dan ya, dia menerima hukuman atas dosanya:

Setelah itu pulanglah Natan ke rumahnya. Putera Daud yang dilahirkan oleh Batsyeba janda Uria, jatuh sakit dengan kehendak TUHAN.
(2 Samuel 12:15)

Sakit atas kehendak Tuhan! Kalo bahasa Inggrisnya lebih serem lagi: The Lord struck the child, and he was very sick.” Kedengarannya ngeri banget ya. Tapi ternyata bukan hanya anak Daud yang “dihajar” oleh Tuhan; ada orang lain yang mengalami hal yang sama:

Yet it was the will of the Lord to bruise Him; He has put Him to grief and made Him sick.
(Isaiah 53:10)

Yup! Tuhan Yesus! He pressed Himself on that cross to die for us because He loves us so! Sekarang, lihatlah! Lihat ke salib Tuhan Yesus, lihat Dia yang mati disalib karena dosa kita. Anugerah Tuhan tersedia buat kita, dan karena itu kita bisa memulai lembaran yang baru dalam hidup. Gak peduli besar kecilnya dosamu, Tuhan bisa mengampuni kamu. Sebenernya, gak ada “dosa besar” atau “dosa kecil”! Dosa adalah dosa—pemberontakan terhadap Allah. Kalaupun dosamu remeh seperti berbohong pada orang tua, tetap saja itu dosa dan Yesus harus membayarnya dengan nyawa-Nya di salib. Kalau kamu membunuh orang lain, Yesus mati untuk dosa itu juga! Nothing is too small or too big for our God, and He is so ready to forgive you, and so soo soooo ready to lead you in a new path where there are abundance blessings for you! 

Back to Batsyeba. Dia seorang wanita yang berhubungan seks dengan orang yang bukan suaminya. Dia bahkan menikah dengan pembunuh suaminya. Sekarang lihat ke dalam diri kita sendiri: Kita sama seperti Batsyeba! Kita “berhubungan seks” dengan pria lain ketika kita memandang mereka dengan hawa nafsu. Kita membiarkan pria lain “membunuh” suami kita ketika kita membanding-bandingkan dia dengan mereka. Oh dear Lord, forgive us our sins! Tapi jangan berhenti di situ. Lihat Batsyeba: kehidupannya dengan raja Daud diberkati Tuhan; bahkan dia melahirkan seorang raja yang besar. Kok bisa? Semua itu karena mereka bertobat dan ikut pimpinan Tuhan setelah mereka bertobat. Dan bukan hanya itu! Dari keturunan Daud dan Batsyeba, lahir seorang Raja Sejati, Raja segala raja: Yesus Kristus! Lihatlah betapa besarnya pengharapan dan pengampunan yang Tuhan berikan, sehingga semua orang berdosa bisa membuka lembaran baru dalam hidup mereka bersama Dia!

Siapa yang sudah baca Amsal 31? Kalo belom, baca deh. Kalo baca ini, gileeee… Gw langsung ngerasa gimana gitu. I want to be a woman like that. Gw selalu pikir ini tulisan yg ditulis oleh raja Salomo. Haha... *gak membaca ayat 1 dengan benar* Baru-baru ini gw baca ayat 1 dengan benar, and gw betul-betul shock: 

"Inilah perkataan Lemuel, raja Masa, yang diajarkan ibunya kepadanya."
(Amsal 31:1)

Ajaran ibu Raja Lemuel! Doennggg… So this passage is truly “dari wanita untuk wanita”!!! HUEBAT! Gw sempet nyari-nyari, siapa sih Raja Lemuel. Nobody knows for sure, tapi ada beberapa ahli Alkitab yg bilang kalo Lemuel adalah nama lain Raja Salomo. Well, we don’t know if it’s true. Tapi bayangkan kalo ini betul, berarti Amsal 31 itu adalah ajaran dari Batsyeba untuk Salomo!!! HAH?!?!?! Hebat kan? Dari wanita yg tidur dengan pria yg bukan suaminya (selingkuhan yang bahkan akhirnya membunuh suaminya) menjadi wanita yg begitu hebatnya! Bangun pagi-pagi buta, sibuk sampe tengah malam, tapi masih bisa mempercantik diri untuk suaminya. WOW! Gw aja kalo cuman sibuk dikit udah lupa dah, buat dandan cakep-cakep untuk suami… -.-' Dan kalo emang bagian ini adalah bagian yg diajarkan oleh Batsyeba untuk Salomo, do you know what I see? I see a life changed by God! I see a heart shaped by the Lord. Batsyeba gak mungkin bisa berubah seperti itu kalo gak ada campur tangan Tuhan.

So, ladies, you know who you are. Kalau kamu single dan berpikir, “Mungkinkah Tuhan mengampuni semua yang pernah saya lakukan? Mungkinkah saya punya keluarga yang memuliakan Tuhan?” Jawabannya: Tentu saja! Kalau kamu sudah menikah dan pernah berdosa terhadap Tuhan dan suamimu, dan kamu berpikir, mungkinkah semuanya bisa pulih kembali, jawabannya: Ya! Tapi kamu harus bersedia berjalan bersama Tuhan, menuruti pimpinan Tuhan dan memberikan kendali penuh atas hidupmu, pikiranmu, perbuatanmu, dan perkataanmu kepada Dia.

Baca lagi Matius 1:6, “Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria.” Dalam 2 Samuel 12 sudah jelas sekali bahwa Batsyeba sudah menjadi isteri sah Daud, tetapi kenapa di ayat ini masih disebut “isteri Uria”? Well, bahasa Inggrisnya mungkin lebih jelas: 

"King David the father of Solomon, whose mother had been the wife of Uriah."
(Matthew 1:6)

“Who had been the wife of Uriah.” Batsyeba dulunya istri Uria sebelum jadi istri Daud. Tapi, then, kita jadi bertanya-tanya, kenapa nama Uria harus disebut? Menurut gw, Tuhan mau tunjukin bahwa Yesus, Raja kita yang sempurna itu punya nenek moyang yang adalah manusia biasa, berbuat dosa, banyak kesalahan; dan Dia lahir untuk orang-orang seperti mereka, seperti kita, so that we all can have a new start, a new life in Him! And that, my friend, is grace! 

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(Yohanes 3:16)