Showing posts with label Theology. Show all posts
Showing posts with label Theology. Show all posts

Saturday, March 10, 2018

Pelecehan Seksual dalam Alkitab




Oleh Mekar Andaryani Pradipta

Baru-baru ini, lebih dari 300 aktris, penulis skenario dan sutradara di Hollywood ikut serta dalam gerakan Time’s Up. Kampanye ini adalah usaha untuk memerangi pelecehan seksual yang kerap terjadi di dunia kerja, terutama di dunia hiburan. Kemunculan Time’s Up dipicu oleh dari beberapa aktris mengenai pelecehan seksual yang dilakukan oleh produser film Harvey Weinstein.

Pelecehan seksual memang bukan topik yang kerap dibahas secara terbuka. Para korban Harvey Weinstein pun butuh waktu bertahun-tahun sampai mereka punya keberanian untuk bicara. Pada akhir 2017 yang lalu, hashtag #MeToo muncul di Twitter untuk mendorong korban pelecehan seksual membagikan apa yang mereka alami. Tidak hanya itu, majalah Time edisi Desember 2017 memuat profil tokoh-tokoh yang berbicara melawan pelecehan seksual, menjuluki mereka sebagai “the Silence Breakers” dan mengangkatnya sebagai Person of the Year 2017.

Kondisi dan gerakan sosial seperti ini seharusnya juga masuk dalam radar gereja, jika memang gereja ingin menjadi jawaban yang dibutuhkan dunia. Di Indonesia sendiri misalnya, survey yang dilakukan oleh Komnas Perempuan menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Pada tahun 2014, tercatat 4.475 kasus, di tahun 2015 tercatat 6.499 kasus dan tahun 2016 telah terjadi 5.785 kasus. Tentu saja jumlah ini hanyalah puncak dari gunung es, karena tidak semua kasus pelecehan seksual dilaporkan ataupun diketahui.

Kondisi ini mungkin membuat kita bertanya, dimana peran gereja? seberapa sering topik ini dibahas di dalam gereja? Seberapa kuat gereja memperlengkapi diri untuk menjadi pelayan para korban pelecehan seksual? Tentu hal ini menjadi bahan renungan yang relevan saat ini.

***

Jika kita amati, Alkitab setidaknya pernah menceritakan tiga peristiwa pelecehan seksual, semuanya adalah pemerkosaan. Kita mungkin pernah membaca tiga peristiwa ini: pemerkosaan Dina anak perempuan Yakub (Kejadian 34:1-31); pemerkosaan Tamar oleh Abnon (II Sam 13:1-39); dan pemerkosaan gundik seorang Lewi oleh penduduk kota (Hakim-Hakim 40:1-30). Kejadian yang disebut terakhir bahkan membuat korbannya meninggal. Seram? Banget. 

Tapi sebelum kita membahas tiga peristiwa itu, ada baiknya kita bahas dulu mengenai seks dan pelecehan seksual dalam perspektif Alkitab. 

Allah menciptakan seks sebagai suatu hal yang baik, untuk tujuan yang baik. Untuk itu, Allah memberikan rambu-rambu yang jelas, yaitu pernikahan. Tidak berhenti sampai disitu, Allah juga mengatur kehidupan seks di dalam pernikahan. Dalam  Efesus 5:25 dan 28, Ia menginginkan agar para suami mengasihi istrinya dan tidak berlaku kasar, tentu saja termasuk dalam hal melakukan hubungan seks. Sementara, bagi para istri, Allah menginginkan hubungan seks dilakukan dalam penundukan diri dan penghormatan kepada suami (Efesus 5:22). Selain itu, prinsip lain yang Tuhan perintahkan adalah agar seks di dalam pernikahan dilakukan atas dasar kerelaan, karena tubuh para istri bukan lagi miliknya sendiri, melainkan milik suaminya, dan demikian pula sebaliknya.

Unsur kerelaan inilah yang menjadi faktor penting untuk mengidentifikasi pelecehan seksual. Kegiatan bersifat seksual, yang dilakukan tanpa persetujuan adalah sebuah bentuk pelecehan. 

Nah, kembali kepada tiga cerita pelecehan seksual di Alkitab, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:

1. Setiap kasus pelecehan seksual berbeda.
Pelecehan seksual tidak bisa disamaratakan. Masing-masing memiliki sebab dan kondisi yang berbeda. Akibat yang ditimbulkan kepada korban maupun reaksi pelaku juga berbeda. Dalam kasus Dina, misalnya, Sikhem sebagai pemerkosa justru menenangkan Dina dan bersedia mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sementara, Amnon benci kepada Tamar setelah melakukan pemerkosaan kepada Tamar. 

Prinsip ini menolong kita memiliki pendekatan personal saat dihadapkan dengan orang-orang yang terlibat dalam pelecehan seksual, baik itu korban, pelaku, atau orang-orang yang dekat dengan mereka. Jalan keluar yang nampak lumrah, seperti menikahkan pelaku dan korban pemerkosaan, tidak bisa semudah itu diterapkan. Tidak semua korban seperti Tamar yang bersedia, bahkan meminta, untuk dinikahi oleh pemerkosanya. Tidak semua pemerkosa seperti Sikhem yang mau bertanggung jawab menikahi korbannya.

2. Hindari menyalahkan korban.
Korban pelecehan seksual sering kali tidak mengungkapkan apa yang dia alami, karena takut menjadi pihak yang disalahkan. Misalnya saja, pelecehan dianggap terjadi karena korban dianggap memakai baju yang terlalu minim. Atau, dalam kasus Dina, Dina bisa disalahkan karena keluyuran atau bergaul terlalu bebas. Dalam beberapa kasus, korban memang membuka celah, namun bagaimanapun, tindakan menyalahkan tidak akan  membantu korban.

Selain itu, tindakan menyalahkan ini akan semakin menyakiti korban, jika ia menjadi korban pelecehan seksual karena perbuatan orang lain. Misalnya seperti kasus gundik orang Lewi. Ia mengalami pelecehan seksual karena diserahkan oleh suaminya kepada orang-orang kota. Kita pasti pernah membaca tentang perempuan yang dijebak menjadi pekerja seks, atau dengan kata lain diperdagangkan untuk keuntungan orang lain. 

3. Korban perlu didorong berani berbicara.
Salah satu prinsip pemulihan yang penting adalah keterbukaan. Jika kebetulan kita seorang awam, namun menemui korban pelecehan seksual, maka hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mendorong dia untuk terbuka pada orang lain yang bisa membantunya. Pelecehan seksual tentu saja merupakan hal yang serius karena memiliki daya rusak luar biasa, khususnya secara emosional. Beberapa kasus membutuhkan terapi atau konseling khusus, baik secara gerejawi maupun medis. Beberapa kasus juga perlu tindak lanjut secara hukum, seperti membuat laporan ke kepolisian atau mengajukan tuntutan ke pengadilan.

4. Fokus pada pemulihan, bukan balas dendam.
Pemerkosaan Dina dan Tamar berujung sama, yaitu balas dendam. Kakak-kakak Dina membunuh Sikhem dan semua laki-laki di tempat dia tinggal. Balas dendam membuat anak-anak Yakub jatuh dalam dosa pembunuhan. Yakub sendiri mengatakan bahwa perbuatan balas dendam itu telah mencelakakannya dan membusukkan namanya. Padahal sebenarnya, ayah Sikhem telah melamar Dina sebagai bentuk tanggung jawabnya. 

Pemulihan memang  tidak mudah, dan balas dendam tidak punya kontribusi apapun pada pemulihan di dalam Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa balas dendam adalah hak-Nya (Roma 12:19). Hukuman kepada pelaku seharusnya dilakukan dalam koridor hukum, oleh otoritas yang berwenang.



Keempat prinsip tadi setidaknya bisa menjadi pegangan dasar kita memahami perspektif Firman Tuhan tentang pelecehan seksual. Pearl mendorong teman-teman untuk membaca sendiri tiga kisah pelecehan seksual di Alkitab tadi. Kalau ada prinsip lain yang teman-teman dapatkan, please share ya di kolom komen, supaya teman-teman yang lain juga semakin diperlengkapi

Nah, kembali ke pertanyaan di awal artikel ini: dimana peran gereja? seberapa sering topik ini dibahas di dalam gereja? Seberapa kuat gereja memperlengkapi diri untuk menjadi pelayan para korban pelecehan seksual? Butuh pendalaman untuk menjawabnya, karena jika gereja ingin menjadi jawaban bagi pemulihan korban-korban pelecehan seksual, maka gereja tidak bisa lagi mengambil jarak. Semua bermula dari masing-masing orang percaya, untuk mulai belajar dan memperlengkapi diri. 

Lalu, pesan apa yang akan gereja bawa saat bicara tentang pelecehan seksual? Jawabannya jelas: pemulihan tersedia di dalam Kristus Yesus, baik bagi korban dan pelaku.  

“Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu.” (Yoel 2:25)

Ayat ini biasanya dipakai dalam konteks keuangan, tapi Firman Tuhan jelas: Yesus sanggup mengubah kondisi yang buruk menjadi baik. Dia sanggup menyembuhkan luka hati arena pelecehan. Dia sanggup membuang perasaan bersalah dan tidak berharga, menggantikannya dengan perasaan dicintai yang melimpah. Dia sanggup memampukan korban pelecehan mengampuni pelaku dengan kasih dari Allah. Dari perspektif pelaku, pelaku memiliki jaminan pengampunan dosa di dalam Yesus, karena bagaimanapun dosanya telah ditanggung di kayu salib. Yesus juga sanggup mencabut akar dosa yang membuat dia melakukan kejahatan, termasuk tidak memiliki pandangan yang benar terhadap lawan jenis

Beberapa orang memang butuh waktu untuk memberikan respon benar dan mengalami kesembuhan, tapi pesannya jelas: di dalam Yesus, selalu ada harapan*. 

Sudah saatnya gereja membuka mata.

God bless. 




* Pembahasan mengenai pemulihan ini akan dibahas dalam wawancara dengan Psikolog Kristen di artikel selanjutnya.

Wednesday, July 26, 2017

Doa Bapa Kami {A Whole New Level}


by Sarah Eliana

Umat Kristen mana yg gak tau Doa Bapa Kami? Pasti tau donkkk... Gw dari sejak kelas 1 SD udah hafal ama Doa Bapa Kami. Doa ini juga sering kita ucapin... kadang2 malah ada orang baca doa ini udah kayak baca jampi2... sebelum belajar, biar bisa konsentrasi.... sebelum nyetir, biar selamat .. dll dll. Sering diucapkan, tapi jarang kita betul2 mau memahami arti doa ini. I am sure Tuhan Yesus ajarin doa ini karena Dia mau kita memahami what it means to be His follower... what it means to be God's disciples. 

Kemaren, waktu baca Matthew 6... (ayat 9 - 13 adalah Doa Bapa Kami), Tuhan ingetin gw that doa ini bukan sekedar ucapan2 indah semata... bukan hafalan apalagi jampi-jampi. God was asking me, "Where are you in this prayer?" *JEDENNGGGG*

*berdoa ... berpikir ... berdoa ... merenung* 

Such a deep question! Indeed... where am I in this prayer? Sering sekali waktu gw mengucapkan Doa Bapa Kami, gw gak berpikir relevancy-nya to me... to my life. Tapi, jadi berpikir... seharusnya I put myself in that prayer, like this:
Bapa kami yang di Surga,
Dikuduskanlah NamaMu (in and through my life)
Kita berpikir yach nama Tuhan emang kudus, so.. biarlah NamaMu selalu dikuduskan. Tapi, God is asking us personally "What about you? Have you glorified My Name??"

Waktu kamu ngucapin Doa Bapa Kami sebelum belajar, do you know what it means? It means that in and through your life... in and through your studies, you MUST glorify His Name! Dengan gak nyontek, gak malas - malasan, by being responsible with your time (bukan belajar 15 menit, facebook 30 menit, twitter 30 menit). 

When you work, you must be a responsible worker with your time and your tasks. Bukannya sambil kerja sambil FBan, sambil baca koran online atau blog orang, juga bukan sambil ngobrol ama teman kerja. Eventhough all your colleagues do the same, it doesn't mean you can do the same. God is asking you.. are you glorifying MY NAME in your work place? When people see your work ethics, can they see ME in you? 

Waktu ngerjain tugas RT, are we complaining? Are we wise with the time He's given us? atau sambil jaga anak sambil megang BB? atau jangan-jangan, pembantu/babysitter yg ngasuh anak, kita ongkang ongkang kaki BB-an? Is HIS NAME glorified in, around, and through our lives? 
Datanglah KerajaanMu (within me)
Lukas 17 : 21 says 
"The Kingdom of God is within you".

Yes, generally "datanglah KerajaanMu" means may God's Kingdom come and reign on earth. May all the peoples of the world see and know and proclaim that Jesus is God... tapi I think there is a deeper meaning to that. How do the peoples of the world see and know and proclaim Jesus as God? It happens when the followers of Christ proclaim Jesus and His Kingdom in their lives! May His Kingdom reign in our hearts! But HOW? 

By learning at the feet of Jesus! Di Markus 12 : 30, Tuhan Yesus bilang 
"Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind and with all your strength"

Tuhan mau kita menjadi radikal for Him. Untuk gak main2 dengan Firman Tuhan... gak melencengkan Firman Tuhan. Gimana Kerajaan Tuhan mau stay in our hearts and lives kalo kita sendiri gak berani serius and radikal dengan FirmanNya? 

Di ayat berikutnya, Tuhan Yesus bilang 
"Love your neigbour as yourself"

Kalo terjemahan Bahasa Indonesianya "Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri". Kita HARUS mengasihi sesama kita manusia dengan kasih Kristus. Firman Tuhan gak bilang "kasihi sesama orang Kristen" or "sesama orang Indonesia"... tapi sesamamu manusia. Manusia: besar, kecil, tua, muda, hitam, putih, kuning, merah, Kristen, non-Kristen, orang baik, orang jahat, teroris... LOVE THEM ALL. Gak berarti kalo cinta itu berarti dinikahi yach (hehehe), it means we look at them through God's eyes. We don't seek revenge waktu ada yg berbuat jahat ama kita, instead we forgive them... we pray for them. Ada yg pernah bilang (lupa siapa): the best revenge is kindness. Through kindness, people see God... through kindness they feel love. Through kindness, they see the Kingdom of God that reigns in our hearts and lives. 
Jadilah kehendakMu, di atas bumi seperti di Surga (dalam hidupku)
Banyak orang berpikir Tuhan itu kayak vending machine. Kita masukin koin, keluar deh barang yg kita mau. Kita berdoa, terjadi deh apa yg kita mau. No... a Christian's life is deeper than that. Being a Christian means we surrender our lives to the Creator of life. "Di atas bumi seperti di Surga". Dulu gw pikir maksud doa itu adalah supaya kehidupan di atas bumi indah seperti di Surga. Tapi... setelah dipikir2 lagi, that's really not what it means. Lihat ayat sebelumnya "Jadilah kehendakMu". Di Surga, Christ is the King. Dia berbicara, all the angels do whatever He wants. Bahkan di Surga tuh ada angel dengan 6 sayap: 2 sayap cover their faces, 2 sayap cover their feet, and 2 sayap utk terbang. And these angels.. what do they do? They shout "Holy... holy... holy is the Lord Almighty, the whole earth is full of His glory"!!! 

Tuhan mau hidup di bumi ini seperti di Surga, di mana kita live with reverence to Him, di mana kita memuliakan Dia melalui hidup kita, and shout "Holy... holy... holy is the Lord Almighty, the whole earth is full of His glory". 

Satu hal yg selalu bikin gw penasaran adalah waktu Tuhan Yesus di salib. Gw bayangin si angel bernama Michael. Kalo kita baca di Wahyu 12:7-9 di situ diceritakan si Michael dan pasukannya berperang melawan the old dragon (iblis). Kalo disimak baik2, si Michael ini adalah panglima perang bala tentara Surga. WUIH! Keren! Gw sih langsung ngebayangin dia pasti pemberani (lah iyalah), zealous for God, punya pedang yg menyala2 kayak api. Tapi... kebayang gak, when the Lord whom he serves di paku di atas kayu salib yang hina? The Lord whom he adores and praises and worships... diludahin manusia ciptaanNya sendiri? The Lord yg udah Michael lihat in His glory and majesty sitting on His throne... dicambuk dan dimahkotai mahkota duri oleh manusia that He shaped with His own hands? Kebayang gak perasaan si Michael? Pasti dia gemes... pasti dia marah... pasti dia udah siap2 dengan pedangnya yg dengan sekali sabetan pasti mati semua tuh yg di golgota saat itu. Tapi... Tuhan Yesus malah bilang "No, Michael, don't!". Michael si panglima perang yg diciptakan to fight for the Lord and His people, sekarang malah disuruh diam melihat Tuhan dan Rajanya dihina, dicambuk, diludahi, dan disalibkan! For Michael to stand still when there is a battle to be fought itu tuh goes beyond his nature. It's not his nature utk diam aja waktu ada peperangan, but he OBEYED. Michael dan pasukan bala tentara surga OBEYED the LORD JESUS when He told them to be still.. utk diam gak melakukan apa pun supaya He could die on the cross for the same people who crucified Him! 

I think, my friends, this is what it means "Terjadilah kehendakmu, di bumi seperti di surga". May we obey God with the same obedience that the angels show. To be RADICAL for Him! To go where He wants us to go. To stay when He wants us to stay. To NEVER compromise His Words and His commands. To love when we just simply can't love anymore. To forgive even when it hurts. To OBEY! 
Berilah kami rejeki pada hari ini (so I may share it with those in need)
Kalo dalam bahasa inggrisnya, it says "Give us today our daily bread". Gw dulu selalu berpikir koq bagian ini sounds selfish yach, tapi kemaren Tuhan bukakan sesuatu yang baru... orang2 lain juga berdoa yang sama, and what if God wants to use me to bring bread to others? Maybe inti dari bagian ini bukan "supaya aku punya cukup makan, sandang dan pangan", tapi "supaya aku bisa berbagi kasih dan berkat Tuhan dengan orang lain". Kita, pengikut Kristus, seharusnya menjadi channel kasih, berkat dan karunia Tuhan... dan kita bisa menjadi channel itu dengan berbagi apa yang Tuhan sudah berikan kepada kita. We can support His church, His missionaries. We can support orphans. Kita bisa pergi ke tempat2 kumuh and share food. or we can simply offer hospitality. Waktu gw and Baby Pooh di Singapore, Tepen and Grace took us in, and let us stay at their place. Bawa kami jalan2, makan, dll. They shared God's blessings for them with us, and I am forever grateful. So, indeed... berilah kami rejeki pada hari ini, supaya kami bisa membagikan rejeki itu kepada orang lain juga. Ah... may we have the desire to be God's miracle. Instead of berdoa minta miracles terus2an, why don't we let Him use us utk menjadi miracles for other people? *ya gak... ya gak*

Di Yohanes 6 : 35, Jesus says
"I am the bread of life. 
He who comes to me will never go hungry, 
and he who believes in me will never be thirsty" 

I think, selain 'physical' rejeki/bread, this part of Doa Bapa Kami juga remind us that Jesus is the bread of life, and everyday we must spend time with Him... to commune with Him. When we spend time with Him, we will be satisfied... we will be full with His love... dan we can share it with others who need Him. Isn't that beautiful? 

Ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami 

Hihi kalo yg ini sih gak usah dijelasin lagi. We are to forgive those who have hurt us (dengan sengaja or not).

Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa dan kemuliaan sampai selama - lamanya (may YOUR KINGDOM, POWER, AND GLORY shine in, around, and through me that when people see me, they see You who live in me. May the see YOUR power and glory in and through my life).

Friday, April 17, 2015

Dalam Nama Tuhan Yesus... Amin



by Eunike Santosa



“Dalam nama Tuhan Yesus… Amin. “ Kalimat yang sudah tidak asing lagi bukan? Mulai dari anak kecil yang baru diajar berdoa oleh ibunya sampai pendeta terkenal biasanya mengakhiri doanya dengan kalimat ini. Bagi saya pribadi, terkadang kalimat ini sudah menjadi rutinitas dalam doa sehingga terkadang saya sudah tidak memikirkan maknanya lagi. Apalagi ketika mengikuti kebaktian doa dimana doa tersebut sudah sangat panjang, kalimat ini seperti menjadi nafas lega. Hehehe..

Back to topic, pernahkah kita merenungkan seberapa dalam arti kalimat yang sederhana ini?

Ketika saya mulai mengambil waktu sejenak dan berpikir serta merenungkan kalimat ini, saya menemukan lima hal dari arti kalimat “dalam nama Yesus”, yaitu:

Tuesday, June 24, 2014

Before Abraham was ...

by Sarah Eliana


"Keluaran 3:13-14. 
13. Lalu Musa berkata kepada Allah: "Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?" Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU. 
14. Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu. 
15.Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun."

Dulu, ada teman yang nanya 1 pertanyaan menarik, which is "kenapa Tuhan orang Kristen gak punya nama? Kenapa waktu ditanya oleh Musa, dia jawab namaNya Aku adalah Aku?". Interesting question, right? Nah, kebetulan gw udah pernah belajar soal ini, and gw punya catatannya. Gw lupa deh ini gw dengar dari kotbah atau baca dari buku, and gw catat point2nya, and I want to share this with you because this will totally blow your mind!