by Poppy Noviana
Pernahkah kamu mengalami mukjizat yang sebelumnya tidak terbayangkan? Sudah? Atau belum? Alkitab dipenuhi kisah-kisah tentang mukjizat. Kali ini kita akan membahas tentang Elisabet, seorang wanita yang menerima mukjizat dari Allah. Elisabet istri Zakharia, dikenal sebagai wanita mandul. Ia tidak memiliki keturunan sampai usia tuanya. Pada masa itu, kemandulan adalah aib bagi seorang wanita. Bayangkan bagaimana perasaan Elisabet. Pasti ada masa-masa dia merasa gagal sebagai wanita. Pasti ada masa-masa dia harus menghadapi penghakiman dari masyarakat. Yuk, kita belajar dari kehidupan Elisabet.
1. MUKJIZAT BERAWAL DARI KEMUSTAHILAN
Setiap mukjizat yang diceritakan di Alkitab, pasti berawal dari sebuah kemustahilan. Kemustahilan adalah ruang untuk Tuhan bekerja, if you let go and let God in yours. Mukjizat Elisabet dan Zakharia juga berawal dari kemustahilan, yaitu kemandulan.
Tapi sebenarnya, kemustahilan hanya ada dalam kamus manusia. Di kamus Tuhan, kemustahilan tidak pernah ada.
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.
(Lukas 1:37)
Tuhan mampu memutarbalikkan keadaan dengan cara apapun yang Ia berkenan. Pertanyaannya adakah Ia menemukan iman yang menggerakkan mukjizat? Atau pilih meragu saja, seperti kisah Zakharia, suami Elisabet, yang abai terhadap pribadi Allah yang Maha Kuasa dan memilih untuk meragukan-Nya? Begini respon Zakharia terhadap malaikat yang memberitahu janji mukjizat dari Allah,
Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya. Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.
(Lukas 1:18-20)
Namun, bahkan ketika Zakharia tidak sepenuhnya percaya, kehendak Tuhan untuk memberinya keturunan tidak kemudian batal, meski tetap ada harga yang harus dibayar Zakharia sampai mukjizat Tuhan menjadi nyata. Ia ‘dibisukan’ oleh Allah sampai anak mukjizatnya lahir dari rahim Elisabet.
Kemustahilan tidak menjadi penghalang bagi Tuhan melakukan perbuatan besar dalam hidup kita.
2. MUKJIZAT MEMBANGUN KEHIDUPAN
Tuhan membuat mukjizat sesuai hikmat-Nya. Dia tahu waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk memproses anaknya hingga menghasilkan buah. Mukjizat dilakukan untuk menggenapi tujuan Allah dalam hidup orang percaya, bukan sekedar membuat kita bahagia. Itulah kenapa, mukjizat bukan satu-satunya hal yang penting, juga bukan tujuan akhir.
Apakah dalam perjalanan menuju mukjizat karaktermu diubah? Apakah setelah menerima mukjizat, pengenalanmu akan Tuhan makin bertambah? Elisabet mengimani dengan pasti, bahwa kehamilannya adalah anugerah Tuhan, dan Ia berani menyaksikannya.
"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."
(Lukas 1:24)
Iman Elisabeth ini muncul pada kesempatan lain ketika Ia dikunjungi oleh Maria.
Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
(Lukas 1:39-44)
Lihat bagaimana sekarang Elisabeth bisa mempercayai Allah dengan lebih mudah. Hanya dengan lonjakan bayi yang ia rasakan di rahimnya karena salam Maria, ia percaya di rahim Maria adalah Tuhan-Nya.
Mujizat yang dilakukan Tuhan dalam hidup Elisabet memberinya pengertian baru tentang iman kepada Allah,
“Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
(Lukas 1:45)
3. MUKJIZAT BUKAN SEGALANYA
Mukjizat Elisabet dan Zakharia juga harus melalui proses yang tidak sebentar.
"Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.”
Pasangan ini berdoa sekian lama, sampai pada satu titik mereka tidak lagi terlalu berharap. Tapi apakah dengan berkurangnya keinginan mereka akan mukjizat, cinta mereka pada Allah ikut berkurang? Alkitab mencatat dengan jelas,
Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.
(Lukas 1:6-7)
Diberi mukjizat atau tidak, Elisabet dan suaminya tetap hidup benar. Mereka tetap melayani Tuhan. Mereka tidak menjauh dari Tuhan disaat mukjizat belum terlihat mata. Pasangan ini menyadari bahwa mengasihi Allah tidak terbatas pada melihat perbuatan tangan-Nya, tapi juga pengenalan akan pribadi Tuhan dan tetap setia melayani-Nya.
***
Jadi, jika orang-orang yang ada di sekitar kita sudah menerima mukjizat sedangkan kita belum, atau bahkan tidak sama sekali, jangan berkecil hati. Tuhan tetap baik dan rencana-Nya tetap sempurna. Dalam masa penantian seperti ini, penting untuk tetap punya sikap hati yang percaya dan berserah penuh, sebab disitulah terdapat kekuatan besar yang memampukan kita menghadapi situasi yang sama dengan cara pandang yang berbeda. Berdoalah untuk hikmat dari Tuhan agar kita dapat memahami situasi dengan baik, dan mengerti tujuan Tuhan sampai kita berhasil melaluinya. Jadilah seperti Elisabet, yang tetap setia mengasihi Allah, bahkan ketika mukjizat belum terjadi dalam hidupnya.