by Fransisca Kurniawan
Tahukah kamu?
Selain antioksidan, strawberry juga mengandung vitamin C yang tak kalah dengan jeruk, serta mengandung asam folat, serat, potassium dan asam ellagic. Delapan buah strawberry sehari mampu memenuhi kebutuhan serat harian plus vitamin C yang dibutuhkan orang dewasa tiap hari. Selain itu, buah strawberry mampu menghaluskan dan mengencangkan kulit, mencegah proses penuaan akibat
radikal bebas serta memperlambat aktivasi sel kanker.
Yoghurt mempunyai kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu karena sudah melalui proses fermentasi. Setiap 100 g yoghurt mengandung 52 kkal, protein 3,3 g, lemak 2,5 g, karbohidrat 4,0 g, kalsium 120 mg, fosfor 90 mg, zat besi 0,1 mg, retinol 22 mcg, dan thiamine 0,04 mg. Manfaat yoghurt adalah menyehatkan pencernaan, antibiotik, menurunkan kolesterol, mencegah osteoporosis, nutrisi untuk diet, bahkan dapat digunakan sebagai masker.
Buah naga mengandung vitamin C, serat, kalsium, zat besi dan fosforus yang berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang gula darah, mencegah kanker usus, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, meningkatkan daya kerja otak dan membantu kesehatan penglihatan.
Bahan:
15 buah strawberry segar ukuran sedang, buang daunnya, cuci
2 cup yoghurt strawberry ukuran 80 ml
½ buah naga merah, cuci, kupas dan potong-potong
1 sendok makan air jeruk lemon
Air dan es batu secukupnya
Cara membuat:
Campur semua bahan dan masukkan ke dalam blender. Haluskan. Sajikan dalam keadaan dingin agar lebih nikmat.
Tips:
Jika dirasa terlalu asam, boleh ditambahkan gula pasir atau susu kental manis sesuai selera. Jika ingin mendapatkan juice yang kental, takaran air harus lebih sedikit daripada es batu.
Friday, July 31, 2015
Wednesday, July 29, 2015
Let's Talk about... SEX!
by Marcella Flaorenzia
Yes... why not?!
Sex adalah salah
satu topik paling penting yang harus kita bahas, khususnya di kalangan
anak-anak muda. Banyak gereja yang "takut" mengangkat topik ini, karena
kesannya mungkin tabu and sebaiknya jangan dibahas di dalam gereja. But
bersyukur akhir-akhir ini banyak gereja yang mulai terbuka, dan banyak
juga penulis-penulis Kristen yang mulai membahas tentang sex di dalam
artikel-artikel mereka.
Generasi kita dan
generasi di bawah kita, mereka perlu tau kebenaran tentang sex. Jangan
biarkan mereka "tertipu" dengan semua film yang mereka tonton, buku yang
mereka baca, or pergaulan and budaya yang mengajarkan tentang sex
before marriage. They need to know about the TRUTH!
Jujur, I feel
really really sad melihat kondisi generasi kita saat ini. Pasangan muda
yang berpacaran, gampang sekali tergoda dan jatuh dalam hubungan sex
sebelum menikah. Sebaliknya, pasangan yang sudah menikah, mereka malah
kehilangan gairah untuk berhubungan sex dan mereka gak bisa menikmati
keindahan sex yang Tuhan berikan.
SEX is a gift from God that you can open on your wedding day!
Not on the day before!
Sebagai wanita
yang sudah menikah, I can say that sex is really really a beautiful gift
from God :) That's because we open it on our wedding day, as our
wedding present.. and we really enjoy it until now.. Bayangin kalau kita
udah buka duluan "hadiah" ini sebelum kita menikah, it won't be
precious and special anymore..
1Corinthians 7:14
says.. "The wife's body does not belong to her alone but also to her
husband." Di ayat ini dibilang the WIFE (wanita yang sudah menikah) dan
bukan wanita single. So selama kita masih single, kita masih punya hak
atas tubuh kita dan gak ada satu orang pun yang berhak untuk merebut
kekudusan tubuh kita.
Sewaktu aku masih
single, I had a commitment (selain untuk pacaran satu kali seumur hidup)
aku cuma mau menikahi pria yang bisa menjaga kekudusan dan menghargai
komitmen aku dengan Tuhan. Pria yang juga punya standard kekudusan hidup
yang sama. And thank God I've found that man, hehe.. Bahkan standard
kekudusan kita bisa dibilang bener-bener tinggi :p
By the grace of
God, kita berhasil jalanin hands-off relationship, no physical touch and
berhasil untuk wujudin "my first kiss is my wedding kiss" juga di depan
altar.. It's sooo beautiful!!! Gak bisa diungkapin pake kata-kata,
hehe.. Aku masih inget after the wedding, si DM langsung peluk and
rangkul aku terus, hihi.. And pas lagi foto post-wedding, dia juga
langsung kiss aku terus, wkwkwk.. I can see how proud and how happy he
is :) Pas di akhir acara wedding, aku juga sempet said thank you to him
(in front of public) karena dia udah bener-bener menjaga kekudusan aku
selama masa pacaran, karena dia udah berusaha untuk bener-bener gak
menyentuh aku sama sekali, haha.. and I really appreciate it :)
So buat para single
ladies, inget bahwa tubuhmu itu adalah Bait Allah.. it belongs to God
and to your husband (later!) Don't open it until your wedding day..
jangan pernah turunin standard.. and you'll see how beautiful it is.. :)
Buat yang udah
menikah, buat para istri.. remember that your body is no longer yours,
but it belongs to your husband. Build intimacy in your marriage life
(including sex). Serve your husband with all your heart and enjoy your
intimacy with him.. Buat yang udah lama gak pernah physical touch, ayo
mulai dibangun lagi.. Hug, kiss and cuddle your husband again.. :)
"It
is our prayer that you and your spouse would see sex as a gift from
God. A gift to be stewarded. A gift to be guarded. A gift to be enjoyed.
And a gift to be shared together for God's glory and your good."
- Mark Driscoll
Monday, July 27, 2015
Indah Pada Waktunya
by Felisia Devi
Tapi kesenangan gue ternyata cuma sesaat, tiba2 layarnya ndut2an dan semakin redup dup dan layarnya hitam!
Yuk biar kita terus belajar semakin menjadi pribadi yang punya hub sama Tuhan dan firmanNya, supaya kita mendapatkan pemahaman, pengertian tentang kapan waktu2 yang terbaik untuk melakukan segala sesuatu.
Jadilah orang yang sabar 'menunggu', taat, menantikan, berharap dan percaya pada Allah yang telah merancangkan segala sesuatu dengan baik dan tepat.
Belum lama ini, handphone (HP) gue rusak karena kerendem air di tas,
karena ada botol minum air yang ternyata tumpah di dalam tas. Ini memang
bukan pertama kali-nya HP gue kerendem air dengan cara begini. Tapi
berasanya, kali ini lebih parah, karena gue baru sadar hp gue kena air
setelah berjam-jam. Klo yang pertama ga sampe sejam sadar klo HP gue
kerendem air dan HP gue berhasil diselamatkan dengan cara direndem beras
beberapa hari. Jadi, gue berharap dengan cara yang sama untuk
menyelamatkan hp gue kali ini. Dengan semangat 45 dan penuh harapan gue
rendem beras supaya HP gue bisa diselamatkan! hahaha
Gue panas dingin menantikan kepastian HP gue bakal bisa diselamatkan pa ga.. Apalagi sebelum2ny banyak denger temen2 gue yang mengalami hal sama, dan berakhir di service center dengan harga servis yang fantastis, udah kaya beli HP baru.. Gue bener2 jadi galau mikirin tuh HP, berhasil gak ya kali ini? sayang bgt duit klo kudu service or beli HP lagi apalagi ditengah2 lagi butuh modal kawin,wkwkwkwk.. Klo sampe harus beli HP, Mau beli HP yang kaya gimana ya... berandai-andai, gue akan bakal lebih sayang sama tuh HP klo beneran selamat.. lebai ya, tapi itulah kenyataan yang gue alami...hahah
Akhirnya karena kegalau-an ini, baru sektr 26jam direndem beras gue coba nyalain & nyalaa!!!!
Horeeee gue seneng banget!!! Ahh, aman gue gak perlu ngeluarin duit, yeah!! I love you my HP !!!hahah
Gue panas dingin menantikan kepastian HP gue bakal bisa diselamatkan pa ga.. Apalagi sebelum2ny banyak denger temen2 gue yang mengalami hal sama, dan berakhir di service center dengan harga servis yang fantastis, udah kaya beli HP baru.. Gue bener2 jadi galau mikirin tuh HP, berhasil gak ya kali ini? sayang bgt duit klo kudu service or beli HP lagi apalagi ditengah2 lagi butuh modal kawin,wkwkwkwk.. Klo sampe harus beli HP, Mau beli HP yang kaya gimana ya... berandai-andai, gue akan bakal lebih sayang sama tuh HP klo beneran selamat.. lebai ya, tapi itulah kenyataan yang gue alami...hahah
Akhirnya karena kegalau-an ini, baru sektr 26jam direndem beras gue coba nyalain & nyalaa!!!!
Horeeee gue seneng banget!!! Ahh, aman gue gak perlu ngeluarin duit, yeah!! I love you my HP !!!hahah
Tapi kesenangan gue ternyata cuma sesaat, tiba2 layarnya ndut2an dan semakin redup dup dan layarnya hitam!
DUhhhh...Langsung panik, aduhh duhhhhhh duh duh kenapa nih & mati... YAhhhhhh, pupus sudah...
Tapi gue coba masukin beras lagi dengan berharap, tapi tetep gak berhasil & gue harus menyerah pada service center.
Ini gue bukan sekedar lagi cerita dramatsi kehilangan HP atau lagi mau kasih tips pertolongan atau solusi HP kerendem air ya ...hehehe.. Bukan..Gue mau bagiin pembelajaran dan pengertian yang menarik pas gue renungin hal ini.
Gue belajar mengenali KEKHAWATIRAN & KETIDAK SABARAN yang ada dalam diri gue. Dan tiba-tiba gue jadi ke inget ttg pelajaran indah pada waktunya.(Pengk 3:11)
Dulu gue sempet mikir, waktu-NYA ini waktu nya siapa ya? Waktu Tuhan or waktu apa, karena -nya- kecil. Apa yang nulis alkitab terjemahannya salah. Tapi ternyata memang bener -nya- kecil, karena berhubungan dengan waktu hal yang bersangkutan.
Indah pada waktunya, berarti ada waktu tertentu bakal 'indah' sesuai waktu nya. Seperti HP gue mestinya bakal 'indah' (bener) untuk cara itu berhasil misal 2-3 hari setelah direndem beras, tapi baru 1 hari gue dah nyalain, itu gak indah pada waktunya, makanya jadi konslet dan rusak HP gue.
'Indah pada waktunya' berarti diperlukan 'menunggu' untuk tidak melakukan apa2 atau tidak melakukan apa yang memang tidak boleh dilakukan.
Waktunya fokus sekolah, malah sibuk pacaran.
Waktunya belajar, malah maen.
Waktunya kuliah, malah madol.
Waktunya kerja, malah males-malesan.
Waktunya mengenali karakter satu sama lain, tapi sudah masuk ke hub lebih dalam.
Ini ketidak kudusan membangun hubungan yang banyak dilakukan anak muda zaman skrg. Hubungan sex dan satu paket lain nya yang menjurus kesana, harus hanya boleh dilakukan suami istri, tapi zaman skrg gak harus suami istri juga bisa melakukan.
Segala sesuatu ada waktunya! Karena itu kita perlu mengetahui dan menunggu. Dan bukan 'tanpa alasan' kita perlu menunggu. Karena kita sedang menantikan apa yang terbaik & indah pada waktunya.
Jadi, maksud dan arti "indah pada waktunya" :
Klo dilakukan/terjadi bukan pada waktunya, gak terjadi seindah yang semestinya. Jadi bukan yang penting terjadi, tapi kita harus mengerti apakah ini waktunya? Apakah ini waktu yang tepat untuk melakukan ini? Apakah ini waktu yang sesuai rencana Tuhan membuat indah?
Tuhan sudah merancangkan segala sesuatu teratur, bagian kita untuk mengetahui dan SABAR menunggu. Tidak mengambil inisiatif sendiri, apalagi tau klo memang seharusnya belum waktunya.
Jika kita melakukan yang belum waktunya di lakukan, berarti kita 'mencuri waktu'. Mengambil dan merasakan sebelum waktu yang Tuhan tetapkan. Tau sendiri mencuri ini ajaran siapa? (Yoh 10:10)
Ibaratnya, kita makan masakan yang belum mateng. Bisa aja sih dimakan, tapi rasanya apa enak?
Yang penting bukan bisa dimakan, tapi memakannya jika makanan itu sudah layak dimakan untuk kebaikan tubuh & kondisi kita juga butuh makan itu.
Ibarat makan buah yang belum mateng. Bisa sih bisa dimakan, tapi apakah pas makan itu rasanya 'enak', 'ok', 'manis', 'pas'?
Lebih pas klo memang sudah waktunya mateng kan. Ini yang namanya indah pada waktunya. Indah ketika memang sudah waktunya perlu dilakukan.
Belum waktunya bangun hub, tapi pacaran akhirnya sakit hati.
Waktunya diam, tapi malah bicara yang ada konflik.
Belum waktunya lahir, 'pre matur'
Klo hub pria & wanita sudah asal maen ke fisik, ibaratnya penyatuan secara roh&jiwa belum ok, tapi udah maen ke tubuh. Jadi gak heran pada gak merasakan indah-nya sebagaimana mestinya, karena mereka melakukan bukan pada 'waktu-nya'
Tapi gue coba masukin beras lagi dengan berharap, tapi tetep gak berhasil & gue harus menyerah pada service center.
Ini gue bukan sekedar lagi cerita dramatsi kehilangan HP atau lagi mau kasih tips pertolongan atau solusi HP kerendem air ya ...hehehe.. Bukan..Gue mau bagiin pembelajaran dan pengertian yang menarik pas gue renungin hal ini.
Gue belajar mengenali KEKHAWATIRAN & KETIDAK SABARAN yang ada dalam diri gue. Dan tiba-tiba gue jadi ke inget ttg pelajaran indah pada waktunya.(Pengk 3:11)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan
kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Dulu gue sempet mikir, waktu-NYA ini waktu nya siapa ya? Waktu Tuhan or waktu apa, karena -nya- kecil. Apa yang nulis alkitab terjemahannya salah. Tapi ternyata memang bener -nya- kecil, karena berhubungan dengan waktu hal yang bersangkutan.
Indah pada waktunya, berarti ada waktu tertentu bakal 'indah' sesuai waktu nya. Seperti HP gue mestinya bakal 'indah' (bener) untuk cara itu berhasil misal 2-3 hari setelah direndem beras, tapi baru 1 hari gue dah nyalain, itu gak indah pada waktunya, makanya jadi konslet dan rusak HP gue.
'Indah pada waktunya' berarti diperlukan 'menunggu' untuk tidak melakukan apa2 atau tidak melakukan apa yang memang tidak boleh dilakukan.
Waktunya fokus sekolah, malah sibuk pacaran.
Waktunya belajar, malah maen.
Waktunya kuliah, malah madol.
Waktunya kerja, malah males-malesan.
Waktunya mengenali karakter satu sama lain, tapi sudah masuk ke hub lebih dalam.
Ini ketidak kudusan membangun hubungan yang banyak dilakukan anak muda zaman skrg. Hubungan sex dan satu paket lain nya yang menjurus kesana, harus hanya boleh dilakukan suami istri, tapi zaman skrg gak harus suami istri juga bisa melakukan.
Segala sesuatu ada waktunya! Karena itu kita perlu mengetahui dan menunggu. Dan bukan 'tanpa alasan' kita perlu menunggu. Karena kita sedang menantikan apa yang terbaik & indah pada waktunya.
Jadi, maksud dan arti "indah pada waktunya" :
Klo dilakukan/terjadi bukan pada waktunya, gak terjadi seindah yang semestinya. Jadi bukan yang penting terjadi, tapi kita harus mengerti apakah ini waktunya? Apakah ini waktu yang tepat untuk melakukan ini? Apakah ini waktu yang sesuai rencana Tuhan membuat indah?
Tuhan sudah merancangkan segala sesuatu teratur, bagian kita untuk mengetahui dan SABAR menunggu. Tidak mengambil inisiatif sendiri, apalagi tau klo memang seharusnya belum waktunya.
Jika kita melakukan yang belum waktunya di lakukan, berarti kita 'mencuri waktu'. Mengambil dan merasakan sebelum waktu yang Tuhan tetapkan. Tau sendiri mencuri ini ajaran siapa? (Yoh 10:10)
Ibaratnya, kita makan masakan yang belum mateng. Bisa aja sih dimakan, tapi rasanya apa enak?
Yang penting bukan bisa dimakan, tapi memakannya jika makanan itu sudah layak dimakan untuk kebaikan tubuh & kondisi kita juga butuh makan itu.
Ibarat makan buah yang belum mateng. Bisa sih bisa dimakan, tapi apakah pas makan itu rasanya 'enak', 'ok', 'manis', 'pas'?
Lebih pas klo memang sudah waktunya mateng kan. Ini yang namanya indah pada waktunya. Indah ketika memang sudah waktunya perlu dilakukan.
Belum waktunya bangun hub, tapi pacaran akhirnya sakit hati.
Waktunya diam, tapi malah bicara yang ada konflik.
Belum waktunya lahir, 'pre matur'
Klo hub pria & wanita sudah asal maen ke fisik, ibaratnya penyatuan secara roh&jiwa belum ok, tapi udah maen ke tubuh. Jadi gak heran pada gak merasakan indah-nya sebagaimana mestinya, karena mereka melakukan bukan pada 'waktu-nya'
Buat
para single, jangan kebanyakan galau, khawatir atau meratapi status
single mu. Tapi pakailah masa single mu sebaik2ny utk memuliakan Tuhan
dan sepuas2nya bersama Tuhan. Jangan karena kegalauan mu, terlalu
khawatir kamu jadi mengambil keputusan yg bertentangan dgn kebenaran,
misal : pacaran tidak seiman.
Ingat, Tuhan merancangkan segala sesuatu indah pada waktunya, just trust HIM!
Buat
kalian yang sedang membangun hubungan, jagalah kekudusan dgn tidak
melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, untuk kamu dapat menikmati
keindahan setiap 'fase'.. yang semuanya untuk kemuliaan namaNya... dan
kamu dapat menikmati menikmati buah dari ketaatan mu.
Yuk biar kita terus belajar semakin menjadi pribadi yang punya hub sama Tuhan dan firmanNya, supaya kita mendapatkan pemahaman, pengertian tentang kapan waktu2 yang terbaik untuk melakukan segala sesuatu.
Jadilah orang yang sabar 'menunggu', taat, menantikan, berharap dan percaya pada Allah yang telah merancangkan segala sesuatu dengan baik dan tepat.
Thursday, July 23, 2015
Bahaya Pernikahan
by Alphaomega Pulcherima Rambang
Pernikahan benar-benar mengerikan,fiuh.Semua kebusukanku
keluar,dan aku sungguh menyadarinya.Dengan seseorang yang hidup
bersamaku,mau gak mau aku menjadi diriku sendiri.Tidak ada ruang untuk
kepura-puraan,gak pakai jaim,gak sempat mikir sebelum
berkata-kata,inilah diriku apa adanya...Sad but true,tapi beberapa bulan
bersama abangku,aku makin menyadari betapa parahnya
kekeraskepalaanku,kemalasanku,atau mulutku yang ternyata masih susah
dikendalikan.Haissss....
Abangku gak pernah mengatakannya sih,tapi aku sempat
bertanya-tanya dalam hati,abangku menyesal gak sih menikah
denganku,huhuhuhu...*sedih*.Secara,bidadari (oke,abaikan saja ini :p)
yang berjanji bersamanya di hadapan Tuhan pada saat pemberkatan nikah
berubah menjadi monster pemberontak yang malas bin berlidah
pedas.Hiks.Pernikahan mengubahku.Oke,kurang tepat.Pernikahan
mengeluarkan sisi terburukku dengan jelas.Tanpa sungkan-sungkan
terkadang aku menentang abangku,aku menunda-nunda melakukan sesuatu dan
aku berkomentar dengan sadis saat berbeda pendapat dengannya.Tuhan tahu
betapa aku berjuang untuk mengubah kelakuaanku,dan aku masih sering
gagal.
Dah sadar kalau salah?Minta maaf dong Meg?
Yup,aku dah minta maaf.Dan abangku berulang kali bermurah hati
memberikan maafnya.Tapi tetap aja aku berasa gagal menjadi istri yang
baik baginya.Boro-boro menjadi istri yang berkenan di hadapan
Tuhan,menyenangkan abangku pun aku sering gagal.
Baru-baru ini pun aku mencari alasan untuk tidak
mendengarkan perkataannya,aku berusaha membenarkan diriku,untuk menutupi
kemalasanku.Apakah abangku memarahiku?Tidak.
Tapi dengan jujur dia menegur kalau alasanku sebenarnya untuk menutupi kemalasanku,aku tertampar.Kemudian abangku tidak pernah berdebat masalah kemalasanku,yang dilakukannya kemudian 'menamparku' lebih keras,dia memberikan contoh melalui perbuatannya,bukan dengam kata-kata.Huhuhuhu,gimana aku gak menyesal.Tobat Meg...Tobat...Aku berusaha berubah.Susah sekali menjadi istri yang rajin.Jadi pengen melambaikan tangan kamera,apalagi kalau membandingkan diri dengan istri yang cakap di Amsal 31,aku juaaaauuuuhhhhhh...banget #sigh.
Tapi dengan jujur dia menegur kalau alasanku sebenarnya untuk menutupi kemalasanku,aku tertampar.Kemudian abangku tidak pernah berdebat masalah kemalasanku,yang dilakukannya kemudian 'menamparku' lebih keras,dia memberikan contoh melalui perbuatannya,bukan dengam kata-kata.Huhuhuhu,gimana aku gak menyesal.Tobat Meg...Tobat...Aku berusaha berubah.Susah sekali menjadi istri yang rajin.Jadi pengen melambaikan tangan kamera,apalagi kalau membandingkan diri dengan istri yang cakap di Amsal 31,aku juaaaauuuuhhhhhh...banget #sigh.
Lucunya,saat aku bertanya,setelah menikah,apa keburukanku yang nyata benar daripada sebelum menikah.Jawaban abangku adalah...
JRENG...JRENG...
Keras kepalaku makin parah katanya.Aku tidak mau kalah darinya.
WHATTT???
Dia gak komplain tentang kemalasanku,atau mulutku yang kadang pedes
(habis dicabein),ternyata eh ternyata kesulitanku menundukkan diri
padanya yang jadi perhatiannya.
Mudah untuk menuliskan tentang submit dan obey.Bahkan,saat
aku merasa sudah tunduk pun ternyata aku masih keras kepala.Jika di masa
pra nikah aku menyadari kekeraskepalaanku dan berjuang untuk
tunduk,menikah tidak secara otomatis membuat penundukan diri menjadi
lebih mudah.Aku masih perlu berlatih.Tahu kebenaran dan melakukan
kebenaran adalah 2 hal yang sangat berbeda.
Benarlah yang dituliskan Gary Thomas dalam bukunya Sacred Marriage:
Karena ada begitu banyak kejahatan di dalam diri kita-bukan hanya nafsu,tetapi juga keegoisan,amarah,hasrat untuk mengontrol orang lain,dan bahkan kebencian-kita harus masuk dalam hubungan yang intim dengan seseorang,sebagaimana yang ada dalam pernikahan.Melaluinya,berbagai sikap dan perilaku jahat kita akan disingkapkan,sehingga kita bisa melihat dengan jelas dan membereskan masalah-masalah dalam diri kita itu.
Karena ada begitu banyak kejahatan di dalam diri kita-bukan hanya nafsu,tetapi juga keegoisan,amarah,hasrat untuk mengontrol orang lain,dan bahkan kebencian-kita harus masuk dalam hubungan yang intim dengan seseorang,sebagaimana yang ada dalam pernikahan.Melaluinya,berbagai sikap dan perilaku jahat kita akan disingkapkan,sehingga kita bisa melihat dengan jelas dan membereskan masalah-masalah dalam diri kita itu.
Aku mengalaminya,masalah penundukan rupanya masih menjadi
pergumulan bagiku.Semakin jelas.Apakah aku akan memenangkan pergumulan
ini?I hope so.Betapa aku membutuhkan Tuhan mengubahku dalam sekejap
sehingga aku gak perlu menyakiti abangku dengan menentangnya.Tapi
sayangnya (atau syukurlah?;)),aku harus berproses. Belajar dan berlatih
dalam setiap kesempatan yang diberikan Tuhan dalam pernikahanku untuk
mengubahku.
Pernikahan sangat berbahaya.Pernikahan dapat mengubah kita menjadi lebih buruk.Atau lebih baik.Yang mana pilihanmu?
Monday, July 20, 2015
Aku pingin jadi Graphic Designer, tapi..... - Part 1
by Febe Soehardjo
Aku paling picky soal nyari kerjaan. Why? Karena tadi'nya aku ga mau involved sama non-believer. Duilehh sombong aje neh ya diriku! hahaha.. Ajaib'nya, aku ga nyadar loh, sampe Tuhan tegur -_- Emang bener perkataan firman yang dibilang balok di mata sendiri ga keliatan, tapi selumbar di mata oranng laen kita jelas buanget liatnya.. wkwkwkwk..
Oh well.. Tadi'nya aku berprinsip kalo aku ga mau ngerjain hal2 yang bertentangan dengan firman Tuhan. Misalnya, kerja di company yang jual majalah remaja.. majalah yang aku maksud di sini tuh majalah2 remaja yang ngebahas soal trend jaman sekarang, dll. Bukan karena aku anti ato benci design majalah (you know I love designing majalah Pearl! hehehe), tapi itu karena majalah2 itu hanya bertujuan untuk keuntungan pribadi dari company majalah itu sendiri. You know lah.. majalah remaja begitu, isi'nya selalu tentang baju yang trend sekarang, gimana buat cowok ato cewek nempel sama kalian, dll. Ga penting lah pokok'nya. Yang penting, audience suka beritanya, dan banyak profit masuk ke company. Dan yang terlebih.. majalah2 itu juga menampilkan model2 yang ga exist! Why? Karena model2 itu kebanyakan hasil Photoshop.
Ironis'nya, banyak cewek2 ato cowok2 remaja yang jatuh di situ. Mereka pingin jadi selangsing/secakep/sekeren model2 itu, padahal itu juga bukan asli orang'nya aka hasil edit-an. Long short story, aku ga mau kerja as a photo editor/retouching di company majalah, apparel, dll. Belom lagi kalo pas Halloween season, haduhh.. pasti Graphic Designer'nya yang kudu bikin iklan buat product2nya. Ga mau bangettt pokoknya! Intinya aku ga mau involved di something yang Tuhan ga berkenan. Ujung2nya, aku ga apply kerjaan apa2 karena alesan2 diatas.. aku lebih memilih freelance yang (menurut aku) bisa bebas milih kerjaan yang aku mau.
Waktu aku sharing ke temen aku yang udah pengalaman di dunia Graphic Design, dia cuma ketawa dan bilang "mana mungkin Feb? Kamu salah jurusan. Kalo kamu pilih jurusan Graphic Design, berarti kamu udah tau konsekuensi kamu. Kerjaan Graphic Designer, ga lepas dari iklan.. meskipun iklan jaman sekarang isi'nya aneh2, ya kamu jangan ikut2an. Kamu kudu kuat pegang Christian value kamu. Kerja ya kerja aja, don't take it personally." Dalam hati, aku mikir sih make sense yang diomong temen aku itu. Tapi setelah aku inget2 lagi, bukan aku yang pilih jurusan, but Him.
Aku pernah sekali mau "lari" dari jurusan ini karena ngerasa bukan my place.. tapi selalu batal.. wkwkwkwk.. Saat itu aku cuman doa aja biar Tuhan yang pilihin aku kerjaan karena emang jurusan ini pun Tuhan yang kasi. I believe that He will make a miracle. Nothing is impossible for Him kan? hehehe..
Tapiiiiii.. saat aku doa soal kerjaan, jawaban yang aku dapet malah teguran. huehehehe.. Tuhan ingetin aku supaya aku jangan sombong dengan cara membatasi kerja Tuhan. Kalo emang aku percaya Tuhan itu mau pake aku, kenapa aku membatasi Tuhan? Itu kan sama aja kayak aku minta diutus Tuhan untuk pelayanan, tapi aku milih tempat/bidang pelayanan/orang2 yang dilayani. Huffttt..
Setelah dapet teguran itu, aku ga lagi minta dengan kriteria tertentu. Aku doa minta yang terbaik aja.. kalo Tuhan kasi aku bekerja di suatu company, pasti ada alesannya.. pasti ada visiNya.. ga mungkin cuma asal aja kan.. hehehe.. Jadi akhirnya aku pasrah total. Terserah Tuhan maunya gimana.. kalopun aku harus kerja di tempat yang tadinya aku hindarin, aku mau terima.. karena aku percaya, Tuhan juga pasti kasi kemampuan. Bukan kompromi, tapi aku cuma mau yang Tuhan mau. Kalo emang aku ini lilin, ya berarti aku harus bersedia dibakar to be the one He wants me to be.
Tapi emang ketaatan itu ga mudah. Perlu diasah dari waktu ke waktu, kalo engga.. tumpul dah. Oh no! >_< Dan saat kita taat, mujizat pasti terjadi.. kita pasti melihat kedahsyatan Tuhan kita :)
Aku paling picky soal nyari kerjaan. Why? Karena tadi'nya aku ga mau involved sama non-believer. Duilehh sombong aje neh ya diriku! hahaha.. Ajaib'nya, aku ga nyadar loh, sampe Tuhan tegur -_- Emang bener perkataan firman yang dibilang balok di mata sendiri ga keliatan, tapi selumbar di mata oranng laen kita jelas buanget liatnya.. wkwkwkwk..
Oh well.. Tadi'nya aku berprinsip kalo aku ga mau ngerjain hal2 yang bertentangan dengan firman Tuhan. Misalnya, kerja di company yang jual majalah remaja.. majalah yang aku maksud di sini tuh majalah2 remaja yang ngebahas soal trend jaman sekarang, dll. Bukan karena aku anti ato benci design majalah (you know I love designing majalah Pearl! hehehe), tapi itu karena majalah2 itu hanya bertujuan untuk keuntungan pribadi dari company majalah itu sendiri. You know lah.. majalah remaja begitu, isi'nya selalu tentang baju yang trend sekarang, gimana buat cowok ato cewek nempel sama kalian, dll. Ga penting lah pokok'nya. Yang penting, audience suka beritanya, dan banyak profit masuk ke company. Dan yang terlebih.. majalah2 itu juga menampilkan model2 yang ga exist! Why? Karena model2 itu kebanyakan hasil Photoshop.
Ironis'nya, banyak cewek2 ato cowok2 remaja yang jatuh di situ. Mereka pingin jadi selangsing/secakep/sekeren model2 itu, padahal itu juga bukan asli orang'nya aka hasil edit-an. Long short story, aku ga mau kerja as a photo editor/retouching di company majalah, apparel, dll. Belom lagi kalo pas Halloween season, haduhh.. pasti Graphic Designer'nya yang kudu bikin iklan buat product2nya. Ga mau bangettt pokoknya! Intinya aku ga mau involved di something yang Tuhan ga berkenan. Ujung2nya, aku ga apply kerjaan apa2 karena alesan2 diatas.. aku lebih memilih freelance yang (menurut aku) bisa bebas milih kerjaan yang aku mau.
Waktu aku sharing ke temen aku yang udah pengalaman di dunia Graphic Design, dia cuma ketawa dan bilang "mana mungkin Feb? Kamu salah jurusan. Kalo kamu pilih jurusan Graphic Design, berarti kamu udah tau konsekuensi kamu. Kerjaan Graphic Designer, ga lepas dari iklan.. meskipun iklan jaman sekarang isi'nya aneh2, ya kamu jangan ikut2an. Kamu kudu kuat pegang Christian value kamu. Kerja ya kerja aja, don't take it personally." Dalam hati, aku mikir sih make sense yang diomong temen aku itu. Tapi setelah aku inget2 lagi, bukan aku yang pilih jurusan, but Him.
Aku pernah sekali mau "lari" dari jurusan ini karena ngerasa bukan my place.. tapi selalu batal.. wkwkwkwk.. Saat itu aku cuman doa aja biar Tuhan yang pilihin aku kerjaan karena emang jurusan ini pun Tuhan yang kasi. I believe that He will make a miracle. Nothing is impossible for Him kan? hehehe..
Tapiiiiii.. saat aku doa soal kerjaan, jawaban yang aku dapet malah teguran. huehehehe.. Tuhan ingetin aku supaya aku jangan sombong dengan cara membatasi kerja Tuhan. Kalo emang aku percaya Tuhan itu mau pake aku, kenapa aku membatasi Tuhan? Itu kan sama aja kayak aku minta diutus Tuhan untuk pelayanan, tapi aku milih tempat/bidang pelayanan/orang2 yang dilayani. Huffttt..
Setelah dapet teguran itu, aku ga lagi minta dengan kriteria tertentu. Aku doa minta yang terbaik aja.. kalo Tuhan kasi aku bekerja di suatu company, pasti ada alesannya.. pasti ada visiNya.. ga mungkin cuma asal aja kan.. hehehe.. Jadi akhirnya aku pasrah total. Terserah Tuhan maunya gimana.. kalopun aku harus kerja di tempat yang tadinya aku hindarin, aku mau terima.. karena aku percaya, Tuhan juga pasti kasi kemampuan. Bukan kompromi, tapi aku cuma mau yang Tuhan mau. Kalo emang aku ini lilin, ya berarti aku harus bersedia dibakar to be the one He wants me to be.
Tapi emang ketaatan itu ga mudah. Perlu diasah dari waktu ke waktu, kalo engga.. tumpul dah. Oh no! >_< Dan saat kita taat, mujizat pasti terjadi.. kita pasti melihat kedahsyatan Tuhan kita :)
However, as it is written:
"What no eye has seen, what no ear has heard, and what no human mind has conceived" —the things God has prepared for those who love Him—
"What no eye has seen, what no ear has heard, and what no human mind has conceived" —the things God has prepared for those who love Him—
- 1 Corinthians 2:9
To be continued... here
Friday, July 17, 2015
Money can Talk, so can We
by Grace Suryani
Kemaren ini, seorang sahabat saya cerita soal kelas bina pranikah yang diikuti. Dia bilang salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar di dalam hubungan suami istri itu soal keuangan. Gue setuju banget.
Kalo denger kalimat, suami istri ribut gara-gara uang itu kesannya kok ‘duniawi’ sekali, atau bayangan kita itu suami istri bangkrut, ga punya duit, selama ini ga nabung atau karena sesuatu dan lain hal, tabungan ludes, so jadi masalah deh. Seolah-olah masalah dengan uang itu pasti SELALU masalah besar. Ya dan tidak. Ya, ada pasangan suami istri yang karena mengalami krisis keuangan besar-besaran trus jadi berantem mulu. Tapi, ga selalu pasangan suami istri berantem karena uang itu artinya PASTI mereka lagi ngalamin krisis keuangan. Kalo menurut gue yang bikin masalah itu bukan uangnya, tapi cara pandang kita terhadap uang dan cara kita memakai uang yang berbeda dengan pasangan kita yang menyebabkan terjadinya masalah.
Yang menarik,dari hasil pengamatan gue terhadap pasangan suami istri di sekitar gue, dari tiap pasang suami istri, pasti ada salah satu yang kecenderungannya lebih ‘boros’ daripada yang laen. Jadi kalo misalnya di pasangan suami istri A dan B, suaminya A lebih boros. Tapi di pasangan suami istri C dan D, istrinya D yang lebih boros. Tapi jangan salah, definisi boros di sini tuh bukan selalu berarti menghambur-hamburkan uang, beli barang-barang mahal melulu. Ga selalu.
Contohnya deh, kalo kalian kenal suami gue, Tepen, pasti kata ‘boros’ itu ga termasuk untuk mendeskripsikan suami gue. :p Suami gue tuh penampilannya sederhana banget, kaos gratisan, tas juga gratisan. Pokoknya ga keliatan typical boros deh. Dulu sebelon married, gue pikir gue bakal lebih boros, eh ternyata oh ternyata, gue justru lebih pelit!
Kita itu sebenernya dah termasuk pasangan yang pandangan tentang keuangan tuh ga beda2 jauh. Biasa, typical Chinese family, menabung nomor 1. Tapi sekalipun kita banyak samanya, tetep ada bedanya. Salah satu ketika kita lakukan budgeting. Misalnya, XX SGD buat entertainment (makan di luar, nonton bioskop, dll). Kalo dah mendekati akhir bulan en cuman baru kepake kurang dari itu, pikiran gue langsung, “Ah, we can save more.” Sedangkan pikiran Tepen, “Ah, we can spend more. Ayok makan di luar.” :p Kalo buat beli barang juga gitu. Tepen ternyata suka yang mahal, gue selalu pilih bukan yang paling mahal. Prinsip ibu-ibu kalo bisa lebih murah 1 dollar,kenapa harus bayar 1 dollar extra?!?! Definisi Tepen soal Best Buy adalah membeli barang baru yang paling bagus dan paling mahal (teknologi terbaru dan tercanggih), sedangkan definisi gue ttg Best Buy adalah dapet barang yg gue mau dengan harga yang paling miring sekalipun harus nunggu lama (gue dulu biasa beli pakaian musim dingin DI AKHIR musim dingin :p soalnya itu harga paling miring. En gue rela nunggu setaon buat bisa pake lagi hehehe).
Awal-awal tuh bête banget. Kok kamu beda banget sih?!?! Tapi lama-lama, gue jadi sadar, BEDA ITU BAGUS! Kalo gue dapet suami yang sama-sama pelitnya sama gue, sengsaralah gue. Nimbun duit kagak pernah dipake. Kalo Tepen dapet istri yang sama-sama maunya yang paling mahal, bangkrut lah dia. :p Loe beli laptop paling mahal, gue beli sepatu paling mahal. Justru pola keuangan kita yang beda ini lah yang membuat bisa terjadinya keseimbangan. Ada saatnya memang harus menahan diri, ada saatnya emank harus keluarin duit.
Kata orang, money talks. Menurut gue, so can we. Uang bisa ‘ngomong’, kita juga bisa ngomong. Jadi jangan biarkan perbedaan cara mengelola keuangan jadi boomerang buat pernikahan. Justru itu bisa jadi salah satu kekuatan kita untuk membangun pernikahan yang lebih tahan uji. Beberapa hal yang gue pelajari selama bergumul soal perbedaan kita :
1. Always believe in ur spouse’s good intention
Biasanya yang paling bikin ribut bukan pandangan kita beda. Tapi karena kita GA PERCAYA kalo pasangan kita itu memikirkan ‘kesejahteraan’ keluarga kita. Sering kita pikir, yang paling bener itu cara gue. So ketika pasangan kita bilang, “We must spend this amount of money.”, kadang yang langsung muncul adalah, “LOE MAU KITA JADI MISKIN HAH?!!?” Atau mungkin ketika pasangan kita mengingatkan “Kayaknya bulan ini dah kebanyakkan belanja.”, yang ada di pikiran kita adalah, “LOE GA MAU GUE HAPPY YAH?!?! Masak gue kerja cape-cape beli ini aja ga boleh.”
Pikiran-pikiran negative itu muncul karena kita pikir pasangan kita itu tidak peduli dgn our family’s welfare. Padahal belon tentu!! Di dalam banyak ‘perdebatan’, akhirnya gue menemukan bahwa sekalipun solusi kita berdua tuh kadang2 bisa bertolak belakang tapi yang mendasari kita memikirkan solusi itu adalah karena kita memikirkan pasangan kita!!
Jadi pertama, ketika denger pandangan super aneh dari pasangan kita, CALM DOWN! Take time to pray and say to urself, “He loves me … he loves me … he loves our family.”
2. Listen first!
Kita baru bisa mendengarkan dengan efektif kalo kita sudah lakukan point no 1. Selama kita belon bener-bener yakin kalo pasangan kita itu mikirin kita, apapun yang dia ngomong pasti jadi angin lalu dah. Angin mamiri, masuk ke kanan keluar ke kiri.
Setelah kita believe in our spouses. Let them explain. “Kamu kok mikir kayak gitu, apa alasannya?” “Kenapa menurutmu kita harus beli sekarang?”, “Kenapa kau bilang JANGAN beli sekarang?”
Sambil mereka menjelaskan, try to be an active listener. Caranya adalah dengan memastikan persepsi yang kita tangkap itu sama dengan yang pasangan kita maksud. Kita bisa bilang, “Oh jadi, menurutmu jangan beli sekarang karena blablabalabla. Bener ga?”
3. Explain ur way of thinking
Sebagian besar pertengkaran biasanya bisa selesai kalo kita melakukan dua step di atas. :p coz yah sebenernya banyak pertengkaran itu terjadi karena kita punya persepsi yang salah dengan pasangan kita. begitu kita mengerti cara berpikirnya dia, begitu kita ngeh oohh ternyata dia bener-bener mikirin kesejahteraan keluarga, biasanya udah tenang deh. Tapi kadang sekalipun pasangan kita sudah menjelaskan, persepsinya sudah sama, kita tetep ga setuju. And that’s fine. Setelah dia jelasin, baru kita juga jelasin kenapa kita berpikir hal yang beda. Apa alasannya. Apa pertimbangannya.
4. Pray
Dan ga jarang guys, pembicaraan tidak bisa selesai dalam 1 sesi. Mungkin karena udah harus buru-buru ke kantor, atau hal lainnya. En itu juga wajar. So ladies, don’t push ur hubby to solve all conflict NOW! :p kadang cara terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat adalah dengan break. Masing-masing pihak2 sama cooling down dan ambil waktu buat berdoa. Minta Tuhan entah ubah hati kita dan bekerja menyatakan maksud-Nya.
Kita tuh hidup ga lepas dari uang. Apakah masalah keuangan bisa menghancurkan pernikahan atau justru memperkokoh itu tergantung kita. Apa kita mau belajar menerima pandangan pasangan yang berbeda, dan ga hanya menerima tapi juga MENSYUKURI bahwa Tuhan kasih kita pasangan yang BEDA BANGET.
Money talks, so can we : )
Kemaren ini, seorang sahabat saya cerita soal kelas bina pranikah yang diikuti. Dia bilang salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar di dalam hubungan suami istri itu soal keuangan. Gue setuju banget.
Kalo denger kalimat, suami istri ribut gara-gara uang itu kesannya kok ‘duniawi’ sekali, atau bayangan kita itu suami istri bangkrut, ga punya duit, selama ini ga nabung atau karena sesuatu dan lain hal, tabungan ludes, so jadi masalah deh. Seolah-olah masalah dengan uang itu pasti SELALU masalah besar. Ya dan tidak. Ya, ada pasangan suami istri yang karena mengalami krisis keuangan besar-besaran trus jadi berantem mulu. Tapi, ga selalu pasangan suami istri berantem karena uang itu artinya PASTI mereka lagi ngalamin krisis keuangan. Kalo menurut gue yang bikin masalah itu bukan uangnya, tapi cara pandang kita terhadap uang dan cara kita memakai uang yang berbeda dengan pasangan kita yang menyebabkan terjadinya masalah.
Yang menarik,dari hasil pengamatan gue terhadap pasangan suami istri di sekitar gue, dari tiap pasang suami istri, pasti ada salah satu yang kecenderungannya lebih ‘boros’ daripada yang laen. Jadi kalo misalnya di pasangan suami istri A dan B, suaminya A lebih boros. Tapi di pasangan suami istri C dan D, istrinya D yang lebih boros. Tapi jangan salah, definisi boros di sini tuh bukan selalu berarti menghambur-hamburkan uang, beli barang-barang mahal melulu. Ga selalu.
Contohnya deh, kalo kalian kenal suami gue, Tepen, pasti kata ‘boros’ itu ga termasuk untuk mendeskripsikan suami gue. :p Suami gue tuh penampilannya sederhana banget, kaos gratisan, tas juga gratisan. Pokoknya ga keliatan typical boros deh. Dulu sebelon married, gue pikir gue bakal lebih boros, eh ternyata oh ternyata, gue justru lebih pelit!
Kita itu sebenernya dah termasuk pasangan yang pandangan tentang keuangan tuh ga beda2 jauh. Biasa, typical Chinese family, menabung nomor 1. Tapi sekalipun kita banyak samanya, tetep ada bedanya. Salah satu ketika kita lakukan budgeting. Misalnya, XX SGD buat entertainment (makan di luar, nonton bioskop, dll). Kalo dah mendekati akhir bulan en cuman baru kepake kurang dari itu, pikiran gue langsung, “Ah, we can save more.” Sedangkan pikiran Tepen, “Ah, we can spend more. Ayok makan di luar.” :p Kalo buat beli barang juga gitu. Tepen ternyata suka yang mahal, gue selalu pilih bukan yang paling mahal. Prinsip ibu-ibu kalo bisa lebih murah 1 dollar,kenapa harus bayar 1 dollar extra?!?! Definisi Tepen soal Best Buy adalah membeli barang baru yang paling bagus dan paling mahal (teknologi terbaru dan tercanggih), sedangkan definisi gue ttg Best Buy adalah dapet barang yg gue mau dengan harga yang paling miring sekalipun harus nunggu lama (gue dulu biasa beli pakaian musim dingin DI AKHIR musim dingin :p soalnya itu harga paling miring. En gue rela nunggu setaon buat bisa pake lagi hehehe).
Awal-awal tuh bête banget. Kok kamu beda banget sih?!?! Tapi lama-lama, gue jadi sadar, BEDA ITU BAGUS! Kalo gue dapet suami yang sama-sama pelitnya sama gue, sengsaralah gue. Nimbun duit kagak pernah dipake. Kalo Tepen dapet istri yang sama-sama maunya yang paling mahal, bangkrut lah dia. :p Loe beli laptop paling mahal, gue beli sepatu paling mahal. Justru pola keuangan kita yang beda ini lah yang membuat bisa terjadinya keseimbangan. Ada saatnya memang harus menahan diri, ada saatnya emank harus keluarin duit.
Kata orang, money talks. Menurut gue, so can we. Uang bisa ‘ngomong’, kita juga bisa ngomong. Jadi jangan biarkan perbedaan cara mengelola keuangan jadi boomerang buat pernikahan. Justru itu bisa jadi salah satu kekuatan kita untuk membangun pernikahan yang lebih tahan uji. Beberapa hal yang gue pelajari selama bergumul soal perbedaan kita :
1. Always believe in ur spouse’s good intention
Biasanya yang paling bikin ribut bukan pandangan kita beda. Tapi karena kita GA PERCAYA kalo pasangan kita itu memikirkan ‘kesejahteraan’ keluarga kita. Sering kita pikir, yang paling bener itu cara gue. So ketika pasangan kita bilang, “We must spend this amount of money.”, kadang yang langsung muncul adalah, “LOE MAU KITA JADI MISKIN HAH?!!?” Atau mungkin ketika pasangan kita mengingatkan “Kayaknya bulan ini dah kebanyakkan belanja.”, yang ada di pikiran kita adalah, “LOE GA MAU GUE HAPPY YAH?!?! Masak gue kerja cape-cape beli ini aja ga boleh.”
Pikiran-pikiran negative itu muncul karena kita pikir pasangan kita itu tidak peduli dgn our family’s welfare. Padahal belon tentu!! Di dalam banyak ‘perdebatan’, akhirnya gue menemukan bahwa sekalipun solusi kita berdua tuh kadang2 bisa bertolak belakang tapi yang mendasari kita memikirkan solusi itu adalah karena kita memikirkan pasangan kita!!
Jadi pertama, ketika denger pandangan super aneh dari pasangan kita, CALM DOWN! Take time to pray and say to urself, “He loves me … he loves me … he loves our family.”
2. Listen first!
Kita baru bisa mendengarkan dengan efektif kalo kita sudah lakukan point no 1. Selama kita belon bener-bener yakin kalo pasangan kita itu mikirin kita, apapun yang dia ngomong pasti jadi angin lalu dah. Angin mamiri, masuk ke kanan keluar ke kiri.
Setelah kita believe in our spouses. Let them explain. “Kamu kok mikir kayak gitu, apa alasannya?” “Kenapa menurutmu kita harus beli sekarang?”, “Kenapa kau bilang JANGAN beli sekarang?”
Sambil mereka menjelaskan, try to be an active listener. Caranya adalah dengan memastikan persepsi yang kita tangkap itu sama dengan yang pasangan kita maksud. Kita bisa bilang, “Oh jadi, menurutmu jangan beli sekarang karena blablabalabla. Bener ga?”
3. Explain ur way of thinking
Sebagian besar pertengkaran biasanya bisa selesai kalo kita melakukan dua step di atas. :p coz yah sebenernya banyak pertengkaran itu terjadi karena kita punya persepsi yang salah dengan pasangan kita. begitu kita mengerti cara berpikirnya dia, begitu kita ngeh oohh ternyata dia bener-bener mikirin kesejahteraan keluarga, biasanya udah tenang deh. Tapi kadang sekalipun pasangan kita sudah menjelaskan, persepsinya sudah sama, kita tetep ga setuju. And that’s fine. Setelah dia jelasin, baru kita juga jelasin kenapa kita berpikir hal yang beda. Apa alasannya. Apa pertimbangannya.
4. Pray
Dan ga jarang guys, pembicaraan tidak bisa selesai dalam 1 sesi. Mungkin karena udah harus buru-buru ke kantor, atau hal lainnya. En itu juga wajar. So ladies, don’t push ur hubby to solve all conflict NOW! :p kadang cara terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat adalah dengan break. Masing-masing pihak2 sama cooling down dan ambil waktu buat berdoa. Minta Tuhan entah ubah hati kita dan bekerja menyatakan maksud-Nya.
Kita tuh hidup ga lepas dari uang. Apakah masalah keuangan bisa menghancurkan pernikahan atau justru memperkokoh itu tergantung kita. Apa kita mau belajar menerima pandangan pasangan yang berbeda, dan ga hanya menerima tapi juga MENSYUKURI bahwa Tuhan kasih kita pasangan yang BEDA BANGET.
Money talks, so can we : )
Wednesday, July 15, 2015
Tugas Wanita Hanya Hamil dan Membesarkan Anak
by Grace Suryani
"Ah zaman sekarang mah udah ga zaman deh, cewek 'cuman/hanya' hamil melahirkan membesarkan anak. Tuhan pasti mau kita lakukan lebih dari itu!!"
erhhh orang yang bilang hamil melahirkan dan membesarkan anak itu HANYA, kayaknya kemungkinan belon punya anak deh. hehehe. Kalo udah punya anak, pasti ngerti yg namanya membesarkan anak itu bukan HANYA. Membesarkan anak bukan CUMAN besarin anak.
Lah wong ngajarin anak pake sendok garpu, say please, say thank you, say I'm sorry aja butuh berbulan-bulan kok, apalagi membesarkan anak yang takut akan Tuhan, mencintai firman-Nya dan kalo pake istilah John Piper their brain is BIBLE SATURATED :p? itu butuh bertahun-tahunn!! Itu bukan hanya.
Membesarkan anak itu full time job 24 hours tanpa hari cuti maupun libur. Siap siaga kapan pun dibutuhkan. Dan yang pasti penuh cucuran air mata keringat dan dibungkus dengan doa.
Gue ga anti dengan wanita bekerja. Faktanya memang ada pekerjaan-pekerjaan yang jauh lebih bagus kalo dikerjakan oleh wanita, contohnya dokter, perawat (kalo sakit lebih suka mana dapet perawat ce atau perawat cowok?), en GURU TK. Pernah liat guru tk co? jarang banget kaaannn ... Gue yakin masih ada bidang2 lain selain yg gue sebut.
Yang gue kurang sreg itu adalah ketika para wanita berpikir bahwa mereka HARUS DO SOMETHING MORE daripada cuman di rumah aja mengasuh anak. kalo cuman di rumah aja ngurus anak maka kualitasnya sebagai wanita berkurang ... atau dirinya kurang berfungsi maksimal bagi kerajaan Allah. menurut gue itu paradigma yang salah.
mengasuh dan mendidik anak di dalam Tuhan itu bukan pekerjaan yang bisa dilakukan sambil lalu. itu pekerjaan PELAYANAN yang harus dikerjakan terus menerus dan terus menerus dan terus menerus. dan JUSTRU karakter kita itu DIBENTUK habis-habisan ketika kita melayani suami, melayani anak2 di rumah. Karakter kita semua borok2 itu dibongkar ABIS ketika kita itu yg kata org 'cuman' melayani suami dan anak2.
seperti yg udah gue bilang berkali-kali, gue ngajar 350 anak, sama ngajar 1 anak lebih CAPE ngajar 1 anak yaitu anak gue sendiri. krn dgn Jane gue terus menerus diasah kesabarannya, diasah kasihnya, di asah penyerahan haknya, di asah untuk terus menaruh org lain lebih utama dari diri gue.
Apakah wanita bekerja bisa mendidik anak dalam Tuhan? JELAS BISA. Dan sebaliknya bisa kah ibu yang tidak bekerja tidak mendidik anak dalam Tuhan? BISA BANGET.
Kunci keberhasilan itu bukan apakah wanita itu bekerja di luar rumah atau tidak. Kuncinya adalah seberapa wanita itu SADAR bahwa mengasuh anak2 itu bukan pekerjaan sambil lalu, mengasuh anak itu ADALAH PANGGILAN KEHORMATAN dari Tuhan, seberapa seorang wanita mau bekerja sama dengan Tuhan dan seberapa seorang ibu sadar mengasuh anak itu dampaknya untuk kekekalan. karena roh anak itu kekal. dan ketika anak terlahir di dunia ... ia masih masuk jiwa-jiwa yang terhilang. Ketika seorang anak lahir di keluarga kristen ia TIDAK OTOMATIS jadi orang kristen. Ia TIDAK OTOMATIS kalo mati masuk surga.
Sama seperti org2 di luar sana yang kita layani supaya mereka mendengar dan percaya injil kristus, anak-anak kita pun HARUS kita layani supaya mereka mendengar dan percaya injil Kristus.
banyak org kristen semangat pelayanan di luar, tapi di rumah LUPA kalo anaknya sendiri masih terhilang.
dari kecil, Jane sudah sering kami ajarkan, "Jane itu manusia berdosa." Saya dan suami saya ga pernah bilang, "Jane nanti kalo mati masuk surga bareng sama daddy dan mommy." ga pernah. karena itu adalah suatu kebohongan. selama Jane belum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ga peduli nyokapnya (gue) dah nulis buku2 rohani, ga peduli daddynya (pelayanan misi sana sini), kalo Jane belum menerima Tuhan Yesus, ia masih terhilang. Karena itulah, gue sama Tepen selaluuu berusaha untuk terus menabur firman Tuhan, bahwa Tuhan Yesus sayang sama Jane, Tuhan Yesus mengetuk pintu hati Jane dan Tuhan Yesus sudah mati buat dosa-dosa Jane, dan yang paling penting Jane HARUS membuat keputusan apakah Jane mau menerima Tuhan Yesus atau tidak.
dan itu bukan pelayanan yang bisa dikerjakan sambil lalu ... itu tidak akan bisa tercapai kalau di otak kita, membesarkan anak itu HANYA. Membesarkan anak itu CUMAN.
ga bisa ...
Moms, apakah kalian SAHM full time ataukah kalian working mom full time, ingat we're always FULL TIME MOTHER. dan sesibuk apapun kita, baik sibuk dengan kegiatan rumah ataupun dengan pekerjaan, ingatlah selalu tidak ada pelayanan yang berhasil jika dikerjakan dengan setengah hati.
jadi, jangan pernah katakan lagi, "ah gue 'cuman' besarin anak doank."
mother ... we're our children's warrior. Kita terlibat dalam peperangan rohani untuk memenangkan JIWA-JIWA anak kita bagi kerajaan Allah. Kita terlibat dalam peperangan rohani setiap hari untuk menanamkan benih firman Tuhan di dalam hati dan pikiran anak-anak kita. Kita terlibat dalam peperangan rohani untuk melawan dunia yang berusaha menarik anak kita menjauh dari Tuhan. dan
kita lakukan itu semua, demi kerajaan Allah. karena di mata Tuhan, jiwa 1 anak itu sangat berharga.
"Ah zaman sekarang mah udah ga zaman deh, cewek 'cuman/hanya' hamil melahirkan membesarkan anak. Tuhan pasti mau kita lakukan lebih dari itu!!"
erhhh orang yang bilang hamil melahirkan dan membesarkan anak itu HANYA, kayaknya kemungkinan belon punya anak deh. hehehe. Kalo udah punya anak, pasti ngerti yg namanya membesarkan anak itu bukan HANYA. Membesarkan anak bukan CUMAN besarin anak.
Lah wong ngajarin anak pake sendok garpu, say please, say thank you, say I'm sorry aja butuh berbulan-bulan kok, apalagi membesarkan anak yang takut akan Tuhan, mencintai firman-Nya dan kalo pake istilah John Piper their brain is BIBLE SATURATED :p? itu butuh bertahun-tahunn!! Itu bukan hanya.
Membesarkan anak itu full time job 24 hours tanpa hari cuti maupun libur. Siap siaga kapan pun dibutuhkan. Dan yang pasti penuh cucuran air mata keringat dan dibungkus dengan doa.
Gue ga anti dengan wanita bekerja. Faktanya memang ada pekerjaan-pekerjaan yang jauh lebih bagus kalo dikerjakan oleh wanita, contohnya dokter, perawat (kalo sakit lebih suka mana dapet perawat ce atau perawat cowok?), en GURU TK. Pernah liat guru tk co? jarang banget kaaannn ... Gue yakin masih ada bidang2 lain selain yg gue sebut.
Yang gue kurang sreg itu adalah ketika para wanita berpikir bahwa mereka HARUS DO SOMETHING MORE daripada cuman di rumah aja mengasuh anak. kalo cuman di rumah aja ngurus anak maka kualitasnya sebagai wanita berkurang ... atau dirinya kurang berfungsi maksimal bagi kerajaan Allah. menurut gue itu paradigma yang salah.
mengasuh dan mendidik anak di dalam Tuhan itu bukan pekerjaan yang bisa dilakukan sambil lalu. itu pekerjaan PELAYANAN yang harus dikerjakan terus menerus dan terus menerus dan terus menerus. dan JUSTRU karakter kita itu DIBENTUK habis-habisan ketika kita melayani suami, melayani anak2 di rumah. Karakter kita semua borok2 itu dibongkar ABIS ketika kita itu yg kata org 'cuman' melayani suami dan anak2.
seperti yg udah gue bilang berkali-kali, gue ngajar 350 anak, sama ngajar 1 anak lebih CAPE ngajar 1 anak yaitu anak gue sendiri. krn dgn Jane gue terus menerus diasah kesabarannya, diasah kasihnya, di asah penyerahan haknya, di asah untuk terus menaruh org lain lebih utama dari diri gue.
Apakah wanita bekerja bisa mendidik anak dalam Tuhan? JELAS BISA. Dan sebaliknya bisa kah ibu yang tidak bekerja tidak mendidik anak dalam Tuhan? BISA BANGET.
Kunci keberhasilan itu bukan apakah wanita itu bekerja di luar rumah atau tidak. Kuncinya adalah seberapa wanita itu SADAR bahwa mengasuh anak2 itu bukan pekerjaan sambil lalu, mengasuh anak itu ADALAH PANGGILAN KEHORMATAN dari Tuhan, seberapa seorang wanita mau bekerja sama dengan Tuhan dan seberapa seorang ibu sadar mengasuh anak itu dampaknya untuk kekekalan. karena roh anak itu kekal. dan ketika anak terlahir di dunia ... ia masih masuk jiwa-jiwa yang terhilang. Ketika seorang anak lahir di keluarga kristen ia TIDAK OTOMATIS jadi orang kristen. Ia TIDAK OTOMATIS kalo mati masuk surga.
Sama seperti org2 di luar sana yang kita layani supaya mereka mendengar dan percaya injil kristus, anak-anak kita pun HARUS kita layani supaya mereka mendengar dan percaya injil Kristus.
banyak org kristen semangat pelayanan di luar, tapi di rumah LUPA kalo anaknya sendiri masih terhilang.
dari kecil, Jane sudah sering kami ajarkan, "Jane itu manusia berdosa." Saya dan suami saya ga pernah bilang, "Jane nanti kalo mati masuk surga bareng sama daddy dan mommy." ga pernah. karena itu adalah suatu kebohongan. selama Jane belum menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ga peduli nyokapnya (gue) dah nulis buku2 rohani, ga peduli daddynya (pelayanan misi sana sini), kalo Jane belum menerima Tuhan Yesus, ia masih terhilang. Karena itulah, gue sama Tepen selaluuu berusaha untuk terus menabur firman Tuhan, bahwa Tuhan Yesus sayang sama Jane, Tuhan Yesus mengetuk pintu hati Jane dan Tuhan Yesus sudah mati buat dosa-dosa Jane, dan yang paling penting Jane HARUS membuat keputusan apakah Jane mau menerima Tuhan Yesus atau tidak.
dan itu bukan pelayanan yang bisa dikerjakan sambil lalu ... itu tidak akan bisa tercapai kalau di otak kita, membesarkan anak itu HANYA. Membesarkan anak itu CUMAN.
ga bisa ...
Moms, apakah kalian SAHM full time ataukah kalian working mom full time, ingat we're always FULL TIME MOTHER. dan sesibuk apapun kita, baik sibuk dengan kegiatan rumah ataupun dengan pekerjaan, ingatlah selalu tidak ada pelayanan yang berhasil jika dikerjakan dengan setengah hati.
jadi, jangan pernah katakan lagi, "ah gue 'cuman' besarin anak doank."
mother ... we're our children's warrior. Kita terlibat dalam peperangan rohani untuk memenangkan JIWA-JIWA anak kita bagi kerajaan Allah. Kita terlibat dalam peperangan rohani setiap hari untuk menanamkan benih firman Tuhan di dalam hati dan pikiran anak-anak kita. Kita terlibat dalam peperangan rohani untuk melawan dunia yang berusaha menarik anak kita menjauh dari Tuhan. dan
kita lakukan itu semua, demi kerajaan Allah. karena di mata Tuhan, jiwa 1 anak itu sangat berharga.
Monday, July 13, 2015
Midnight Worship
by Mekar A. Pradipta
Jujur aja, akhir-akhir ini aku lagi kendor banget
disiplin rohaninya. Syarat mutlak pertama : Doa dan Saat Teduh, kayanya
udah jadi sesuatu yang tawar T.T Harusnya sih ngga yah... Somehow aku
pikir apa aku udah kehilangan kasih mula-mula apa gimana. Mungkin iya,
tapi mungkin juga karena aku udah sampe di titik nyaman hubungan
pribadiku sama Tuhan. Artinya, bangun pagi dan buka alkitab trus saat
teduh plus doa itu udah bukan efforts lagi. I've been doing this since I'm in the high school, somehow sekarang jadi kaya sesuatu yang otomatis dan mekanis :( Mungkin itu yang bikin aku jadi kehilangan 'api' So, aku
pikir dagingku ini harus disalib lagi buat ngga puas dengan apa yang
sudah ada.
Yes 2:3 --> dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Kenapa ya Tuhan bersemayam di gunung? Pake bikin rumah di gunung segala? Emang Tuhan suka hiking? :p Ya ngga berarti Tuhan tinggal di gunung sih. Walopun jaman dulu, literally Musa mesti naik ke gunung Sinai buat ketemu Tuhan. Buat aku sih, itu tempat dimana Musa bener2 terpisah dari dunia, ga ke-distract sama segala keriuhan yang dibikin sama bangsa Israel. Kalo jaman sekarang, mungkin itu adalah tempat tanpa ada bb yang bunyi2, atau status fesbuk yang minta dikomentari. Jadi inget kalo aku suka iseng buka-buka BB pas saat teduh, hiks... Pantesan saat teduhnya garing T.T
Yes 2:3 --> dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Kenapa ya Tuhan bersemayam di gunung? Pake bikin rumah di gunung segala? Emang Tuhan suka hiking? :p Ya ngga berarti Tuhan tinggal di gunung sih. Walopun jaman dulu, literally Musa mesti naik ke gunung Sinai buat ketemu Tuhan. Buat aku sih, itu tempat dimana Musa bener2 terpisah dari dunia, ga ke-distract sama segala keriuhan yang dibikin sama bangsa Israel. Kalo jaman sekarang, mungkin itu adalah tempat tanpa ada bb yang bunyi2, atau status fesbuk yang minta dikomentari. Jadi inget kalo aku suka iseng buka-buka BB pas saat teduh, hiks... Pantesan saat teduhnya garing T.T
Trus yang namanya naik gunung itu yah, ga ada yang jalannya asik-asik aja, semua itu mesti ada usaha dan ada harga yang harus dibayar. Itu Musa yang udah kakek-kakek mungkin perlu bawa obat rematik buat naik gunung, wkwkwkwk. Trus kaya yang dulu sering dibilang Kwee Ceng dan para pendekar silat yang lain, di atas gunung masih ada gunung bo! Jangan puas sampe di level tertentu, soalnya ada pepatah yang lain juga, saat kita tidak berjalan naik, itu artinya kita sedang berjalan turun. Titik nyaman cepat atau lambat akan membawa kita turun level.
Then, setelah dievaluasi, aku masih lemah dalam
kehidupan doa. Bukan tentang bersafaat ya, tapi doa yg pujian
penyembahan gitu, yang bener-bener dateng ke Tuhan buat ketemu Tuhan,
bukan buat menodongkan tangan dan minta-minta doang.
Berawal dari beberapa minggu lalu waktu Sate dari II Tawarikh 20,
tentang Nabi Yosafat yang lagi panik karena dikeroyok sama bani Moab dan
Amon. Waktu itu yang dia andalkan cuma Tuhan.
Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari Tuhan. Ia
menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa (ayat. 3) Akhirnya aku belajar kalo mencari Tuhan adalah sebuah
keputusan. Ketika pencarian akan Tuhan udah jadi sesuatu yang mekanis,
saatnya membuat keputusan-keputusan baru. Toh pencarian akan Allah ini
kaya naik gunung yang tadi aku bilang.
Sebenernya bagian itu dapet banget karena
emang ada masalah yang ga selesai-selesai dari dulu. Lewat perikop ini
kaya Tuhan mau jelasin hal yang sama, stay still and I will finish it!
Janganlah kamu takut dan terkejut, karena laskar yang besar ini, sebab bukan kami yang akan berperang melainkan Allah... Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah di tempatmu, dan lihatlah bagaimana Tuhan memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, Tuhan akan menyertai kamu (ayat 17)
Nah, macem mana pula Tuhan itu. Mana ada kemenangan tanpa peperangan?
Cuman berdiri dan ngeliat doang mana bisa menang? Yups, itu kata
manusia. Tapi kata Tuhan beda. CaraNya Tuhan beda.
Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan
menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar
di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian
syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan
menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan
orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga
mereka terpukul kalah. Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk
pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan
mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh. Ketika orang Yehuda tiba di tempat
peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu.
Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak ada
yang terluput. Lalu Yosafat dan orang-orangnya turun
untuk menjarah barang-barang mereka. Mereka menemukan banyak ternak,
harta milik, pakaian dan barang-barang berharga. Yang mereka rampas itu
lebih banyak dari pada yang dapat dibawa. Tiga hari lamanya mereka
menjarah barang-barang itu, karena begitu banyaknya. Pada hari keempat mereka berkumpul di
Lembah Pujian. Di sanalah mereka memuji TUHAN, dan itulah sebabnya orang
menamakan tempat itu Lembah Pujian hingga sekarang. Lalu pulanglah sekalian orang Yehuda dan
Yerusalem dengan Yosafat di depan. Mereka kembali ke Yerusalem dengan
sukacita, karena TUHAN telah membuat mereka bersukacita karena kekalahan
musuh mereka.
Aku tertohok banget sama ayat 16 dan 17 terjemahan versi lain,
Besok pada waktu mereka naik melalui jalan menanjak di Zis, seranglah mereka. Kalian akan berhadapan dengan mereka pada ujung lembah di depan padang gurun dekat Yeruel. Kalian tidak perlu bertempur dalam perang ini. Pergilah ke tempat yang telah ditentukan bagimu dan tunggu saja disitu. Kalian akan melihat Tuhan memberikan kemenangan kepada kalian. Hai penduduk Yehuda dan Yerusalem, jangan cemas atau takut. Masukilah saja pertempuran itu, Tuhan akan menolong kalian.
Ayat tadi agak kontradiktif ngga sih
kedengarannya? Masa Tuhan perintahkan menyerang bani Amon dan Moab, tapi
di waktu yang bersamaan Dia bilang kalau mereka ngga perlu bertempur.
Nah loh, macem mana pula ini? Setelah aku renung-renungin lagi, baru
ngeh kalo penyembahan itu juga perang. Cuman perangnya di alam roh gitu.
Pujian penyembahan itu kan besar kuasanya, mendobrak benteng-benteng di
alam roh dan termanifestasi di alam jasmani. Secara fisik kita memang
sedang menunggu dan melihat saja, tapi di alam roh kita sedang berperang
dengan pujian penyembahan kita.
Sampai disini, aku cuman bisa bilang, ini keren banget!!! Yosafat itu, membangun pasukan penyembah yang memakai pakaian kudus. Iya sih dia juga bawa tentara (pasukan bersenjata), tapi mereka di belakang. Yang berdiri di depan adalah pasukan penyembah, para penyanyi dan pemain musik. Logikanya, kalo ada panah nyasar apa iya mau kita usir pake nyanyian? Itu baru panah sebiji, gimana dengan pasukan yang bersenjata lengkap? Riskan banget euy... Tapi kenyataannya, ketika mereka mulai menyanyi, Tuhan mulai bekerja. Dia membuat penghadangan dan mengacaukan seluruh balatentara musuh. Waktu Yosafat dan pasukannya nyampe, everything is done. Mereka ga perlu angkat senjata. Janji Tuhan ya dan amin, mereka hanya perlu berdiri di tempat mereka dan melihat bagaimana Tuhan memberikan kemenangan.
Jujur saja, sampai sekarang 2013 masih gelap banget, tapi aku mau punya attitude seperti Yosafat, "Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." Tahun depan, aku mau naik level di disiplin rohani. Ga puas cuma dengan sate yang teratur, aku mau punya waktu khusus buat praise and worship. Seperti Yosafat, menantikan Tuhan dengan berdiri di Lembah Pujian, menyanyikan nyanyian syukur bagi Tuhan.
Selama ini aku belajar kalau kunci sukses penerapan komitmen adalah membuat sistem yang terukur. Maksudnya, kita akan cenderung gagal kalo komitmen yang dibuat adalah 'aku akan bangun pagi dan baca Alkitab.' Lain halnya kalau diubah seperti ini, 'aku mau bangun pagi pukul empat, lalu membaca alkitab minimal 1 perikop dan merenungkannya minimal 30 menit.' Dengan sistem yang terukur, kita tahu harus bagaimana melatih daging kita buat tunduk dan taat dengan kemauan roh.
Jadi di tahun 2013 nanti, aku mau menyediakan waktu khusus untuk praise and worship, (plus doa bahasa roh) dari jam 11.30 pm s/d 12.30 am, setiap hari, sepanjang tahun. Kenapa saat menjelang tengah malam dan setengah jam setelahnya? Mmm, pembimbing rohaniku sih pernah bilang kalo saat menjelang tengah malam itu saat Iblis merencanakan apa yang mau dia bikin buat merusak rencana Allah di hari selanjutnya. That's why kita perlu berjaga-jaga dan ambil otoritas buat hari baru yang akan kita lalui.Kalo ngga salah sih Tuhan Yesus juga suka gitu ya doa tengah malam sampai menjelang pagi. Ternyata ini alkitabiah loh, aku lagi cari ayat apa yang kira2 bisa mendukung dan nemu artikel ini,
Sampai disini, aku cuman bisa bilang, ini keren banget!!! Yosafat itu, membangun pasukan penyembah yang memakai pakaian kudus. Iya sih dia juga bawa tentara (pasukan bersenjata), tapi mereka di belakang. Yang berdiri di depan adalah pasukan penyembah, para penyanyi dan pemain musik. Logikanya, kalo ada panah nyasar apa iya mau kita usir pake nyanyian? Itu baru panah sebiji, gimana dengan pasukan yang bersenjata lengkap? Riskan banget euy... Tapi kenyataannya, ketika mereka mulai menyanyi, Tuhan mulai bekerja. Dia membuat penghadangan dan mengacaukan seluruh balatentara musuh. Waktu Yosafat dan pasukannya nyampe, everything is done. Mereka ga perlu angkat senjata. Janji Tuhan ya dan amin, mereka hanya perlu berdiri di tempat mereka dan melihat bagaimana Tuhan memberikan kemenangan.
Jujur saja, sampai sekarang 2013 masih gelap banget, tapi aku mau punya attitude seperti Yosafat, "Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu." Tahun depan, aku mau naik level di disiplin rohani. Ga puas cuma dengan sate yang teratur, aku mau punya waktu khusus buat praise and worship. Seperti Yosafat, menantikan Tuhan dengan berdiri di Lembah Pujian, menyanyikan nyanyian syukur bagi Tuhan.
Selama ini aku belajar kalau kunci sukses penerapan komitmen adalah membuat sistem yang terukur. Maksudnya, kita akan cenderung gagal kalo komitmen yang dibuat adalah 'aku akan bangun pagi dan baca Alkitab.' Lain halnya kalau diubah seperti ini, 'aku mau bangun pagi pukul empat, lalu membaca alkitab minimal 1 perikop dan merenungkannya minimal 30 menit.' Dengan sistem yang terukur, kita tahu harus bagaimana melatih daging kita buat tunduk dan taat dengan kemauan roh.
Jadi di tahun 2013 nanti, aku mau menyediakan waktu khusus untuk praise and worship, (plus doa bahasa roh) dari jam 11.30 pm s/d 12.30 am, setiap hari, sepanjang tahun. Kenapa saat menjelang tengah malam dan setengah jam setelahnya? Mmm, pembimbing rohaniku sih pernah bilang kalo saat menjelang tengah malam itu saat Iblis merencanakan apa yang mau dia bikin buat merusak rencana Allah di hari selanjutnya. That's why kita perlu berjaga-jaga dan ambil otoritas buat hari baru yang akan kita lalui.Kalo ngga salah sih Tuhan Yesus juga suka gitu ya doa tengah malam sampai menjelang pagi. Ternyata ini alkitabiah loh, aku lagi cari ayat apa yang kira2 bisa mendukung dan nemu artikel ini,
“Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas hukum-hukum-Mu yang adil. ”
Kisah Para Rasul 16:25:
Tetapi
kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan
puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan
mereka.
Ayub 4:20
“Di
antara pagi dan petang mereka dihancurkan, dan tanpa dihiraukan mereka
binasa untuk selama-lamanya.”Kubu para pahlawan dapat dihancurkan pada
tengah malam.
Keluaran 11:4:
Keluaran 11:4:
Berkatalah Musa: "Beginilah firman TUHAN: Pada waktu tengah malam Aku akan berjalan dari tengah-tengah Mesir. ”
Matius 25:6:
“Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! ”
Btw, kemarin dapet bbman dari Kak Penny, my beloved
gembala COOL, soal penyembahan juga. Dia bilang gini: Menyembah Yesus
adalah kunci untuk membuka kunci doa yang tidak terjawab. Wah, jadi
makin semangat buat membangun disiplin rohani yang satu ini. Pujian
penyembahan di tengah malam. Tapi aku juga belajar banget buat jaga
kekudusan, seperti pakaian pasukan penyembah Yosafat yang memakai
pakaian kekudusan. Somehow, I understand kalo penyembahan itu bukan soal berapa jam kita nyanyi sambil nangis-nangis, tapi soal life style, gaya hidup kita di hadapan Tuhan.
Aku tahu banget kalo mungkin disiplin yang ini kedengarannya ambisius. Aku juga tahu banget kalo aku ini tipe yang ngga konsisten, kadang cuma semangat di awal trus abis itu lupa lagi. Tapi aku mau belajar bahwa semua kemauan dan kerelaanku adalah pekerjaan Roh Kudus. Aku perlu bergantung kepada Roh Kudus supaya bisa mematikan keinginan daging dan menuruti kehendak roh. Sampai nanti saatnya tiba, aku percaya aku akan melihat kemenangan yang dari Tuhan, yang dikerjakan dengan caraNya yang luar biasa.
Aku tahu banget kalo mungkin disiplin yang ini kedengarannya ambisius. Aku juga tahu banget kalo aku ini tipe yang ngga konsisten, kadang cuma semangat di awal trus abis itu lupa lagi. Tapi aku mau belajar bahwa semua kemauan dan kerelaanku adalah pekerjaan Roh Kudus. Aku perlu bergantung kepada Roh Kudus supaya bisa mematikan keinginan daging dan menuruti kehendak roh. Sampai nanti saatnya tiba, aku percaya aku akan melihat kemenangan yang dari Tuhan, yang dikerjakan dengan caraNya yang luar biasa.
Friday, July 10, 2015
Bosan Mendengar Firman atau Khotbah?
by Alphaomega Pulcherima Rambang
Pernah ngga membaca Alkitab tapi gak mendapat rhema apa-apa,
sekedar baca tok. Udah.
Pernah ga mendengarkan khotbah di gereja dan segera setelah
kebaktian berakhir serasa satu rutinitas Minggu berakhir, inti khotbah sang
pendeta tak ada yang diingat satu pun.
Pernah ngga merasa bosan dengan khotbah pendeta yang
nampaknya isinya itu-itu saja, saat satu perikop dibahas, kita merasa dah
mengerti dari zaman behula, gak ada sesuatu yang baru.
AKU PERNAH.
Seorang teman yang kucurhati masalah ini berkata,”Kamu
sombong Meg. Kamu merasa sudah tahu,jadi kamu merasa gak mendapat apa-apa”.
Yang lain berkata,”Seharusnya kamu berdoa dulu Meg,minta
Tuhan bicara secara khusus lewat firman yang kamu baca dan dengar”.
Suatu kali, dalam sesi ‘praktek mengajar’ pada Training For
Trainer Kelas Berakar KAMBIUM,Mas Pepet mengajarkan betapa pentingnya agar
setiap kami diberikan hati yang lapar dan haus akan kebenaran, supaya Tuhan
dapat memuaskan hati kami dengan segala sarana yang ada.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.Matius 5:6
Tuhan dapat berbicara melalui pendeta atau pembicara yang membosankan
sekalipun jika hati kita haus dan lapar akan kebenaran.
Bayangkan seseorang yang kehausan dan kelaparan
sampai-sampai rasanya mau mati kalau tidak segera mendapatkan makanan dan
minuman!!
Dia tidak akan memilih-milih mana yang dapat mengenyangkan
dan memuaskannya
Yakinlah, dia tidak tidak akan menolak apa yang diberikan,
bahkan jika yang diberikan padanya adalah makanan yang tidak disukainya.
Dia bersedia menerima APAPUN.
Dia tidak akan merasa apa yang diberikan padanya tidak
berguna
Dia tidak akan berkata 'BOSAN'
Dia terlalu lapar dan haus.
Dia menerima APAPUN dan menikmatinya
Dia pasti akan mensyukurinya.
Karena dia tidak bisa 'tidak merasakan apa-apa'
DIA PUAS...
Sejak mendapat pemahaman itu, aku belajar berdoa demikian
sebelum membaca atau mendengar Firman. Bahkan saat pendeta atau pembicara
berkhotbah, aku berdoa berulang kali.
Tuhan, buatlah aku haus dan lapar akan Engkau
Berikan aku hati yang haus dan lapar akan Engkau Tuhan
Tolong buat aku haus ya Tuhan
Tolong buat aku lapar ya Tuhan
Hatiku haus dan lapar akan Engkau Tuhan
Hatiku haus dan lapar akan Engkau Tuhan
Wednesday, July 8, 2015
Panggilan Menikah
by Felisia Devi
Sangat seru belajar dan mengetahui banyak hal, dan salah satunya mengubahkan paradigma gue tentang pernikahan. Dulu gue menganggap pernikahan, ya udah biasa aja, karena sebagian orang menikah. Karena melihat pernikahan seperti pada umumnya, gue juga ada ketakutan hal-hal yang pada umumnya terjadi (misal perceraian) bisa juga terjadi sama gue. Jadi satu sisi mau menikah, satu sisi juga takut menikah. Sekalipun gue yakin sama doi, karena dapat jawaban yang rada supranatural, denger Tuhan ngomong langsung klo 'he is the one' disertai dengan konfirmasi2 lain, jujur pas menjalani ada keraguan yang timbul. Apakah gue bisa menjalani pernikahan; klo lagi konflik apalagi, apa gue sanggup hidup sama orang kaya gini dan sifat gue bisa adjust, apalagi melihat tidak sedikit mereka-mereka yang mengalami hal gak enak dalam rumah tangga, tidak terkecuali anak Tuhan.
Tapi semakin mempelajari dan mengetahui kebenaran-kebenaran tentang pernikahan, membuat gue semakin antusias dan tidak lagi terombang-ambil ragu atau bingung. Membuat gue semakin kagum, menghargai pernikahan yang Tuhan ciptakan dengan maksud abadi dan mengandung panggilan buat gue pribadi. Menurut Tuhan ternyata bukan sekedar menikah, menikah adalah hal serius dan pernikahan itu sendiri adalah ciptaan Allah yang mulia. Panggilan menikah itu juga mengandung atau bertujuan untuk kemuliaan Allah
Gue berdoa minta Tuhan bukain dan kasih gue pengertian lebih lagi untuk bisa mengaitkan hal-hal yang selama ini gue pelajarin, dan gue dapetin analogi dibawah ini ttg menikah kudu panggilan dari Tuhan. Menikah ibarat berlayar ditengah laut.
Ketika gue tau akan mengarungi samudra dengan perjalanan panjang jauh (seumur hidup kita boo), gue gak mau sekedar memilih kapal kecil (getek) sebagai alatnya?Gue butuh kapal besar dan segala fasilitasnya peralatannya, gue bakal prepare well sangat dan mempersiapkan bekal sebanyak2nya, karena ini perjalanan panjang. Menikah adalah hal serius, bahkan sangat serius dan bukan hal sepele. Menikah bukan sekedar menikmati romantisme sepanjang sisa hidup, tapi 'pekerjaan' yang harus kita lakukan, ada tujuannya. Butuh training khusus untuk bisa 'mejalankan' kapal, begitu juga untuk menjalankan pernikahan. Kita be2 memastikan harus tau apa itu menikah, untuk apa menikah, kebenaran ttg menikah yang sebenarnya dari yang membuatnya, yaitu Allah. Dia yang membuat itu, Dia yang tau bagaimana hal itu akan berjalan sebagaimana mestinya, yaitu keindahan dan kebaikan.
Klo dibayangin berlayar, gue ga akan tau tiba2 ditengah laut terjadi kecelakaan dan salah satu harus dibawa ke darat, yang paling bisa kita minta tolong adalah yang memanggil kita untuk melakukan perlayaran, karena punya semua alat2 untuk segala resiko tugasnya. Mungkin kita kehabisan makan,kapal rusak, ya yang memanggil kita yang bertanggung jawab, karena kita dipanggil untuk memenuhi tujuan si pemanggil
Gak akan ada yang tau apa yang akan terjadi saat proses kita mengarungi pernikahan itu akan terjadi apa, permasalahan gimana. Pihak mana yang bisa gue andalkan? Orang tua, belum tentu panjang umur. Saudara, belum tentu karena mereka juga punya urusan sendiri. Teman, apalagi... Hanya Dia yang bisa kita andalkan, karena Dia yang memanggil kita menikah.
Sebelumnya, gue punya pemikiran, jika menikah dengan anak Tuhan itu 'beda', gak sesulit pernikahan bukan dalam Tuhan. Ya, mungkin sih, tapi dengan analogi berlayar ini, gue makin ngeh klo ternyata pernikahan yang akan kita lewati punya 'medan' yang sama, sama2 berlayar ditengah samudra yang ada ombak, angin, hujan dsb.. Pernikahan yang akan kita jalanin juga 'medan'nya sama, yaitu sama2 hidup di dunia ini yang penuh tantangan cobaan, godaan. Bedanya pernikahan dalam Tuhan, bagaimana kita menyikapi dan sigap menghadapi itu semua, kepada siapa kita menaruh pengharapan, sebagaimana kita bisa bertahan dan bekerjasama dengan pasangan yang adalah partner kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Untuk itulah kita sangat2 perlu prepare yang kudu perlu disiapin, bukan terhanyut atau terlena dengan romantisme yang bisa membuat kita lupa daratan, sampai lupa pada realita ttg perbedaan yang harus kita sikapi dan bangun. Menyiapkan 'bahtera' kita, perlengkapan, mental, team work, karena perjalanan panjang & tidak mudah.
Dalam perjalanan, butuh kerjasama team work antara yang bersangkutan, yang diutus dan mengutus. Begitu pernikahan, butuh hubungan komunikasi dan kerjasama, antara suami, istri dan tidak ketinggalan menyertakan Tuhan yang memanggil dan membuat pernikahan itu sendiri, supaya kita bisa menjalani pernikahan sebagaimana mestinya. Punya panutan yang sama, Tuhan Yesus dan kebenarannya sebagai regulasi standard.
Ketika semua orang sepertinya melakukan pelayaran, bukan berarti gue juga harus berlayar. Mau kemana? Siapa yang manggil atau minta gue berlayar? Karena siapa yang 'meminta' gue berlayar itulah yang akan mensupport, bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi selama gue melakukan pelayaran itu.
Begitu juga dengan menikah, ketika semua orang menikah, bukan berarti kita harus menikah. Siapa yang memanggil anda untuk menikah? Diri sendiri, kondisi, sekitar atau Tuhan? Karena segala sesuatu harus dipertanggung jawabkan dihapadan Tuhan nanti. Dan siapa yang memanggil, dialah yang 'bertanggung jawab' selama berlangsungnya pernikahan itu.
Gue memutuskan menikah dengan dia bukan karena sudah umurnya gue menikah, bukan karena dia yang kebetulan menjadi pasangan gue pada umur waktunya gue menikah, bukan karena tuntutan hidup atau orang tua, tapi karena Tuhan yang 'memanggil'.
Post ini bukan bermaksud menggurui atau menyindir, ini murni prose pembelajaran gue sendiri. Gue buat post ini, bukan berarti gue sempurna banget menjalani kebenaran2 ttg persiapan menikah, gue dan calon juga masih proses belajar.
Buat kalian yang 'ingin' menikah, atau sedang mempersiapkan pernikahan, gue cuma mau kasih pesan lewat post ini, make sure your marriage is because God's calling. Karena apapun yang kita lakukan, memang harusnya karena kehendak Tuhan. Dia yang memanggil, Dia juga yang bukan hanya akan mendampingi tapi juga menyelesaikannya ( 1 Tes 5:24)
*pict from this link
Gue memutuskan menikah dengan dia bukan karena sudah umurnya gue menikah, bukan karena dia yang kebetulan menjadi pasangan gue pada umur waktunya gue menikah, bukan karena tuntutan hidup atau orang tua, tapi karena Tuhan yang 'memanggil'.
Post ini bukan bermaksud menggurui atau menyindir, ini murni prose pembelajaran gue sendiri. Gue buat post ini, bukan berarti gue sempurna banget menjalani kebenaran2 ttg persiapan menikah, gue dan calon juga masih proses belajar.
Buat kalian yang 'ingin' menikah, atau sedang mempersiapkan pernikahan, gue cuma mau kasih pesan lewat post ini, make sure your marriage is because God's calling. Karena apapun yang kita lakukan, memang harusnya karena kehendak Tuhan. Dia yang memanggil, Dia juga yang bukan hanya akan mendampingi tapi juga menyelesaikannya ( 1 Tes 5:24)
*pict from this link
Monday, July 6, 2015
Pelayanan Sebenarnya
by Glory Ekasari
Beberapa hari yang lalu ketika mengemudikan mobil dari toko ke rumah, saya terpikirkan ide aneh: Saya akan coba mengumpulkan tips berkendara di Indonesia untuk seorang teman dari luar negeri yang mampir ke sini. Apa saja tips-tips yang akan saya sampaikan? Ini contohnya.
Saya jadi memikirkan posisi saya sendiri. Ketika saya pulang ke kota asal saya sekitar 1,5 tahun lalu, saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya pulang untuk belajar. Saya memang sudah kuliah, sudah pinter lah, dan berwawasan karena “sudah melihat dunia” (cailah), tapi saya tidak pulang untuk jadi bos yang mengatur bagaimana orang lain harus hidup. Saya pulang untuk melayani di toko dan di gereja; dan kalau saya mau melayani dengan efektif, ada dua syarat yang sama pentingnya: saya harus tahu kebutuhan orang-orang yang saya layani, dan saya harus mengasihi mereka. Pelayanan saya akan sia-sia bila saya tidak menjawab kebutuhan orang-orang yang saya layani, dan mereka tidak akan merespon positif bila saya tidak mengasihi mereka.
Contoh dalam hidup sehari-hari. Pembantu rumah tangga bertugas melayani majikannya. Seandainya si majikan punya setumpuk cucian kotor, dan PRT di rumahnya bukannya mencuci pakaian itu tapi malah menata bunga, si majikan pasti protes. Lho, kenapa? Bukannya menata bunga itu bagus? Mungkin pelayan itu melihat bunganya kok tidak tertata dan dia tidak tahan melihat kurangnya estetika. Itu kan penting! Tidak, itu tidak menjawab kebutuhan.
Jadi kalau kita menyebut diri pelayan, kalau kita datang untuk melayani, kita harus terlebih dahulu tahu bentuk pelayanan apa yang dibutuhkan dari kita. Ada orang yang tidak perlu nasehat, ya tidak perlu kita buru-buru menasehati. Ada orang yang perlu didengar dengan sabar; kalau memang mau melayani, ya layanilah dia sesuai kebutuhannya. Saya kembali ke kampung halaman dengan membawa pengetahuan dan idealisme, tapi yang pertama-tama perlu saya lakukan adalah mencari tahu, seperti apa kehidupan orang-orang yang saya layani, dan apa kebutuhan mereka. Ketika saya sudah mulai memahami gaya hidup mereka, saya mulai bisa melayani mereka. Ini semua tidak diajarkan di sekolah; saya harus belajar sendiri si sekolah kehidupan.
Bila saya merendahkan diri dan mau belajar dari nol tentang bagaimana melayani, bila saya menghargai orang-orang yang saya layani dan berusaha memahami kebutuhan mereka, saya akan mengasihi mereka dan sabar terhadap mereka, sehingga pelayanan tidak menjadi beban, tapi sebuah petualangan yang menyenangkan. Dan orang-orang yang saya layani pasti ngeh bahwa saya tulus mengasihi mereka (sadar bahwa dirinya dikasihi itu sepertinya insting dasar manusia), mereka akan membuka diri untuk pelayanan saya. Semua orang yang merevolusi lingkungan mereka, baik dalam hal lingkungan hidup, sosial, ekonomi, pendidikan, dll memulai dengan sikap yang demikian: mereka melihat sebuah kebutuhan dan menyediakan diri untuk melayani guna menjawab kebutuhan itu.
Sampai sekarang saya masih belajar. Dengan kasih karunia Tuhan, saya yakin saya makin lama makin bijak dalam melayani. Dan saya tidak akan buru-buru mengkritik orang lain, kota saya, bangsa saya, dan memaksa, “Indo nih emang payah, semuanya serba keliru,” dsb, tapi, “Apa kebutuhan bangsaku, lingkunganku, gerejaku, keluargaku? Bagaimana aku bisa melayaninya?” Karena, jadi pelayan kan memang begitu.
Beberapa hari yang lalu ketika mengemudikan mobil dari toko ke rumah, saya terpikirkan ide aneh: Saya akan coba mengumpulkan tips berkendara di Indonesia untuk seorang teman dari luar negeri yang mampir ke sini. Apa saja tips-tips yang akan saya sampaikan? Ini contohnya.
- Asal masih ada jarak sekitar 5 cm, boleh lah menyalip. Yang penting jangan nyerempet kendaraan orang lain. :p
- Hati-hati kalau bawa mobil, jangan sampai menabrak motor/sepeda/bajaj/becak. Ingat, siapapun yang ngaco nyetirnya, dalam sebuah kecelakaan tetap kendaraan yang lebih besar yang salah (!).
- Sebisa mungkin jangan klakson kalau lewat kampung.
Saya jadi memikirkan posisi saya sendiri. Ketika saya pulang ke kota asal saya sekitar 1,5 tahun lalu, saya mengingatkan diri sendiri bahwa saya pulang untuk belajar. Saya memang sudah kuliah, sudah pinter lah, dan berwawasan karena “sudah melihat dunia” (cailah), tapi saya tidak pulang untuk jadi bos yang mengatur bagaimana orang lain harus hidup. Saya pulang untuk melayani di toko dan di gereja; dan kalau saya mau melayani dengan efektif, ada dua syarat yang sama pentingnya: saya harus tahu kebutuhan orang-orang yang saya layani, dan saya harus mengasihi mereka. Pelayanan saya akan sia-sia bila saya tidak menjawab kebutuhan orang-orang yang saya layani, dan mereka tidak akan merespon positif bila saya tidak mengasihi mereka.
Contoh dalam hidup sehari-hari. Pembantu rumah tangga bertugas melayani majikannya. Seandainya si majikan punya setumpuk cucian kotor, dan PRT di rumahnya bukannya mencuci pakaian itu tapi malah menata bunga, si majikan pasti protes. Lho, kenapa? Bukannya menata bunga itu bagus? Mungkin pelayan itu melihat bunganya kok tidak tertata dan dia tidak tahan melihat kurangnya estetika. Itu kan penting! Tidak, itu tidak menjawab kebutuhan.
Jadi kalau kita menyebut diri pelayan, kalau kita datang untuk melayani, kita harus terlebih dahulu tahu bentuk pelayanan apa yang dibutuhkan dari kita. Ada orang yang tidak perlu nasehat, ya tidak perlu kita buru-buru menasehati. Ada orang yang perlu didengar dengan sabar; kalau memang mau melayani, ya layanilah dia sesuai kebutuhannya. Saya kembali ke kampung halaman dengan membawa pengetahuan dan idealisme, tapi yang pertama-tama perlu saya lakukan adalah mencari tahu, seperti apa kehidupan orang-orang yang saya layani, dan apa kebutuhan mereka. Ketika saya sudah mulai memahami gaya hidup mereka, saya mulai bisa melayani mereka. Ini semua tidak diajarkan di sekolah; saya harus belajar sendiri si sekolah kehidupan.
Bila saya merendahkan diri dan mau belajar dari nol tentang bagaimana melayani, bila saya menghargai orang-orang yang saya layani dan berusaha memahami kebutuhan mereka, saya akan mengasihi mereka dan sabar terhadap mereka, sehingga pelayanan tidak menjadi beban, tapi sebuah petualangan yang menyenangkan. Dan orang-orang yang saya layani pasti ngeh bahwa saya tulus mengasihi mereka (sadar bahwa dirinya dikasihi itu sepertinya insting dasar manusia), mereka akan membuka diri untuk pelayanan saya. Semua orang yang merevolusi lingkungan mereka, baik dalam hal lingkungan hidup, sosial, ekonomi, pendidikan, dll memulai dengan sikap yang demikian: mereka melihat sebuah kebutuhan dan menyediakan diri untuk melayani guna menjawab kebutuhan itu.
Sampai sekarang saya masih belajar. Dengan kasih karunia Tuhan, saya yakin saya makin lama makin bijak dalam melayani. Dan saya tidak akan buru-buru mengkritik orang lain, kota saya, bangsa saya, dan memaksa, “Indo nih emang payah, semuanya serba keliru,” dsb, tapi, “Apa kebutuhan bangsaku, lingkunganku, gerejaku, keluargaku? Bagaimana aku bisa melayaninya?” Karena, jadi pelayan kan memang begitu.
Subscribe to:
Posts (Atom)