by Felisia Devi
Bersyukur artinya berterima kasih kepada Tuhan atas kondisi kita, menerima keadaan ini apa adanya, what else? Mengakui , menyadari bahwa itu semua karena kedaulatan, kebaikan dan kemurahanNya.
Apakah bersyukur itu mudah? Mudah diucapkan, tapi tidak mudah diucapkan
dengan hati dan tidak mudah dilakukan. Saya sendiri tidak selalu biasa
langsung mengucap syukur, ego dan logika saya bisa main. Kenapa ya saya
bisa seperti itu? Itu karena saya merasa keadaan tidak seperti yang saya
harapkan, impikan, dibawah standard keinginan saya. Tapi satu sisi saya
bisa sangat mengucap syukur banget-banget pada Tuhan, klo semua
berjalan sesuai rencana, apalagi mendapatkan lebih dari apa yang saya
mau.
Jadi motivasi saya bersyukur bukan 100% karena Tuhan.
Friday, May 29, 2015
Wednesday, May 27, 2015
Menyelidiki Hati
by Glory Ekasari
Kui adalah untuk melebur perak
dan perapian untuk melebur emas,
tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
—Amsal 17:3
“Don’t say ‘I love you’ to a woman,” demikian aku baca di sebuah artikel dengan asumsi pembacanya adalah pria, “unless you mean it.”
But, we might as well ask, how do we know we mean it?
Tentunya kita pikir kitalah yang paling kenal diri kita sendiri, apa yang kita suka dan tidak suka, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan. Tapi kita bisa terkaget-kaget sendiri ketika orang yang menguasai psikologi dan turunannya (grafologi, dll) “membaca” apa yang sebenarnya ada dalam pikiran kita melalui gestur, ekspresi wajah, tulisan tangan—hal-hal yang tidak pernah kita bayangkan akan mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya.
Beberapa tahun lalu ada seorang teman yang bisa “baca” tanda tangan, dan aku iseng minta tanda tanganku ditelaah. Hal pertama yang dia bilang adalah, “Kamu… kalau mengerjakan sesuatu, sering ga selesai ya?”
dan perapian untuk melebur emas,
tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
—Amsal 17:3
“Don’t say ‘I love you’ to a woman,” demikian aku baca di sebuah artikel dengan asumsi pembacanya adalah pria, “unless you mean it.”
But, we might as well ask, how do we know we mean it?
Tentunya kita pikir kitalah yang paling kenal diri kita sendiri, apa yang kita suka dan tidak suka, apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan. Tapi kita bisa terkaget-kaget sendiri ketika orang yang menguasai psikologi dan turunannya (grafologi, dll) “membaca” apa yang sebenarnya ada dalam pikiran kita melalui gestur, ekspresi wajah, tulisan tangan—hal-hal yang tidak pernah kita bayangkan akan mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya.
Beberapa tahun lalu ada seorang teman yang bisa “baca” tanda tangan, dan aku iseng minta tanda tanganku ditelaah. Hal pertama yang dia bilang adalah, “Kamu… kalau mengerjakan sesuatu, sering ga selesai ya?”
Friday, May 22, 2015
Menerima Untuk Memberi
by Lasma Frida
“Ya,
Tuhan!! Aku seorang istri sekarang!!”
Mungkin
itu yang akan kita katakan setiap kali terbangun dan melihat ada
seorang pria di tempat tidur dan
cincin melingkar di jari manis kita. Suatu masa baru yang akan kita
sambut dengan penuh semangat.
Tidak jarang kita mulai
membuat daftar hal-hal yang ingin kita lakukan untuk pernikahan kita.
Apa pun itu, asalkan bisa membawa kebahagiaan di dalam keluarga baru
kita, rasanya pasti akan kita lakukan. Mengorbankan diri sekali pun.
Sayangnya, ternyata tidak
semudah itu. Pernikahan bukan sesuatu yang bisa kita bangun
sendirian. Tidak cukup hanya kita yang berkomitmen. Butuh partner
kita dan seorang lagi yang menjadi bagian penting juga dalam
pernikahan kita, siapa lagi kalau bukan Allah Bapa??!! *lampu sorot
untuk Babe.
Wednesday, May 20, 2015
Flawless Bride
By Poppy Noviana
Menjadi
seorang pengantin yang sempurna adalah impian setiap wanita, momen
yang diharapkan terjadi tanpa masalah
atau gangguan. Tapi, apa
sih pendapat orang mengenai cara untuk menjadi
a flawless bride
?
Mewakili
beberapa pendapat, dikutip dari sinopsis buku Perfect
Bride, “dibutuhkan kesiapan
secara fisik dan kebugaran penampilan ditambah
program yang harus dijalankan untuk
memperoleh penampilan sempurna di hari bahagia seperti
program olahraga, diet, dan program kecantikan. Pada program
olahraga, tujuan utamanya adalah memperoleh tubuh yang bugar, fit,
lebih bertenaga, dan ukuran badan yang ideal dengan olahraga
pembakaran lemak, jalan kaki, dan beberapa aktivitas lain. Pada
program diet, tujuan utama yang ingin dicapai adalah tubuh dengan
berat yang ideal agar tampil prima dalam busana pengantin idaman.
Pada program kecantikan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah
penampilan yang segar, fresh, muda, serta
peremajaan kondisi rambut dan kulit” (W, Janeth,
2007).
Selain
itu, menjadi seorang flawless
bride bisa diwujudkan melalui beberapa
jasa pelayanan penyedia fasilitas yang membantu
sang pengantin untuk mendapatkan pengalaman menakjubkan. Misalnya
melalui make up
yang disesuaikan dengan skin tone
pengantin agar terlihat cantik saat foto dan hair
do yang dirancang sesuai dengan hair
type sehingga everything
is gorgeous just for this special moment!
Apa
kriteria Flawless
Bride
menurut Alkitab?
Marilah
kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari
perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan
halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus
itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)
(Wahyu 19 :7-8).
Lain
hal jika kita mengikuti apa yang Alkitab
katakan untuk menjadi a
flawless bride, karena
Tuhan Yesuslah yang menjadi pendampingnya. Bentuk perbuatan yang
benar menjadi kriteria yang baik dipandangan
Tuhan,
diibaratkan seperti
kain lenan halus yang sangat berharga sehingga hanya orang kudus yang
layak untuk mengenakannya.
Melakukan
perbuatan yang baik dan berkenan dimata Tuhan memang tidak mudah,
contohnya Daniel yang sulit untuk menyembah Tuhan.
Karena
kebebasannya dibatasi peraturan raja,
Daniel
harus dimasukan kedalam kandang singa karena ia
memilih
untuk tetap menyembah Tuhan. Sungguh suatu perkara yang serius dan
memiliki konsekuensi besar. Bagian
ini mengingatkan kita
bahwa Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa pengikut-Nya
akan
selalu bahagia. Firman
Tuhan justru menekankan hal yang berbeda: Memang
setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita
aniaya
(2 Tim 3:12).
Wow…
semoga
kita tidak goyah ya, karena Tuhan Yesus tidak akan pernah
meninggalkan kita,
buktinya
adalah firman Allah itu sendiri yang berjanji “Dan
Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita
seketika lamanya (1 Petrus 5 : 10“.
Kriteria
selanjutnya untuk menjadi seorang pendamping yang sempurna bagi Tuhan
adalah keharusan hidup dalam kekudusan. Jangan
minder dulu jika mendengar kata yang satu ini. Selama kita hidup di
dunia, kekudusan memang seperti hal yang mustahil untuk dilakukan
menurut sudut padang manusia. Tetapi hal ini tidak berarti
berhenti untuk diperjuangkan bukan? Sikap
berani menyangkal diri dan mau menderita untuk
kemuliaan Tuhan sangat dibutuhkan agar kita tidak
mengikuti arus dunia yang seringkali membawa kita jatuh dalam dosa.
Jadi,
berjuanglah untuk melakukan kebenaran firman Tuhan dan mempunyai gaya
hidup kudus di dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu sama artinya kita sedang
mempersiapkan diri untuk menjadi seorang mempelai yang berkenan bagi
Tuhan.
Tetapi
sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran,
kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka
takuti dan janganlah gentar
(1 Petrus 3:14).
~
Menghidupi Firman dan menjaga
kekudusan adalah
kriteria seorang pendamping
Kristus yang
sempurna ~
Bagaimana Memulainya?
Ia
yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga
yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan
menumbuhkan buah-buah kebenaranmu
(2 Kor 9:10).
Maka
mulailah segala sesuatunya dengan doa dan ucapan syukur atas segala
keberadaan kita saat ini, mungkin saat ini kita lemah dan penuh
dengan dosa. Akuilah semua dihadapan Tuhan dan mulai untuk berani
membangun komitmen untuk menerapkan kebiasaan yang benar. Memang hal
ini tidak dibatasi dengan waktu yang konkrit, namun ingatlah bahwa
waktu-Nya tidak pernah ditunda. Jadi
bersiap-siaplah seperti layaknya mempelai wanita yang siap membawa
minyak untuk pelitanya agar pelita itu tidak
padam saat menyongsong mempelai laki-laki datang menjemputnya. Karena
itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan
saatnya (Matius 25:13).
Sebelumnya
kita sudah membahas bahwa Allah menghendaki anak-anak-Nya
menghasilkan perbuatan-perbuatan kebenaran. Tentu saja bukan sekali
dua kali, namun mengembangkan karakter yang benar. Apa
saja karakter benar itu? Ya, benar sekali,
karakter buah roh! Karena tidak
ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Karena barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia
telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Dan berilah dirimu untuk hidup oleh Roh, sehingga baiklah hidup kita
juga dipimpin oleh Roh untuk dapat melakukan kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri.
Nah,
menariknya, Alkitab
menuliskan karakter-karakter di atas
sebagai buah roh,
bukan buah-buahan roh. Bayangkanlah sebuah
apel yang terdiri dari rasa manis di dalam
dagingnya dan sedikit pahit pada bagian kulitnya, disertai
vitamin-vitamin yang terkadung didalamnya. Bayangkan jika kita hanya
makan kulitnya saja atau hanya dagingnya saja. Tentu kurang komplit
ya vitaminnya, karena bukan merupakan buah yang seutuhnya. Jadi semua
itu adalah satu-kesatuan yang membuat apel bermanfaat untuk dimakan!
Demikian halnya dengan buah roh, hendaknya buah roh ini tidak
dilakukan sepotong-sepotong agar bermanfaat. Buah
roh adalah suatu kesatuan yang diharapkan
Tuhan untuk dihasilkan dalam kehidupan anak-anak-Nya
selama mereka hidup.
Simaklah
tauladan yang dilakukan oleh rasul Paulus sebagai motivasi untuk
memulainya.
Tetapi
jika
aku harus
hidup
di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. (Filipi 1:24).
~Berani
memulai berkomitmen melakukan buah roh adalah keputusan penting yang
tidak bisa ditunda lagi ~
Apa
Faedahnya Bagiku?
Sebab
seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara,
demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan
seperti girang hatinya seorang mempelai
melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu
akan girang hati atasmu
(
Yes 62:5).
Lalu,
apa faedah yang diperoleh dengan saat
kita semakin diproses menjadi a
flawless bride?
Yesaya
mengatakan Allah akan bergirang atas kita. Perkenan-Nya ada atas
kita. Tuhan
sebagai mempelai
telah menyatakan
janji-Nya untuk setia, menjaga, menopang, mengasihi, dan mengampuni.
Janji-janji itu
akan kita tuai dalam kehidupan kita dan hidup akan menjadi bermakna
karena tidak ada kesia-siaan dan kita dilayakkan untuk memenuhi
kehendak-Nya. Bagiku
tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa
anak-anak-Ku hidup dalam kebenaran
(3 Yohanes 1:4).
Karena
itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita
menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya
menyempurnakan kehendakmu
untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu (2 Tes
1:11)
~ Siap
menjadi pendamping yang sempurna bagi Tuhan bukan angan-angan namun
merupakan tujuan hidup ~
****
Friday, May 8, 2015
Being Single, Being Loved!
by : Yans Penina
Hari, minggu, bulan dan tahun
rasanya cepet banget
berlalu.
Saya sendiri belakangan ini suka mikir, “Heh,
uda umur segini toh?”.
Rasanya baru kemarin jadi anak-anak, sekarang hampir menginjak usia
30. Rasanya bener-bener ngga nyangka kalau saya sudah sematang ini.
Dulu
saya pernah berpikir, usia yang ideal untuk berumah tangga adalah di
angka 28. Mungkin kamu juga punya usia ideal menikah. Tapi rupanya
apa yang ideal buat kita belum tentu ideal buat Tuhan. Yang pasti
sih, saya percaya kalau waktunya Tuhan adalah yang terbaik. Kalau
sampai sekarang kamu dan saya masih single,
tentu Ia punya tujuan. Dalam hal ini, tugas kita adalah menjalani
bagian kita supaya tujuan itu bisa tercapai. Apa bagian kita?
Receiving
and enjoying God’s love every day
adalah salah satunya.
Kenapa?
Kalau seorang perempuan single gak punya pengalaman ini, hari-harinya
pasti akan terasa hampa. Selain itu, dia juga akan merasa kekurangan
cinta, tidak merasa utuh dan puas. Dia akan berkutat dengan menyesali
masa singlenya. Ia tidak bisa menangkap apa yang jadi maunya Tuhan.
Bisa aja dia berhasil mencapai ini itu, tapi belum tentu dia maksimal
di mata Tuhan.
Kalau
kita menikmati Tuhan sebagai Kekasih Jiwa kita, maka hidup kita akan
maksimal. Hari-hari kita akan indah, karena memang kita sudah punya
apa yang paling kita butuhkan, kasih Tuhan. Bayangin aja, setiap hari
kita punya pengalaman seru bersama Kekasih Jiwa kita ini;
perhatian-Nya dalam hal-hal kecil, pertolongan yang ngga terduga,
kejutan-kejutan manis dari-Nya,
tangan-Nya yang menuntun kita, dan bentuk-bentuk ekspresi kasih
lainnya. Bagaimana mungkin kita masih akan merasa “kurang”? Kita
akan dipuaskan oleh kasih-Nya.
Tuhan sendiri ingin
mencurahkan kasih-Nya pada kita. Ia rindu setiap kita para single
menikmati kasih ini. Untuk memperolehnya, ada hal-hal yang perlu kita
lakukan. Yuk, kita lihat apa saja...
Start
your day with Him.
Hal
apa yang kamu lakukan pertama kali di pagi hari? Seperti apa kamu
memulai hari akan menentukan bagaimana hari itu akan berjalan.
Sebelum bertemu dengan orang lain dan mengalami banyak hal, putuskan
untuk bertemu dengan Tuhan lebih dulu. “Oh,
saya tiap hari memang sudah melakukan ini!”,
kalau ini respon kamu, coba pastikan lagi bahwa apa yang kita lakukan
bukan karena didorong kedisiplinan, tapi karena kerinduan kita
kepadaTuhan. Disinilah momen untuk Tuhan mengisi cawan hati kita.
Pastikan di waktu spesial ini kita ketemu Tuhan lewat penyembahan,
doa, dan firman.
"Kenyangkanlah
kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami besorak sorai
dan bersukacita semasa hari-hari kami" (Mazmur 90:14)
Walking
with God throughout the day.
Ajak
Tuhan untuk terlibat dalam setiap hal yang kita lakukan. Bangun
komunikasi sama Tuhan. Kita bisa ajak ngobrol Tuhan dalam hati,
dengar musik rohani, atau waktu lagi di jalan kita bisa menikmati
keindahan Tuhan lewat langit yang cerah, angin sepoi-sepoi, pohon
yang hijau – daripada bengong atau ngedumel karena macet. Belajar
untuk melihat Tuhan lewat setiap hal kecil di hidup kita. Waktu lagi
sibuk, kadang kita perlu berhenti sejenak, tutup mata dan berbisik ke
Tuhan. Katakan sesuatu dari hatimu ke Tuhan. Dari sini kita akan bisa
merasakan kasih itu, bahwa Ia Tuhan kita, menyertai kita, dan kita
dikasihi!
"Demikianlah
aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu
dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup;
bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau
seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu". (Mazmur
63:3-5)
Get
rid of all the lies.
Iblis
adalah bapa segala pendusta. Ada banyak dusta yang ingin ia tanam
supaya kita gak bisa menerima dan menikmati kasih Tuhan. Salah satu
dusta Iblis adalah ada banyak hal selain Tuhan yang kita bisa kita
andalkan untuk memberi rasa aman, penghiburan, kekuatan. Bentuknya
bisa lewat pekerjaan, pasangan, uang, makanan, kekuasaan dan
sebagainya. Keinginan-keinginan yang ada di hati kita bisa jadi
indikasinya. Contohnya, obsesi berlebihan dalam hal pekerjaan karena
ingin mendongkrak status, keinginan yang berlebihan untuk bersama
seseorang. Pokoknya waktu kita merindukan sesuatu lebih daripada
Tuhan, lalu ngga pernah merasa cukup, harus hati-hati loh! Ini adalah
hal yang bisa membuat indera rohani kita menjadi tumpul.
"Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada
yang kuingini di bumi" (Mazmur 73:25)
Have
a heart of satisfaction.
Apapun
proses kehidupan yang kita hadapi, ada satu hal yang perlu kita
kembangkan, “hati
yang puas”.
Banyak perempuan single
yang ngga menikmati masa single-nya.
Padahal waktu kita punya hati yang puas, kita akan lebih peka untuk
menerima dan menikmati kasih Tuhan. Nikmati setiap momen yang ada,
dan hidup ini akan jadi petualangan yang penuh damai. Waktu lagi
berlibur dengan keluarga, nikmati betul momen tersebut, karena ada
masanya saat tersebut akan jadi kenangan. Waktu merasa capek dengan
segudang aktifitas, syukuri!, karena ngga selamanya kita punya waktu
atau kesempatan seluas saat ini. Dalam segala situasi dan kondisi
apapun, putuskan untuk merasa puas dengan Yesus dan miliki damai
sejahtera-Nya. Sampaikan terima kasih-mu ke Tuhan untuk semua hal
yang Ia beri, dan katakan “Aku
puas!”.
"Dia
yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi
baru seperti pada burung rajawali" (Mazmur 103:5).
Sekarang,
coba kita tanya ke diri kita masing-masing. Bersediakah aku menerima
kasih-Nya? Pikiran kita mungkin mengakui, ya, Allah mengasihi aku.
Kita tahu Ia mengasihi kita, tapi kita tidak menerimanya; kita tidak
sungguh-sungguh mengijinkan Tuhan mengasihi kita. Kita tidak
mengusahakannya. Padahal, setiap detik, menit, dan jam adalah
kesempatan untuk kita mengalami Tuhan. Ia ingin mencurahkan kasih-Nya
karena Ia tahu kebahagian kita bukan terletak pada status, materi,
situasi tertentu, tapi pada saat kita mengalami Tuhan, puas menerima
dan menikmati kasih-Nya. Ia menawarkan kepada kita rasa aman,
keyakinan,dan identitas sejati. Ia ingin mengasihi dan melindungi
kita. Maukah kita menerima dan menikmatinya?
Wednesday, May 6, 2015
From the Inside Out
by Wellney Yarra
“Ah gue ga cocok ikut Tuhan,
liat aja kehidupan gue begini”
“Gue ga bisa masuk Kristen,
terlalu banyak peraturannya”
“Ya gue kan ga sereligius elo…”
“Susah ya jadi orang Kristen”
At
some point in our lives,
aku yakin kita semua pernah mengucapkan atau mendengar
kalimat-kalimat seperti itu. Mungkin itu pernah kita ucapkan dulu
sebelum kita bertobat, atau mungkin kalimat-kalimat seperti itu kita
dengar dari teman-teman yang kita ajak untuk bertobat. Kekristenan
memang seringkali diidentikkan dengan list
peraturan-peraturan
hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Tetapi apakah
benar, bahwa the
Christian life hanya
sedangkal itu?
Tentu
tidak. Kita perlu mengingat, bahwa agama hanyalah upaya manusia untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun Tuhan Yesus, Ia turun ke Bumi
dan mati bagi kita. Ia merelakan dirinya mati, agar kita dapat hidup.
Ia datang dan mendekatkan diri-Nya kepada kita. Ia
menawarkan not
a religion, but a relationship.
Ia menyelamatkan kita dan melayakkan kita untuk bersatu dengan Bapa.
Yang Ia inginkan hanyalah agar kita mengasihi-Nya dan menghanyutkan
diri kita dalam keintiman dengan-Nya.
Kalau
begitu…kita bisa melakukan apa saja yang kita mau dong, asalkan
kita mengasihi Dia? Nah, disinilah banyak orang Kristen seringkali
meyalahgunakan keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Kita
merasa bahwa karena Tuhan sangat menyayangi kita walaupun kita
berdosa, kita merasa bahwa sah-sah saja bila kita berbuat dosa lagi.
Karena Tuhan selalu mengampuni dosa kita, kita terus mengulangi dosa
yang sama, karena kita merasa toh Tuhan akan mengampuni. Namun that’s
not the way it works.
Sebab di Alkitab juga dikatakan bahwa:
“Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
Yohanes
14:15
Memasuki tahun yang baru ini,
sudah saatnya kita menanggalkan manusia kita yang lama. Dan
menanggalkan manusia lama juga berarti meninggalkan semua dosa-dosa
kita yang lama. Namun bagaimana caranya? Bagaimana caranya kita
menjauhkan diri dari dosa? Bukankah manusia memang tidak terlepas
dari dosa?
Kita tidak diciptakan untuk
mengupayakan keselamatan sendiri. Kita tidak pernah dan tidak akan
mampu menyelamatkan diri sendiri dengan usaha kita yang bahkan
mendekati standar kebenaran dan kekudusan Tuhan saja tidak. Karena
apabila keselamatan tergantung dari usaha kita sendiri dan bagaimana
kita memenuhi hukum-hukum, maka bisa dipastikan tidak ada dari kita
yang akan selamat, karena kita semua manusia berdosa.
Namun Ia tidak mengasihi kita
hanya apabila kita menuruti perintah-perintahNya terlebih dahulu,
karena kasih-Nya adalah kasih agape, kasih yang tidak bersyarat. Ia
mengasihi kita karena Ia adalah kasih. Ia mengasihi kita, sehingga
kita pun dapat mengasihi (1 Yoh 4:19). Dan karena kasih-Nya yang kita
rasakanlah, maka kita dapat hidup benar di hadapan-Nya. Dan apabila
kita mengasihi-Nya, maka kita pun akan menjauhi hal-hal yang tidak
berkenan di hadapan-Nya.
So, what
if, instead of obeying His commands more, we should start by loving
Him more?
Bagaimana jika hal
yang lebih penting bagi kita adalah untuk mencintai-Nya lebih lagi
dibandingkan berusaha menaati perintah-perintahnya dengan upaya kita
sendiri? Sebab Tuhan berkata “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menaati segala perintah-Ku.” Secara struktur, kalimat tersebut
menunjukkan sebuah sebab-akibat. Artinya, hidup yang benar, hidup
yang menaati segala perintah Tuhan, datang dari hati yang
mengasihi-Nya.
Ketaatan terhadap
perintah-perintah Allah berasal dari suatu hati yang haus akan Dia,
hati yang bersyukur kepada sang Juruselamat, yang telah terlebih
dahulu menyelamatkan kita ketika kita berdosa. To
put it simply, ketika
kita mencintai seseorang, tentu saja kita akan mengupayakan segala
sesuatu untuk membuat orang tersebut bahagia. Tentu saja kita akan
berusaha sekuat yang kita mampu untuk tidak melakukan hal-hal yang
menyakiti perasaan mereka. Sama halnya dengan mencintai Tuhan.
Bagaimana mungkin kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan, sedangkan
cara kita hidup setiap harinya mendukakan hati-Nya?
Jadi, sebelum kita menyibukkan
diri untuk hidup benar dan menaati semua perintah Tuhan dengan usaha
kita sendiri, ingatlah terlebih dahulu pada hal yang lebih penting:
mengasihi-Nya. Hidup
yang benar adalah buah dari hati yang mengasihi Tuhan, hati
yang ingin menyukakan hati sang Bapa yang telah begitu mengasihi
kita. Kedua hal tersebut adalah sebuah sebab-akibat yang tidak dapat
dipisahkan.
So my dear sisters in Christ,
mari kita miliki hati
yang lebih membara lagi untuk Tuhan. Melekatlah pada-Nya. Karena
ketika kita mengasihi-Nya, hidup yang benar akan menjadi buahnya!
Subscribe to:
Posts (Atom)