by Glory Ekasari
“Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes;ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.”—Yohanes 1:6-9
“Seorang yang diutus Allah.” Saya ingat ibu saya pernah berkata tentang para hamba Tuhan, “Mereka itu orang. Orang itu penuh kelemahan. Namun walaupun penuh kelemahan, mereka diutus Allah.”
Allah memakai kita untuk memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang
yang hidup dalam kegelapan, sekalipun kita adalah orang-orang yang
memiliki kekurangan di sana-sini. Nama “Yohanes” berarti ‘Allah itu
penuh kasih karunia’ (God is gracious). Alangkah indahnya kasih karunia Allah yang Ia berikan pada orang-orang yang tidak sempurna, untuk melayani Dia!
“Ia datang sebagai saksi . . . Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.” Pernyataan pertama Yohanes ketika jati dirinya dipertanyakan adalah sebuah jawaban negatif: “Aku bukan
Mesias.” Ia tahu bahwa dunia yang gelap sedang menantikan Terang Firman
yang ditunggu-tunggu, dan ia tidak mau mereka salah paham tentang
dirinya. Bukan dirinya sendiri yang ia beritakan, namun Sang Terang yang
akan datang. Tugasnya adalah memberi kesaksian, membuat para
pendengarnya mengerti seperti apa Terang itu dan apa yang Ia lakukan
ketika Ia datang. Ia melayani Terang itu.
“Terang yang sesungguhnya . . . sedang datang ke dalam dunia.”
Segera setelah Yohanes memberitakan tentang Terang itu, Sang Terang
datang. Mereka yang menerima pemberitaan Yohanes segera mengenali bahwa
inilah Terang yang ia maksudkan, dan mereka percaya kepada-Nya.
Renungkan
Setiap kita adalah orang biasa, yang memiliki kekurangan dan
kelemahan, namun Tuhan berkehendak memakai kita menjadi saksi-Nya untuk
memberitakan Injil. Di kala kita memberitakan Injil dan orang-orang
mulai percaya, kita perlu senantiasa ingat bahwa Yesuslah yang kita
beritakan; bahwa Dialah yang sanggup memenuhi kebutuhan orang-orang
berdosa yang haus akan Kabar Kesukaan itu; dan bahwa kita hanyalah
pelayan-Nya, yang tentu tidak bisa menjadi Juruselamat bagi orang-orang
yang hidup dalam kegelapan. Yang mereka butuhkan adalah Sang Terang itu
sendiri, bukan para pelayan Terang.
Melalui pelayanan kita, “Terang yang sesungguhnya” datang kepada
hidup orang-orang yang kita layani. Inilah motivasi terbesar dari
pelayanan murid-murid Kristus, yaitu supaya orang-orang yang mereka
layani mengalami sendiri perjumpaan dengan Dia.
Sudahkah kita menyadari identitas kita sebagaimana mestinya?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Glory Ekasari
Alumni dari desain komunikasi visual Universitas Pelita Harapan, dan saat ini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di salah satu sekolah theologia di Jakarta. Ia melayani Tuhan dalam bidang musik dan pemberitaan firman. Kerinduannya adalah supaya pembaca diberkati lewat artikel yang ia tulis dalam majalah ini. Pelayanan lain yang ditekuninya secara pribadi adalah blogging, dapat dibaca di http://gloryekasari.wordpress.com.