by Nelly Hendrianto
Siapa sih yang ga mau duit?
Gue mau duit, gue butuh
duit. Gue butuh duit untuk makan, susu buat anak gue, baju dan lain
lain. Kalo ga ada duit, gimana kita bisa makan? Gimana bisa bayar
sewa rumah? Apalagi kita berdomisili di Singapura, yang jelas-jelas
biaya hidupnya tinggi banget. Dan sewa rumah harganya juga
sangat mahal.
Karena kita anak Tuhan,
terkadang kedengarannya aneh untuk ngomong atau bertindak seolah-olah
kita ga butuh duit, sepertinya uang itu gimanaaa banget. Ada yang
bilang kalau ‘uang adalah akar dari segala kejahatan’, jadi waktu
kita mikir dan ngomong “Gue butuh duit!” atau “Gue mau
duit!” orang lain akan anggap kita ‘kurang mencerminkan orang
Kristen’.
Pengertian ‘uang adalah
akar dari segala kejahatan’ sendiri sebenarnya terambil dari
Alkitab. Di 1Timotius 6:10 tertulis: Karena akar segala kejahatan
adalah cinta uang.
Perhatikan kata-kata, ‘cinta
akan uang’ alias ‘nafsu akan uang’ alias ‘ketamakan’. Pada
saat kita merasa kita tidak pernah cukup, itu adalah saat dimana
segala kejahatan muncul. It actually starts in our heart and
thoughts, and it will blossom into our actions.
Karena kita butuh duit, kita
mengambil setiap kesempatan yang memungkinkan duit datang ke kita.
Sebab kita kuatir, siapa tahu kesempatan seperti itu tidak akan
datang lagi. But sometimes, a good opportunity is good, but it is
not God’s.
Hal tersebut sering sekali terjadi di keluarga kami. Sebagai seorang istri, gue punya gaji yang jauh lebih besar dari suami. Tapi sebenernya gaji gue pun juga ga gede. Cukuplah buat kebutuhan sehari-hari, ngga lebih. Kalo ada kebutuhan yang mendadak, abislah gaji gue, jadi kita benar-benar tidak punya tabungan. Kerjaan suami, sebut aja G, lebih ke pelayanan, urusan gereja, misi dan lain lain. Kita menghadapi beberapa kali tantangan iman dalam hal keuangan. Apalagi sehabis ngelahirin Aiden, putra tunggal kami (untuk sementara ini, hehe). Selama waktu itu, beberapa kali G dapat tawaran untuk kerja yang lain, selain pekerjaannya yang sekarang, sebagai manager dengan gaji yang lebih besar dari gue. Pada waktu itu ada saat dimana dia benar-benar merasa terdesak untuk menerima pekerjaan-pekerjaan tersebut. Karena sebagai seorang suami, pastilah dia ingin memenuhi kebutuhan keluarganya sebagai pencari nafkah. Apalagi dengan kondisi keuangan kami, akan sangat membantu sekali kalo G bisa dapet kerja dengan gaji yang lebih besar. Sebagai laki-laki dan seorang suami, siapa sih yang ga tergerak untuk mencukupi kebutuhan keluarganya? Dan gue yang harus mengingatkan G tentang calling kita. Gue ga nyalahin G kalau dia merasa terdesak untuk mengambil pekerjaan dengan gaji lebih besar, sebenernya dia juga tahu kalo itu bukan kehendak Tuhan. Dan gue yang harus ngingetin G beberapa kali pada saat kesempatan-kesempatan seperti itu datang, “Say, ga usah deh. Ingat, itu bukan panggilan kamu. Jadi harus kita lupakan.” Terkadang kalo gue yang goyah, gantian G yg ingetin.
Kita sudah tau panggilan dan
visi kita. Maka kalau ada pekerjaan-pekerjaan bergaji besar yang kita
tahu itu ga sesuai dengan panggilan dan visi kita (G harus
mengorbankan pelayanannya dan lain-lain) kita harus berkata tidak,
meskipun G sempet dikejar-kejar, diminta-minta untuk ambil pekerjaan
tersebut, karena bosnya suka sama karakternya dan mempercayainya. But
we stick to our faith in our calling. Sticking to what God has
put in our hearts.
Sebagai akibatnya, apa yang
terjadi? Ya, kita kekurangan uang. Betul, kita butuh uang. Dan
sebagai respon terhadap keputusan kita, yang terjadi adalah Tuhan
menghargai komitmen iman dan panggilan kita. Kita mengalami begituuu
banyakkk keajaiban! Salah satunya adalah waktu Aiden umur satu tahun
(skarang dia udah 2 tahun lebih). Kita lagi ga ada duit, gue sempet
bingung gimana mo beli susu Aiden. Eh tiba-tiba ada kenalan kita yang
nelpon en bilang mau menghabiskan stock susu bayi mereka. Jadi
susu-susu ini mau dibagi-bagiin. Dan orang tersebut ga tau susu Aiden
merek apa kan, tapi ternyata merek susunya sama persis dengan yang
Aiden minum, dan ngasihnya ga kira-kira lagi, yaitu kurang lebih
empat puluh kaleng susu!
Yang ibu-ibu pasti tau deh,
susu bayi itu harganya mahal bok! Nah ini udah mahal, dikasih
40 kaleng lagi, gratis!! Gue sampe bengong-bengong liat Tuhan
bekerja. Bayangkan, bisa aja Tuhan kepikir bikin mukjizat lewat
beberapa kaleng susu!!
Mukjizat yang terbaru adalah
soal tempat tinggal kita. Pembaca setia blog gue pasti udah
tau ceritanya. Gue selama ini di Spore selalu nyewa rumah. Setelah
menikah, setiap tahun kita pindah. Dan kita tinggalnya itu biasanya
di HDB, rumah susun pemerintah punya gitu. Yang kagak ada
fasilitas apa-apa. Kalo di Spore, ada berbagai tipe: HDB Flat,
Apartments, Condo, Landed House. Rumah susun HDB yang
paling murah. Tapi murahnya Spore ya tetep aja mahal, hehe. Yang
paling lengkap fasilitasnya adalah condo, ada kolam renang,
lapangan tenis, lapangan bulu tangkis, basket, tempat BBQ,
Jacuzzi… macem-macem lah.
Nah pas itu kita udah mepet
banget harus pindah dalam tujuh hari. Dan kita masih belon dapet
tempat, karena biaya sewa semakin mahal. Pilihan kita terbatas,
karena harus cari yang sesuai budget. Singkat cerita, pas udah
mepet-mepet begini, tiba-tiba kita ditawarin tinggal di condo
dengan harga sewa HDB! Itu ajaib banget! (Cerita
lengkapnya, silahkan baca blog gue: nelotte.wordpress.com,
yang judulnya, ‘Siapa Bilang Itu Mustahil’).
Artikel ini akan jadi
sangattt panjang kalo gue cerita satu-satu mujizat Tuhan bagi kita.
Banyak hal yang terjadi ama kita yang bener-bener campur tangan Tuhan
banget. His supernatural work yang orang laen ga bisa sangkal
adalah karya-Nya dalam keluarga kita.
Gue akhirnya ngerti Tuhan
lakukan itu semua untuk kita, karena Tuhan menghargai komitmen dan
keputusan kita. Ia tahu bahwa kita sungguh-sungguh bergantung
pada-Nya, bukan kepada bagaimana dunia berpikir tentang kita. Kita
putusin untuk ga ambil kerjaan dengan penghasilan besar karena kita
tahu itu bukan calling-Nya untuk kita meskipun kita menghadapi
berbagai kesulitan keuangan. Waktu kita memutuskan untuk
bersandar pada-Nya, kita mengijinkan Tuhan untuk melakukan mujizat
bagi kita.
Dulu waktu gue mau menikah
ama G, ada leaders gereja yang datang ke saya dan berkata,
“Kamu yakin sama dia? Nanti hidupmu akan susah, kamu harus kerja.
Mending kamu dapatin cowo yang udah mapan, dan sepadan statusnya sama
kamu.” Tapi saya tahu dan tahu bahwa G adalah pasangan yang berasal
dari Tuhan. Dan sepanjang pernikahan, meskipun kita menghadapi
kesulitan finansial, gue belajar banyaaakkk banget sebagai seorang
istri, sebagai hamba-Nya, gimana Tuhan bentuk karakter dan perilaku
gue terhadap uang dan dalam hal memberi. Satu hal yang gue
kagumi dari G adalah dia punya hati yang memberi banget. Gue belajar
dari dia banyak soal giving. Gue belajar dari kalimat
favoritnya buat keluarga kita, “Kita harus belajar untuk let go.
Saat kita tidak mempertahankan, disana kita akan mendapatkan kembali.
Bahkan berkali-kali lipat.”
Gue juga belajar jadi istri
yang punya gentle and quiet spirit. Apakah gue merongrong dan
menuntut suami untuk ngumpulin duit lebih lagi? Apa gue ngedumel saat
ngadepin kesulitan? Dan pelajaran yang terpenting untuk gue adalah,
“Pada saat gue bilang gue mau mempercayai-Nya, seberapa jauh gue
sungguh-sungguh mempercayai-Nya?” Kita selalu bilang Tuhan
adalah provider kita. Kita sudah seringkali mengalami
kesulitan keuangan dan kita selalu percaya Dia selalu mencukupi.
Pelajaran tersebut terus menerus diterapkan dalam keluarga kita. And
that’s where God build us... the next level of
faith, every time.
Kita tidak pernah menyesali
kita harus ngalamin ini semua, malah dengan semua yang sudah terjadi,
kita semakin mengenal karakter-Nya, dan sudah tentu karakter kita
juga. Apakah kita benar-benar mempercayai-Nya dalam hal keuangan? Dan
Tuhan juga semakin membuka diri-Nya bagi kita.
Gue ngerti beberapa orang
gak memahami bahwa inilah cara Tuhan bekerja di keluarga kami. Ini
bukan masalah kekurangan uang, tapi ini adalah bagaimana Tuhan
seringkali mencukupi keluarga kami. Kita melayani Allah yang
hebat, kita bersaksi tentang hal ini semua karena kita pengen
tunjukan betapa HEBATNYA TUHAN kita. Terkadang orang sering bilang
Tuhan itu hebat, tapi kita ga sungguh-sungguh memahami bagaimana
hebatnya Tuhan itu, sampe kita bener-bener ngalamin sendiri dan
memperoleh damai sejahtera yang lebih besar. Damai sejahtera yang
melampaui segala akal manusia. Damai sejahtera yang kita dapetin
karena kita mempercayai-Nya 100%.
Nah kenapa kita kok
mengalami kesulitan keuangan, padahal kita melakukan pekerjaan Tuhan
dan setia melayani? Bukannya kalo kita pelayanan, cari Tuhan, cari
dahulu kerajaan-Nya, kita akan dapat berlimpah-limpah?
Pasti ada rencana Tuhan
mengapa kita mengalami hal tersebut dan mengapa Tuhan ijinkan. There
is an eternal divine purpose. Yang lebih sering kita ngeliatnya
adalah bagaimana kejadian tersebut berdampak sekarang oleh situasi
tersebut, tapi sedikit yang kita pahami bahwa Tuhan pake situasi
tersebut untuk membuat banyak persiapan bagi panggilan dan masa depan
kita.
Panggilan kita ialah misi.
Oleh karena itu kita dibentuk seperti ini. Our level of faith.
Karena di bidang misi, kita dapat bersandar pada Tuhan. Mentor kami
sering bilang,
“Memang begini cara Tuhan
membangun keluarga dan iman kalian. It’s always about Radical
Faith. Nah itu sangat dibutuhin dalam misi.” Benar kita dapat
melihat pola bagaimana Tuhan membentuk keluarga kami sesuai dengan
rencana masa depan-Nya. Sebagai satu keluarga, Tuhan mau kita belajar
untuk percaya dan berserah 100% pada-Nya dan Tuhan lagi gunain
financial challenges untuk menjalankan rencana-Nya. Pasti ada
tantangan-tantangan di bidang laennya juga. Tapi tujuannya tetap
sama, seberapa besar kita mempercayai Tuhan. Karena di bidang misi,
berserah kepada Tuhan dalam segala hal adalah sangat krusial dan Ia
ingin kita belajar seperti tu sebelum Tuhan mengirim kami sebagai
pekerja full time di bidang misi.
Hal lain, saat gue
sebagai seorang istri mempunyai gaji yang lebih besar, gue
belajar tentang penyerahan total terhadap suami gue. Dan suami
gue belajar otoritas sejati terhadap gue. Terlepas dari masalah uang.
Kalo suami punya gaji lebih besar, sudah tentu hal yang biasa kalo
berasa atau punya otoritas lebih terhadap istri. Nah karena keadaan
kita terbalik, Tuhan ajarin kita makna dari penyerahan dan otoritas.
Karena kedua hal tersebut udah terkontaminasi oleh dunia, dua hal
tersebut biasanya diukur oleh berapa besar uang yang kita miliki
dibandingkan dengan orang lain. Liat aja gimana dunia bekerja.
Kebanyakan orang-orang yang lebih punya banyak duit bisa dengan
gampangnya mengatur orang lain yang lebih berkekurangan.
Gue bisa berserah kepada
suami berapapun jumlah penghasilannya karena gue punya financial
peace (not total peace yet karena masih dibentuk sih,
hehe). Gue punya financial peace karena gue tahu uang gue
berasal dari Tuhan, bukan dari suami, jadi gue gak
pernah nuntut suami untuk berpenghasilan lebih besar. Jadi ‘posisi’
kita dalm pernikahan bukan berdasar pada jumlah penghasilan. Uang
tidak berbicara dalam relasi kita sebagi suami dan istri, bertolak
belakang dengan sistem dunia.
Setelah mengalami semua ini,
we definitely know that God is our Provider, kita tidak perlu
khawatir atau bersungut-sungut. Itu yang kita namakan dengan
financial peace. Percaya seutuhnya dalam Tuhan bahwa Dia yg
bakal mencukupi, mau sampe mepeeeettt banget pun Dia pasti cukupin.
Meskipun pertolongan tidak datang pada waktunya pun, kita masih
percaya kalau Ia mencukupi segalanya.
Kenapa sepertinya
pertolongan-Nya tidak datang pada waktunya? Mungkin karena Tuhan
punya rencana lain. And it’s Ok with us, as who
can argue with Him what’s the best way for us? He knows better.
Yang penting adalah terus
jaga hati dan jaga iman baik-baik. Waktu kita merespon dengan baik
segala padang gurun yang kita sedang alami, the deliverance is
near.
Sebenernya I kinda
embrace the financial challenges from God, karena gue merasakan
dan menyaksikan karya ajaib-Nya lewat bermacam-macam cara. Gue
excited n looking forward how God will deliver us thru.
Deg-degan sih, tapi dengan cara-Nya yang ajab, Ia tidak pernah gagal
dan tidak pernah mengecewakan kita.
Tapi apa gue slalu dalam
peace in financial? Gak juga. Masih dalam proses. Kadang
sebagai manusia, daging lemah, sudah pasti masih ada rasa kuatir dan
lain lain. Gue tahu Tuhan akan memproses gue lebih lagi dalam hal
ini, sampai gue punya total peace in financial. Gak tau kapan,
tapi hal itu pasti akan terwujud. Tuhan terus memproses sehingga kita
bener-bener bergantung sepenuhnya dalam setiap hal pada-Nya.