by Alphaomega Pulcherima Rambang
Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia TUHAN telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara, sakit kusta. Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.”
(2 Raja-Raja 5:1-3)
Saat ini kita akan mengenal lebih dekat seorang anak perempuan yang hidupnya menjadi berkat bagi seseorang dari bangsa lain. Tidak disebutkan siapa nama anak perempuan yang menjadi pelayan istri Naaman ini di Alkitab. Umurnya pun tidak disebutkan dengan jelas. Alkitab hanya menyebutnya sebagai “anak perempuan”, jadi kemungkinan dia berusia muda, mungkin dibawah 20 tahun. Ia adalah orang Israel yang menjadi tawanan Naaman, seorang panglima Raja Aram. Sebenarnya ia bisa saja dendam pada Naaman yang telah membawanya keluar dari negerinya dengan paksa dan menjadikan dia budak. Tapi dia tidak dendam dan malah ingin Naaman sembuh. Dengan berani dia memberi saran kepada isteri Naaman untuk membawa Naaman kepada nabi Elisa, agar sang nabi menyembuhkannya dari penyakit yang merupakan aib tersebut. Melalui ketulusan dan kebaikan hatinya, Naaman, seorang perwira bangsa lain yang tidak mengenal Allah mendapatkan mujizat kesembuhan dan memuliakan nama Allah Israel. Pada akhirnya Naaman berkata:
“Sekarang aku tahu bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah, kecuali di Israel.”
(2 Raja-Raja 5:15)
Apa yang dapat kita pelajari dari anak perempuan yang menjadi hamba Naaman ini?
1. Tidak Pendendam dan Mau Mengampuni
Anak perempuan ini sudah menjadi tawanan orang Aram dan dijadikan budak. Seorang budak menjadi milik majikannya: mereka tidak punya hak apa-apa, mereka harus melayani tuannya, dan hidup di bawah belas kasihan tuannya. Bayangkan, di usia muda sudah harus hidup jauh dari orang tua, menjadi budak pula! Dia punya alasan untuk sakit hati dan menyimpan kepahitan kepada Naaman dan keluarganya. Lebih masuk akal kalau dia berkata, “Syukurin!” saat tahu bahwa Naaman terkena penyakit kusta. Tapi ternyata dia tidak melakukannya. Responnya saat mengetahui Naaman sakit malah menunjukkan kalau dia telah mengampuni dan tidak menyimpan dendam.
Jadiiii… Kalau kita berada pada posisi yang sama dengan anak perempuan ini, sakit hati dan ada kesempatan menertawakan penderitaan dia yang menyakiti kita, apakah kita akan merespon seperti orang pada umumnya, atau seperti si anak ini? Perhatikan apa kata firman Tuhan:
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:31-32)
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.
(Lukas 6:36)
Bermurah hatilah seperti anak perempuan ini dan lepaskanlah pengampunan bagi orang yang menyakitimu. Anak perempuan ini sudah bermurah hati seperti Bapa di sorga, bagaimana dengan kita?
2. Dapat Dipercaya
Istri Naaman dengan segera menyampaikan perkataan anak perempuan pelayannya ini kepada suaminya, dan sang suamipun segera menyampaikan kepada Raja Aram. Tentunya mereka berbuat demikian karena mereka mempercayai anak perempuan ini; kalau tidak, mana mungkin mereka meresponnya dengan serius. Di zaman ini, kepercayaan menjadi barang yang langka. Maukah kita juga menjadi orang yang dapat dipercaya? Orang pintar banyak, tapi bagaimana dengan orang yang dapat dipercaya? Sedikit! Firman Tuhan berkata bahwa orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman (Amsal 28:20). Kita harus dapat dipercaya oleh Tuhan dan manusia. Bagaimana caranya?
- Setia dan bertanggung jawab sekalipun dalam perkara yang kecil (Lukas 16:10).
- Lakukan segala sesuatu dengan segenap hati seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23).
- Tetap konsisten dengan prinsip kita, baik ada atau tidak ada orang yang melihat.
3. Memiliki Belas Kasihan
Penyakit kusta membuat seseorang dihindari oleh orang lain. Ketika kita bertemu dengan orang yang butuh pertolongan, kiranya kita tergerak untuk menolong dengan tidak egois. Anak perempuan itu merasa kasihan terhadap tuannya yang terkena penyakit kusta. Dia menginginkan tuannya sembuh, sehingga dia memberikan informasi yang diketahuinya kepada istri Naaman. Ia memiliki belas kasihan. Belas kasihan adalah kehendak Allah bagi setiap orang percaya:
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.
(Matius 9:13)
Seringkali kita juga melihat dalam Injil bahwa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan.
Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.”
(Markus 1:41)
Pertanyaannya, apakah kita juga mau digerakkan oleh belas kasihan dan melakukan sesuatu bagi orang lain? Belas kasihan memampukan kita bersukacita dengan orang yang bersukacita dan menangis dengan orang yang menangis (Roma 12:15). Belas kasihan membuat kita melakukan tindakan yang bisa kita lakukan dan merespon kebutuhan seseorang—termasuk yang tak terucapkan—untuk meringankan penderitaan mereka. David Roper berkata: “Temukanlah berkat Allah dengan memperhatikan orang yang lemah.” Maukah kita menemukan berkat Allah dengan berbelas kasihan kepada mereka yang lemah?
4. Beriman kepada Allah
Anak perempuan ini beriman kepada kuasa Allah. Dia percaya Allah bekerja melalui nabi-nabi-Nya, sehingga dengan penuh keberanian dia menyampaikan tentang nabi yang bisa menyembuhkan penyakit Naaman. Anak perempuan ini tidak berpikir, bagaimana kalau nabi yang dikatakannya ternyata tidak dapat menyembuhkan tuannya? Dia hanya percaya. Dia melakukan tindakan iman.
Ada sebuah ayat yang indah tentang iman yang aku sukai. Ayatnya berbunyi demikian:
Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”
(Yohanes 11:40)
Anak perempuan ini mungkin tidak pernah mendengar ayat ini, tapi kemuliaan Allah sungguh dinyatakan karena imannya.
***
Dari anak perempuan ini, kita belajar:
- Dalam segala kesempatan kita dapat melayani Tuhan, bahkan dalam situasi yang menyakitkan.
- Allah mengizinkan penyakit, kesukaran, masalah, dan penderitaan terjadi agar Allah dapat dimuliakan.
- Lakukan hal kecil dengan kesetiaan yang besar. Kita tidak pernah tahu dampak dari apa yang kita perbuat. Anak perempuan ini tentu tidak menyangka ‘hal kecil’ yang dilakukannya menjadi berkat bagi seseorang yang tidak mengenal Allah.