Monday, December 11, 2017

The Real Christmas Tradition



by Poppy Noviana

Hi Pearlians, bulan Desember ini biasanya identik dengan perayaan Natal dan tahun baru. Bulan ini penuh dengan rencana liburan, kumpul bersama keluarga dan tukar kado dengan orang-orang yang kita kasihi. Ngga salah sih, tapi sayangnya masih ada diantara kita yang salah fokus untuk menghidupi makna Natal itu sendiri, misalnya kita lupa bahwa Natal adalah Kasih yang berkorban, karena Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk memperbaiki hubungan Allah dan manusia yang terpisah karena dosa. Banyak diantara kita yang saat ini merayakan Natal dengan fokus pada hal-hal yang tidak esensial, contohnya: mengharapkan baju baru/kado/liburan/makanan spesial. Bagaimana menurut kalian? faktanya mengasihi diri sendiri saat Natal itu nyata loh.

Tahun ini adalah musim yang cukup berbeda bagiku secara pribadi. Masalah keluarga yang tidak kunjung selesai membuat kumpul bersama keluarga besar tidak dilakukan. Tidak ada pula pesta anak-anak sekolah minggu yang meriah dan menarik untuk disaksikan karena pilihanku melepaskan pelayanan sekolah minggu sejak semester dua ini. Juga tidak ada lagi tukar kado dikalangan sesama pekerja dalam pelayanan, tidak ada lagi makanan spesial yang kuharapkan muncul saat Natal karena sekarang aku memilih untuk hidup mandiri dan berpisah dengan orangtua. Sebuah keadaan yang berbeda, namun di sisi lain hal ini membuatku lebih dalam lagi merenungkan bahwa Christ is enough for me. Bagiku Tradisi Natal adalah sebuah kebiasaan yang mungkin menyenangkan tapi tidak bersifat wajib dan kekal. Tradisi hanya alat yang membantuku lebih mudah memaknai arti kehadiran Yesus di dunia. Jadi, ada atau tidak ada tradisi perayaan Natal seharusnya tidak menjadi persoalan.

Lantas Natal macam apa yang saat ini kuinginkan? Harapanku Natal tahun ini, Allah Bapa memenuhi hatiku dengan Roh Kudus yang dapat menghibur, menguatkan dan memberi kemampuan mengasihi, mengampuni, berbagi, dan berkontribusi positif dalam lingkungan dimana aku dibuang Tuhan. 

Meskipun tidak sama seperti apa yang Allah sanggup lakukan bagiku, namun aku menghargai perbuatan-Nya sampai hari ini dalam hidupku secara pribadi. Natal yang sejati adalah ketika hidupku menghidupi arti kehadiran-Nya, bukan menghidupi keinginanku sendiri. So Pearlians yang terkasih, berbahagialah sebab perayaan Natal tidak dibatasi oleh kondisi ekonomi, kondisi keluarga, kondisi keberadaanmu dan statusmu di masyarakat. Jadi ciptakan tradisi Natal dari sudut pandangmu memaknai Natal itu sendiri. Hargai kehadiran-Nya dan keputusan-Nya untuk datang ke dunia, sebagai sebuah Kasih termulia yang menginspirasimu untuk melakukan hal yang sama, kepada barangsiapa yang lupa atau bahkan belum pernah mengenal-Nya. 


Ini tradisi Natalku, mana tradisi Natalmu?

Silahkan bagikan dan lakukan tradisi Natalmu tanpa kehilangan fokus atas esensi natal itu.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
(Yohanes 3:16-17)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^