by Tabita
Baca artikel sebelumnya di sini.
Who am I? menggambarkan bahwa manusia—termasuk kita—rapuh seperti rumput dan uap air. Iya. Bahkan Rasul Petrus juga menuliskan hal yang sama dalam 1 Petrus 1:24. Itu artinya, kita rentan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan luka dan kepahitan. Sekuat-kuatnya kita, kerapuhan itu bisa menyerang tanpa disadari -.-“
Kenapa sih, kok bisa kaya’ gitu?
Tahukah Pearlians, bahwa kerapuhan itu disebabkan dosa? Sejak manusia (dari Kong Adam dan Mak Hawa) ingin menjadi sama seperti Allah—yang kemudian menyebabkan rentetan dosa berikutnya, saat itulah dosa muncul (Kejadian 3). Syukur pada Allah; Dia nggak tinggal diam :) Allah segera merencanakan karya keselamatan yang digenapi dalam kelahiran Yesus beribu-ribu tahun kemudian (Kejadian 3:15, dan dalam banyak nubuatan para nabi). Tapi yang nunggu karya-Nya nggak cuma Kong Adam, Mak Hawa, dan anak-anak mereka. Nggak. Tapi sampai ke Abraham, Ishak, Yakub, bangsa Israel, dan... semua orang yang pernah, sedang, dan akan hidup di dunia ini! Wah, padahal butuh berapa tahun tuh, buat nungguin janji Allah itu? Bahkan nggak ada jaminan mereka akan tetap hidup di dunia sampe Sang Juruselamat hadir. Yeah, kesetiaan Allah emang nggak ada batasnya :) He is faithful, even there is no one beside us.
Natal berbicara tentang kesetiaan Allah yang dibuktikan melalui kelahiran seorang bayi yang disebut Imanuel itu
Kalo Allah mikir, “Ya elah. Ngapain ya, Aku repot-repot nyelametin manusia? Ha tinggal auto-delete aja! Trus bikin baru,” aku dan Pearlians nggak akan ada seperti sekarang ini :p Kalopun ada, tentu dengan format yang berbeda (baca: tanpa dosa haha). Tapi ternyata Dia nggak ngelakuin ini. Alasannya apa nggak tahu, sih... Itu juga jadi salah satu pertanyaan terbesarku hehe. Nanti kalo udah ketemu di sorga sono mau tanya ah wahahaha...
Tapiiii, seindah-indahnya sebuah rencana, tetep akan ada kendala kalo pihak yang terlibat di dalamnya nggak paham sama rencana tersebut. Ya, kan? Well, itu pula yang (mungkin) Allah alami saat akan mengeksekusi rencana karya keselamatan ini. Maria sama Yusuf awalnya nggak paham sama maksud Allah saat merekalah yang terpilih untuk menjadi orang tua Yesus selama Dia di dunia.
Yusuf hampir saja menceraikan Maria secara diam-diam (Matius 1:18—19); tapi malaikat Tuhan segera mendatanginya dalam mimpi dan menjelaskan bahwa Yusuf akan menjadi salah satu pihak yang berperan besar dalam karya penyelamatan manusia. Coba bayangin; kalo seandainya Yusuf cuma ngandalin kekuatan dan pemikirannya sendiri, pasti alur karya keselamatan akan berbeda dari yang udah sering kita dengar. But thanks God; Yusuf tetap taat kepada Tuhan. Karya keselamatan itu berlanjut pada kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus ke sorga.
Maria pun mengalami hal yang sama. Tentu ada tekanan fisik (aku pernah denger, usia Maria waktu mengandung Yesus adalah sekitar 12—13 tahun! Setara sama anak SMP! :O *shock) dan psikis (gimana nggak stres kalo digibahin (digosipin) sama masyarakat waktu itu? Bahkan dia juga terancam hukuman mati karena dianggap hamil dengan orang yang bukan suaminya!!). Apa Maria udah memperkirakan hal itu sebelum berkata, “...aku ini hamba Allah, jadilah padaku menurut apa yang Kau kehendaki”? Hmmm... menurut sih, udah :) Aku yakin, Maria tahu bahwa Allah pasti akan melindunginya. Like what I always say to my friends, “Ketika Tuhan memulainya melalui kita, Dia juga akan menyelesaikannya dengan cara yang sama.” Kenapa aku bisa seyakin ini? Karena Allah yang mempercayakan “tugas besar” pada Maria adalah Allah yang sama dengan Dia yang memanggil Abraham untuk keluar dari Ur Kasdim dan menuju ke tanah Kanaan—Tanah Perjanjian itu. Dialah Allah yang mengutus Musa untuk membawa bangsa Israel kembali dari Mesir ke Tanah Perjanjian yang telah Allah berikan pada nenek moyang mereka beratus-ratus tahun sebelumnya.
Oya. Masih ada satu poin lagi yang akan kita pelajari, nih. Stay tuned on Pearl’s blog, ya! :) See you!
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^