by Yunie Sutanto
Menyambut Natal, tidak ada salahnya kita memiliki tradisi Natal bersama keluarga, apalagi jika tradisi itu sebagai upaya menyatakan dan mengingat kasih Kristus. Tradisi bisa menjadi upaya merajut tali silaturahmi dan menunjukkan wujud kasih Kristus dalam hidup keluarga kita. Contoh-contoh tradisi keluarga Kristen umumnya: Tradisi ibadah Natal keluarga, ngumpul makan malam bersama, tukar kado dan sebagainya.
Kalau keluarga anda merupakan Kristen generasi pertama, mungkin belum memliki tradisi Natal keluarga. Mulailah membangun tradisi yang bisa merefleksikan Kristus. Tradisi yang tak merefleksikan Kristus dan tidak esensi, seperti berciuman di bawah mistletoe, menggantung kaus kaki, dan sebagainya bukan sebuah keharusan. Kalau keluarga saya, kami memilih ngedapur bareng, memasak sajian Natal!
Menurut saya ngedapur bareng merupakan tradisi yang layak dibangun. Sembari menyiapkan hidangan, dapur bisa menjadi ajang bagi para wanita lebih muda untuk berguru dari wanita yang lebih tua. Berguru berbagai hal, tak semata ilmu memasak, sebab ngedapur itu berpotensi menimbulkan curhat antar generasi: antara nenek dan cucu, antara ibu dan anak, curhatan yang bisa menjadi memori yang berharga untuk dikenang. Kesaksian hidup mengikut Kristus bisa dibagikan sembari tangan-tangan penuh tepung, keringat bercucuran, dan aroma masakan mengepul.
Bagi generasi yang lebih tua, inilah kesempatan menularkan nilai-nilai lewat berbagi kisah pengalaman hidup, berbagi pengalaman iman, sembari mengolah bumbu. Komplit deh! Nasehat praktis memasak plus petuah kehidupan! Saya termasuk salah satu yang sedang membangun tradisi ini bersama anak-anak. Ngedapur bareng sambil curhat ngalor ngidul tentang masa kecil dan bagaimana berjumpa Yesus.
The problem is... Tak semua keluarga memasak full course Christmas dinner, ada yang memilih pesan antar saja atau makan di resto. Masih bisakah ngedapur bareng?
Tetap bisa dong, upaya ngedapur bisa terwujud dengan membuat bersama hidangan penutup khas Natal. Bagi Pearlians, andaikata ada yang mulai tergoda untuk memulai tradisi ngedapur bareng, ayo dipilih menu-menunya! Resepnya bisa dicari di Google atau buku aneka masakan Natal yang banyak dijual.
Hayo, yang lagi bingung memilih menu apa yang mau disajikan untuk makan malam Natal bersama keluarga, bisa mencoba resep hidangan penutup ini:
Klappertart: Tradisi Kuliner Natal di Manado
Klappertart, hidangan yang banyak disangka khas Manado ini, ternyata merupakan salah satu kuliner warisan dari Belanda. Klappertart yang berarti kue kelapa ini dibawa resepnya oleh orang Belanda. Cara memansaknya pun ragam variasinya, ada versi panggang dan versi tidak dipanggang. Menu hidangan penutup ini merupakan salah satu hidangan Natal dalam tradisi Natal Manado.
Bahan A:
500 ml air kelapa
150 ml susu kental manis
1000 ml susu cair
500 ml air
100 gr gula aren bubuk
150 gr terigu
3 sdm maizena
Bahan B:
2 kuning telur
200 gr mentega cair suhu ruangan
1/2 sdt garam
1/2 sdt vanili essence
Bahan C:
2 kelapa muda, kerok isinya, pilih yang dagingnya agak keras agar tidak terlalu hancur saat dipanggang
75 gr kismis
75 gr almond cincang
2 sdm rum
Taburan:
2 sdt bubuk kayu manis
Cara Membuat:
- Campur bahan A dalam wadah, ayak dulu tepung terigu, maizena dan gula aren bubuk. Baru bertahap tambahkan yang lain.
- Dalam wadah terpisah,campur bahan B
- Campur Bahan A dan B
- Masak di atas api sedang, sambil diaduk terus hingga adonan agak oekat mengental, matikan api
- Tambahkan Bahan C , aduk merata
- Siapkan adonan ke dua buah loyang brownies* , beri taburan kayu manis bubuk
- Panaskan oven api sedang, Panggang 25 menit
- Sajikan setelah didinginkan di lemari es
*) Bisa juga ditaruh di wadah aluminium foil atau wadah panggang kecil-kecil, diameter 5 cm
Kata Yesus kepada mereka:
“Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.
(Yohanes 6:35)
wah keren tulisan dan idenya....
ReplyDeletethanks udah jadi berkat lewat tulisan artikel ini ya bu. GBU and fam always.