Friday, August 31, 2018

Jesus Plus




by Glory Ekasari

“Hai orang-orang Galatia yang bodoh!” 

Kalimat itu galak sekali kedengarannya ya. Itulah yang dikatakan Paulus, yang jengkel karena jemaat Galatia begitu gampang dikibuli dengan injil palsu. Ada pengajar-pengajar yang datang ke Galatia, seakan-akan mereka mengajarkan sesuatu yang baru, pewahyuan yang baru, padahal yang mereka ajarkan itu adalah ajaran sesat. 

Mereka tidak berkata, “Gak usah ikut Yesus lagi!” Oh no, gak segamblang itu. Mereka masih memakai nama Yesus, masih menyebut diri Kristen. Mereka hanya memberikan tambahan. “Iman kepada Yesus itu bagus,” kata mereka, “tapi tentu hal-hal ini tidak boleh kita abaikan.” Lalu mereka mulai membuat daftar hal-hal apa yang mereka maksud. 
  • Harus berbahasa roh. 
  • Harus membuat barang/bangunan dengan bentuk tertentu, dan bila tidak, maka “Tuhan tidak berkenan.” 
  • Harus memelihara tanggal-tanggal tertentu (semakin “Yahudi” nama harinya, semakin joss). 
  • Harus teguh berpegang pada ajaran pendeta tertentu. 
  • Harus mengikuti aturan tambahan ini itu tentang ibadah. 
Nah, kalau mengikuti itu semua maka kamu jadi lebih rohani dari orang lain. Mereka semua duniawi! Kalau mereka tidak ikut ajaran kita, maka hancurlah hidup mereka. 

Paulus geleng-geleng kepala. “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,” katanya, “yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Galatia 1:6-7). Dengan kata lain, “Apa kamu gak tau isi Injil? Kenapa begitu gampang disesatkan?” 

Injil berarti kabar baik. Orang yang menerima kabar baik itu menerima kemerdekaan; beban perbudakan yang selama ini menghimpit dia dilepaskan, dan dia dibebaskan. Di dalam Kristus ada kemerdekaan, dan kita hanya bisa connect kepada Kristus lewat satu jalan yang ditentukan-Nya sendiri, yaitu iman. Justru karena perbuatan baik tidak cukup, dan ketaatan pada Hukum tidak cukup, maka kita hanya punya satu jalan terakhir: merendahkan diri dengan memohon belas kasihan kepada Tuhan. Inilah yang namanya iman: percaya penuh, bukan pada apa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan, tetapi akan apa yang sudah Tuhan lakukan untuk kita. 

Lha bagaimana kalau kita lalu diajari bahwa iman itu tidak cukup? Bahwa Tuhan menuntut kita berbahasa roh, harus terima urapan tertentu dulu, harus berbuat ini dan itu dulu, harus ikut pendeta ini atau itu dulu, baru kita bisa selamat? Itu namanya bukan Injil lagi, karena itu bukan lagi kabar baik. Itu adalah kabar buruk! 

Inilah yang membuat Paulus marah. Ada orang-orang yang memutarbalikkan Injil, dan membuatnya menjadi beban baru bagi orang-orang yang dengan tulus mencari keselamatan. Dengan keras ia berkata, “...sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia!” (Galatia 1:8). Apa yang seharusnya merupakan anugerah Allah, malah diubah menjadi beban yang tidak tertanggungkan. 

Saya sering menyebut injil palsu semacam itu sebagai ajaran Jesus plus. Yesus, plus perbuatan baik supaya diselamatkan. Yesus, plus bahasa roh. Yesus, plus minyak urapan. Yesus, plus adat Yahudi (seperti yang dialami jemaat Galatia). Dst, Yesus di-plus-kan dengan berbagai macam hal sesuai ajaran mereka yang menyesatkan. Kalau kita perhatikan, ada ciri-ciri dari ajaran semacam ini:

1. Ketuhanan Yesus diminimalisir. Lama-lama, bisa juga malah dihilangkan.
Kekristenan sejati berpusat pada Yesus Kristus. Semua yang kita ikuti berasal dari dia. Nah kalau Yesus terlalu dominan (sebagaimana mestinya), di mana tempat buat “plus”-nya itu? Akhirnya peran Yesus harus dikurangi supaya ada tempat bagi tambahan ajaran yang beraneka ragam. Yesus juga salah satu pengajar paling keras dalam Alkitab (sebagai gambaran, orang yang paling banyak berbicara tentang neraka di Alkitab adalah Yesus), dan seringkali pemikiran para pengajar sesat tidak cocok dengan Yesus. Karena itu Yesus dikecilkan dalam pengajaran mereka. 

2. Pengkultusan individu selain Yesus.
Selalu ada tokoh yang menjadi saingan Yesus; “mesias lanjutan” atau nabi lanjutan atau orang yang diberi wahyu khusus. Merekalah yang harus didengarkan. Biasanya akan ada kitab/set pengajaran tambahan. Kembali ke nomor satu di atas, memang kalau mereka tidak mengecilkan keutamaan dan ketuhanan Kristus, mereka tidak punya tempat bagi individu lain yang diagung-agungkan ini. 

3. Banyak bagian dari ajarannya yang bergantung pada hal-hal lahiriah.
Kekristenan sejati itu inside out - ketika terjadi perubahan roh dan karakter di dalam maka yang di luar ikut berubah. Sebagai contoh, orang yang tadinya pemarah dan pendendam, setelah lahir baru menjadi orang yang sabar dan pemaaf. Apa yang terjadi di dalam dia (lahir baru) terwujud dalam perbuatannya kepada orang lain (sabar dan memaafkan). Tetapi ajaran sesat itu outside in; maka yang diatur-atur adalah cara berpakaian, makanan, hari-hari raya, dsb hal-hal yang sifatnya jasmaniah, menjadi syarat yang akan mempengaruhi kerohanian mereka. Ini adalah ajaran orang Farisi, bukan ajaran Yesus. 

Lalu bagaimana agar kita tidak terjebak dalam Jesus plus? Tidak ada cara lain, kita harus mengenal Injil yang sejati, Yesus yang sejati, sesuai yang ditulis dalam Alkitab. 

Saya pernah mendengar pengalaman orang yang pergi ke Eropa dengan tas branded palsu. Sesampainya di bandara di Eropa, ada seorang petugas yang segera minta orang ybs mengeluarkan isi tasnya, lalu tas branded palsunya itu disita dan digunting! Mengapa demikian? Karena mereka tidak mau barang palsu, counterfeit, masuk ke negara mereka; itu merugikan industri barang mewah mereka. Tapi bagaimana mereka tahu yang mana yang palsu? Sederhana: mereka kenal yang asli; mereka tahu ciri-cirinya di luar kepala. Sekali melihat, mereka langsung bisa menilai barang itu asli atau palsu. 

Apakah kita mengenal Yesus? Apakah kita mengerti apa yang membuat kita diselamatkan? Jangan-jangan selama ini kita masih saja berpikir bahwa orang harus banyak berbuat baik, hormat leluhur, dll, supaya bisa selamat? Jangan sampai kita jadi sasaran empuk para penyesat. Mari kenali Yesus yang sejati, yang ditulis dalam Alkitab. Kenali yang asli, dan kita tidak akan tertipu dengan yang palsu.

1 comment:

  1. Actually saya sedang bingung banget membaca tulisan ini.... mudah mudahan anugerahNya memberikanku pengenalan akan siapakah Yesus itu....

    ReplyDelete

Share Your Thoughts! ^^