Monday, August 6, 2018

A Single Woman in Ministry



by Marcella Flaorenzia 

Aku lahir dalam keluarga Kristen, dan telah menjalani kehidupan sebagai seorang wanita single selama ± 26 tahun. Aku mulai sungguh-sungguh lahir baru dan terlibat dalam pelayanan gereja ketika SMP. Lulus dari SMA, untuk memenuhi panggilan Tuhan, aku juga langsung melanjutkan pendidikan ke sekolah theologia alias sekolah Alkitab, dan kemudian memberi diri untuk melayani sebagai seorang youth pastor (Pdm.) pada usia 23 tahun. Jadi bisa dibilang, hampir sebagian besar hidup aku dihabiskan di dalam dunia gereja and pelayanan. Hehe...

But aku bener-bener bersyukur, karena lewat dunia gereja and pelayanan inilah aku bisa belajar begitu banyak hal. Salah satunya adalah tentang relationship :) Dulu aku termasuk orang yang agak susah untuk bergaul, karena latar belakang keluarga yang membuat aku jadi seorang yang minder dan tertutup (mungkin bisa dibilang kuper kali ya, alias kurang pergaulan :p) Di sekolah, aku termasuk golongan orang yang pendiam dan pemalu. Pokoknya beda banget ama aku yang sekarang. Haha... Tapi sejak aku mulai terlibat dan tertanam dalam satu gereja lokal (yang masih terus menjadi gereja lokal aku sampe saat ini) dan dengan anugerah Tuhan juga pastinya, aku mulai belajar untuk bergaul and berinteraksi dengan orang lain.

Ada beberapa hubungan penting yang aku temukan ada di dalam dunia gereja dan pelayanan, yang perlu untuk aku maintain juga pastinya, dan hubungan-hubungan inilah yang udah banyak membentuk hidup aku sampe saat ini :)

1. Hubungan dengan Otoritas
Percaya gak percaya, aku ini termasuk orang yang keras kepala and susah buat taat atau tunduk, apalagi kalo aku uda pegang prinsip tertentu, rasanya udah gak bakal ada yang bisa mengubahnya. Haha... Dalam satu sisi, itu memang bagus, punya prinsip dan gak gampang berubah. But di sisi yang lain, Tuhan juga mau supaya aku bisa punya hati yang lemah lembut dan mau diajar. Nah, salah satunya adalah melalui otoritas, yaitu pemimpin-pemimpin rohani yang Tuhan tempatkan di atas hidup aku: gembala sidang, para mentor, pemimpin komsel, dll. Melalui mereka, aku belajar tentang ketaatan dan mendengar suara Tuhan. Dan suatu hari, hal ini bakal berguna juga, kalo aku udah punya suami kelak :)

Memang gak ada pemimpin yang sempurna, tapi inget apa kata Firman Tuhan:

“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.”
(Ibrani 13:17a)

Sebelum Tuhan angkat kita menjadi seorang pemimpin, kita harus memiliki hati yang rela untuk dipimpin. Aku belajar untuk selalu tanya mereka sebelum aku mengambil suatu keputusan tertentu, misalnya sebelum aku mutusin untuk terlibat di satu pekerjaan/pelayanan tertentu, waktu aku mau lanjutin sekolah, atau bahkan sebelum aku mutusin untuk bangun hubungan dengan lawan jenis, mereka selalu terlibat di dalamnya. Ada saatnya aku keras kepala, apalagi sebagai seorang single aku terbiasa untuk selalu ambil keputusan sendiri. But aku selalu inget kalo Tuhan juga bisa berbicara kepada kita lewat otoritas, and ketaatan pasti akan menghasilkan buah yang baik :)

So, gimana hubungan kamu dengan otoritas rohanimu saat ini? Apa kamu sering bandel and gak mau taat sama mereka? Coba perbaiki hubunganmu dengan mereka... Show your love and respect to them.

“And now, friends, we ask you to honor those leaders who work so hard for you, who have been given the responsibility of urging and guiding you along in your obedience. Overwhelm them with appreciation and love!”
(1Thessalonians 5:12-13, MSG)


2. Hubungan dengan Rekan Pelayanan
Sejak terlibat dalam sebuah gereja lokal, aku mulai ngerti tentang yang namanya komunitas. Bukan cuma sekedar dateng ke gereja lalu pulang, tapi bener-bener saling kenal satu sama lain. Bukan cuma jadi temen biasa, tapi bener-bener jadi kayak keluarga and saudara seiman. Memang lebih mudah buat orang-orang seperti aku yang bergereja lokal di sebuah gereja yang kecil. Tapi gak menutup kemungkinan buat kalian yang bergereja lokal di gereja yang besar. Usahakan kalian terlibat di dalam komsel (kelompok kecil) mereka atau persekutuan lainnya, selain ibadah di hari Minggu.

Tapi ingat, sebagai seorang wanita single, kita juga harus punya batasan tertentu, khususnya dalam hubungan dengan lawan jenis. Jangan sampai hubungan yang diawali dari pelayanan yang murni malah jadi berakhir dalam ketidakkudusan atau sakit hati.

Berikut ini ada beberapa contoh batasan hubungan yang aku pakai selama dalam pelayanan: 
  • Tidak membangun hubungan yang eksklusif dengan seorang pria (kontak atau curhat masalah pribadi), baik pria single maupun yang udah menikah.
  • Berusaha untuk tidak pergi pelayanan berduaan. Ajak teman yang lain, atau pergi sendiri mungkin lebih baik. Hehe...
  • Selalu cerita ke pemimpin rohani kalo kita mulai naksir seseorang, atau kalo ada yang lagi PDKT, supaya mereka bisa menjaga kita.
  • Meskipun kita anggep mereka seperti saudara, tetep aja kita harus punya batasan secara fisik. Jangan biarin mereka sentuh kita sembarangan, demikian juga sebaliknya. Jangan buka celah buat iblis masuk ya... Tetep jaga kekudusan :)
“Don’t be harsh or impatient with an older man. Talk to him as you would your own father, and to the younger men as your brothers. Reverently honor an older woman as you would your mother, and the younger women as sisters.”
(1Timothy 5:1-2, MSG)


3. Hubungan dengan Anak Rohani
Yang terakhir adalah hubungan dengan anak rohani, atau orang-orang yang kita layani. Hal ini sepertinya akan lebih banyak dibahas oleh ci Lia dalam artikelnya mengenai mentor rohani. Tapi aku akan coba bahas sedikit di sini.

Hubungan dengan anak rohani adalah salah satu hubungan yang bisa membuat aku bertumbuh, karena selain bergaul dengan mereka, aku juga perlu bertanggung jawab dan menjadi teladan buat mereka. Sekali lagi, semua anak rohani aku adalah wanita. Aku menghindari mentoring atau pembinaan rohani secara pribadi dengan pria. Jadi kalo ada pria yang perlu dilayani, aku serahin mereka ke para mentor pria, karena itu bakal jauh lebih sehat :)

Anyway, sebagai seorang pemimpin rohani kita perlu untuk me-maintain hubungan kita dengan anak-anak rohani, sama seperti orang tua dan anak. Seringkali kita harus punya inisiatif untuk tanya kabar mereka, ajak mereka ketemu, doakan mereka, dsb. And mumpung masih single, kita bisa punya lebih banyak waktu untuk hang-out bareng mereka. Invest your time! Suatu hari kita akan lihat, semua yang kita tabur untuk hidup mereka gak akan pernah sia-sia... :)

“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
(1Timotius 4:12)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^