By Felisia Devi
Pertama kali menggali Alkitab tentang wanita di Amsal 31, saya berpikir wanita tersebut adalah gambaran wanita yang hidupnya almost perfect. Wanita tersebut sepertinya hampir bisa melakukan segala sesuatu dan mendapatkan banyak hal juga dalam hidupnya. Ia berbuat baik, disenangi orang, aman, terkendali, perencanaannya smart, dan produktif banget. Timbul juga pertanyaan di benak saya, “Apa ada ya wanita se-wow itu di dunia? Klo ada, bisa ngga ya saya menjadi seperti wanita ini dan kapan hal itu terjadi dalam hidup saya?” Masalahnya, saya merasa pribadi saya jauh banget dari gambaran wanita Amsal 31 ini.
Saya rasa bukan hanya saya sendiri yang pernah merasa seperti itu.
Wanita dalam Amsal 31 sepertinya cuma ada dalam cerita Alkitab, bukan
tokoh nyata. Tetapi, seiring perjalanan saya bersama Tuhan, saya
semakin mengerti bahwa wanita Amsal 31 ditulis bukan hanya sebagai
tambahan cerita Alkitab, impian atau angan-angan belaka. Tuhan
menuliskan kebenaran itu karena memang itulah kebenaran dan Tuhan
tahu bahwa setiap wanita-wanita-Nya bisa menjadi seperti apa yang
tertulis dalam Firman-Nya.
Bagaimana cara untuk menjadi wanita seperti yang Allah mau? Saya
sendiri juga belum 100% seperti wanita yang Allah mau, tapi saya mau
belajar menjadi wanita yang Ia kehendaki. Yang namanya belajar pasti
tidak lepas dari proses dan proses itu tidak langsung jadi. Proses
menjadi wanita Amsal 31 tidak instan.
Menjadi wanita yang Allah inginkan berarti Allah yang punya gambaran
atau hasil akhir seperti apa. Itu juga berarti Allah yang punya cara
bagaimana kita bisa menjadi wanita seperti yang Allah mau.
Bagaimanapun, Allah tidak akan membiarkan kita menjalani proses
tersebut sendirian. Dia akan menuntun dan mengajar kita lewat
kehidupan kita sehari-hari.
“Semua
yg tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk
mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah dan
untuk menjaga manusia supaya hidup menurut kemauan Allah (BIS)”
(2 Timotius 3:16)
Setiap proses biasanya diwarnai dengan tantangan atau kesulitan.
Tantangan terbesar dalam proses ini biasanya karena fokus kita saat
menjalaninya bukanlah Tuhan, tapi justru hal lain, misalnya:
pencapaian kriteria-kriteria-Nya untuk menuai pujian bagi diri
sendiri. Tuhan mau kita memiliki fokus hanya kepada Dia, bukan
kepada hal lain. Dengan berjalan dalam kebenaran-kebenaran-Nya day
by day, otomatis hal itu akan berbuah dalam hidup kita.
“Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan
lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan juga
kepadamu” (BIS)
(Matius 6:33)
Saya sendiri mengalami, saat saya hanya fokus pada pencapaian
kriteria, maka saya merasa hal itu sulit banget bahkan seperti tidak
mungkin dilakukan. Tapi, setelah saya mengalihkan fokus saya dari
kriteria kepada Tuhan, membangun hubungan dengan Dia, taat melakukan
kebenaran-kebenaran-Nya, otomatis hubungan saya dengan Tuhan
menghasilkan perubahan dalam hidup saya. Setelah saya flashback
beberapa tahun lalu, apa yang awalnya menurut saya ngga mungkin
ternyata mungkin loh, saya mulai menjadi pribadi yang menghidupi
kriteria dalam Amsal 31.
Perubahan merupakan hal yang sangat mungkin sekali terjadi dalam
Tuhan. Bukan hal yang mustahil bagi Tuhan untuk mengubah kita menjadi
gambaran wanita Amsal 31. Asal kita fokus kepada Tuhan dan melakukan
kebenaranNya, Tuhan sendiri yang perlahan-lahan membawa kita menjadi
wanita dalam Amsal 31.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti
ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku”
(Yohanes 15:4)
Teman-teman, coba bayangkan, gimana kalau seorang wanita sanggup
melakukan banyak hal seperti Amsal 31 tapi tanpa dasar yang benar?
Apa mungkin seorang wanita yang tidak pulih bisa menjadi maksimal
dalam Tuhan? Kita sesama wanita ngerti dong, bagaimana emosi
pribadi kita, misalnya kalau PMS kita bisa cepat emosi atau labil.
Bayangkan bagaimana bisa melakukan banyak hal besar, kalau hal kecil
aja bisa membuat hari kita rusak atau berantakan? Bagaimana wanita
bisa menjadi penolong buat orang lain, kalau kita sendiri tidak
pernah mengalami pertolongan? Untuk bisa menjadi wanita yang ‘kuat’,
maksimal, sanggup jadi penolong yang benar, kita butuh dasar atau
pribadi yang ‘kuat’ juga untuk bisa jadi sandaran, pegangan dan
penolong kita. Siapa lagi kalau bukan pribadi Tuhan, ya kan?
Intinya, wanita Amsal 31 bukanlah wanita yang sempurna, tapi wanita
yang takut akan Tuhan, yang berjalan dalam kebenaran dan melakukan
apa yang Tuhan mau lewat proses pembelajaran tiap hari.
“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi
isteri (wanita) yang takut akan Tuhan dipuji-puji”
(Amsal 31: 30)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^