Saturday, March 24, 2018

Belajar Menjadi Wanita Allah




By Felisia Devi

Pertama kali menggali Alkitab tentang wanita di Amsal 31, saya berpikir wanita tersebut adalah gambaran wanita yang hidupnya almost perfect. Wanita tersebut sepertinya hampir bisa melakukan segala sesuatu dan mendapatkan banyak hal juga dalam hidupnya. Ia berbuat baik, disenangi orang, aman, terkendali, perencanaannya smart, dan produktif banget. Timbul juga pertanyaan di benak saya, “Apa ada ya wanita se-wow itu di dunia? Klo ada, bisa ngga ya saya menjadi seperti wanita ini dan kapan hal itu terjadi dalam hidup saya?” Masalahnya, saya merasa pribadi saya jauh banget dari gambaran wanita Amsal 31 ini.
Saya rasa bukan hanya saya sendiri yang pernah merasa seperti itu. Wanita dalam Amsal 31 sepertinya cuma ada dalam cerita Alkitab, bukan tokoh nyata. Tetapi, seiring perjalanan saya bersama Tuhan, saya semakin mengerti bahwa wanita Amsal 31 ditulis bukan hanya sebagai tambahan cerita Alkitab, impian atau angan-angan belaka. Tuhan menuliskan kebenaran itu karena memang itulah kebenaran dan Tuhan tahu bahwa setiap wanita-wanita-Nya bisa menjadi seperti apa yang tertulis dalam Firman-Nya.
Bagaimana cara untuk menjadi wanita seperti yang Allah mau? Saya sendiri juga belum 100% seperti wanita yang Allah mau, tapi saya mau belajar menjadi wanita yang Ia kehendaki. Yang namanya belajar pasti tidak lepas dari proses dan proses itu tidak langsung jadi. Proses menjadi wanita Amsal 31 tidak instan.
Menjadi wanita yang Allah inginkan berarti Allah yang punya gambaran atau hasil akhir seperti apa. Itu juga berarti Allah yang punya cara bagaimana kita bisa menjadi wanita seperti yang Allah mau. Bagaimanapun, Allah tidak akan membiarkan kita menjalani proses tersebut sendirian. Dia akan menuntun dan mengajar kita lewat kehidupan kita sehari-hari.
“Semua yg tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan membetulkan yang salah dan untuk menjaga manusia supaya hidup menurut kemauan Allah (BIS)”
(2 Timotius 3:16)
Setiap proses biasanya diwarnai dengan tantangan atau kesulitan. Tantangan terbesar dalam proses ini biasanya karena fokus kita saat menjalaninya bukanlah Tuhan, tapi justru hal lain, misalnya: pencapaian kriteria-kriteria-Nya untuk menuai pujian bagi diri sendiri. Tuhan mau kita memiliki fokus hanya kepada Dia, bukan kepada hal lain. Dengan berjalan dalam kebenaran-kebenaran-Nya day by day, otomatis hal itu akan berbuah dalam hidup kita.
“Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan juga kepadamu” (BIS)
(Matius 6:33)
Saya sendiri mengalami, saat saya hanya fokus pada pencapaian kriteria, maka saya merasa hal itu sulit banget bahkan seperti tidak mungkin dilakukan. Tapi, setelah saya mengalihkan fokus saya dari kriteria kepada Tuhan, membangun hubungan dengan Dia, taat melakukan kebenaran-kebenaran-Nya, otomatis hubungan saya dengan Tuhan menghasilkan perubahan dalam hidup saya. Setelah saya flashback beberapa tahun lalu, apa yang awalnya menurut saya ngga mungkin ternyata mungkin loh, saya mulai menjadi pribadi yang menghidupi kriteria dalam Amsal 31.
Perubahan merupakan hal yang sangat mungkin sekali terjadi dalam Tuhan. Bukan hal yang mustahil bagi Tuhan untuk mengubah kita menjadi gambaran wanita Amsal 31. Asal kita fokus kepada Tuhan dan melakukan kebenaranNya, Tuhan sendiri yang perlahan-lahan membawa kita menjadi wanita dalam Amsal 31.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”
(Yohanes 15:4)
Teman-teman, coba bayangkan, gimana kalau seorang wanita sanggup melakukan banyak hal seperti Amsal 31 tapi tanpa dasar yang benar? Apa mungkin seorang wanita yang tidak pulih bisa menjadi maksimal dalam Tuhan? Kita sesama wanita ngerti dong, bagaimana emosi pribadi kita, misalnya kalau PMS kita bisa cepat emosi atau labil. Bayangkan bagaimana bisa melakukan banyak hal besar, kalau hal kecil aja bisa membuat hari kita rusak atau berantakan? Bagaimana wanita bisa menjadi penolong buat orang lain, kalau kita sendiri tidak pernah mengalami pertolongan? Untuk bisa menjadi wanita yang ‘kuat’, maksimal, sanggup jadi penolong yang benar, kita butuh dasar atau pribadi yang ‘kuat’ juga untuk bisa jadi sandaran, pegangan dan penolong kita. Siapa lagi kalau bukan pribadi Tuhan, ya kan?
Intinya, wanita Amsal 31 bukanlah wanita yang sempurna, tapi wanita yang takut akan Tuhan, yang berjalan dalam kebenaran dan melakukan apa yang Tuhan mau lewat proses pembelajaran tiap hari.
“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri (wanita) yang takut akan Tuhan dipuji-puji”
(Amsal 31: 30)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^