by Grace Suryani Halim
Gue yakin semua wanita yang mau menikah pasti mengidam-idamkan sosok suami yang keliatan cowok banget. Mereka pikir, suami mereka akan selalu tegar, beriman teguh, tabah menghadapi godaan, pantang menyerah, selalu berpendirian, dan selalu tau apa yang akan mereka lakukan. Tapi, ketika sosok suami mereka mulai menunjukkan kelemahan, banyak perempuan kaget. "Loh, kok begini? Mana figur pacar yang selalu tahu apa yang harus dia lakukan? Mana my hero yang dulu begitu gagah perkasa? Kok ternyata ngadepin tekanan di tempat kerja aja dah lemes?
Padahal, gals, suami kita itu manusia. Katanya, salah satu alasan perceraian yang paling sering adalah mereka menolak untuk menerima bahwa pasangan mereka manusia yang bisa lupa, bisa down, bisa capek, bisa kesel, bisa sedih, bisa nangis, bisa broken...
Selama 6 bulan pertama pernikahan, gue pernah liat Tepen kecewa, stres, bingung, pusing, panik, sedih, putus asa, broken... Pertamanya gue kaget, "Hah? Cowok kok kayak begini?" Tapi, lama-lama gue belajar bahwa ini salah satu peran gue sebagai istri: menghibur dan menguatkan. Bagian kita lah me-recharge suami kita sehingga besok dia bisa berjuang lagi di tempat kerjanya.
Btw, jadi inget dengan sebuah tulisan yang dulu banget pernah gue tulis. Kalo gue ngga salah inget, tulisan ini diinspirasi sama beberapa cowok, salah satunya Tepen.
Ih, Cowok Kok Nangis??
***
"男人哭吧哭吧哭吧,不是罪。"
“Nan ren ku ba ku ba ku ba, bu shi zui...”
Hai Pria, menangislah, menangislah, menangislah. Itu bukan dosa.
***
Begitu kata Andy Lau, hehe. Well, gue biasanya ngga suka Andy Lau, tapi gue suka lagu itu karena gue setuju dengan Andy Lau. Cowok nangis, so what gitu loh?
Dulu gue sentimen sama cowok, gue sering ngerasa bahwa masyarakat hanya bersikap tidak adil dan kejam terhadap wanita. Misalnya aja, masyarakat bikin standar kecantikan yang tidak masuk akal, yang membuat banyak cewek begitu sengsara karena mesti diet mati-matian buat mendapatkan tubuh ‘ideal’ bak Angelina Jolie. Gue sering banget fokus ke diskriminasi terhadap kaum wanita, sampai gue tidak sadar bahwa sebenernya kaum pria juga menghadapi kejamnya dunia.
Sadar ngga kalo standar maskulinitas juga susah dicapai? Cowok macho diidentikkan dengan perut six packs, tampang sok cool, maniak bola, gonta-ganti spare part mobil, kantong tebel, mobil keren, gonta-ganti pacar, nge-gym... Kenyataannya, berapa banyak sih cowok yang bisa begitu? Jujur guys, gue mengamati cowok-cowok di sekitar gue dan kesimpulan gue dengan sahabat gue adalah kebanyakan cowok perutnya ngga rata!
Guys, serius deh, standar ke-macho-an cowok menurut dunia, itu sama sekali ngga macho.
Salah satu dari banyak pantangan yang haram dilakukan oleh para cowok ‘macho’ adalah meneteskan air mata alias menangis. Katanya cowok hukumnya haram untuk menangis. Cowok harus tegar, cuman cewek yang boleh menangis, karena menangis itu tanda kelemahan.
Nah, kalo emang menurut Tuhan cowok itu tidak perlu menangis, Tuhan ngga akan kasih kalian air mata. Serius. Para cowok tidak mengeluarkan ASI kan? Kenapa? Karena menurut Tuhan, cowok tidak akan pernah menyusui jadi cowok tidak butuh ASI. Buat Tuhan itu hal mudah untuk merancang tubuh cowok supaya tidak perlu mengeluarkan ASI. Hal yang sama mudahnya buat Tuhan untuk merancang mata cowok agar tidak mengeluarkan air mata. Tapi, Tuhan tetap memberikan air mata buat para cowok karena, buat Tuhan, tidak ada yang salah dengan seorang cowok yang menangis.
Gue pernah menyaksikan beberapa pria menangis di depan gue. Ada yang gue bikin nangis, beberapa karena alasan pribadi lainnya, beberapa karena dijamah Tuhan. Gue menghargai para cowok yang berani untuk menangis (dengan alasan yang jelas tentunya).
Beberapa cowok yang pernah deket sama gue punya hati yang lembut. Dari luar mereka mungkin keliatan sombong, keras, cuek, tapi sebenernya mereka punya hati yang lembut. Kadang-kadang para cowok inilah yang cukup menderita karena mereka takut ditertawakan oleh dunia. Akibatnya, mereka menggunakan banyak cara untuk melindungi hati mereka, diri mereka. Hal itu yang membuat gue sedih. Kenapa kau harus menyembunyikan dirimu dan hatimu dengan topeng seperti itu? Supaya bisa ‘cocok’ dengan standart ke-macho-an dunia?
Tahukah kalian bahwa Tuhan Yesus yang adalah cowok tulen 1000%, cowok paling macho, cowok paling cowok yang hidup di dunia ini, adalah seorang yang berhati lembut? Taukah kalian bahwa ayat terpendek di dalam Alkitab di Yohanes 11:35 berbunyi “Jesus wept” (maka menangislah Yesus)? Ayat terpendek di Alkitab tidak berbicara tentang keperkasaan Allah, kehebatan Allah, tapi justru tentang sesuatu yang dianggap tabu oleh dunia. Jesus wept. Allah menangis. Sang Pria sejati, Allah pencipta seluruh semesta, seluruh galaksi, Allah yang menciptakan singa, harimau, macan, buaya, gajah, pencipta dari orang yang menciptakan Rambo, Superman, Batman, Hulk, Goggle-Five, Ksatria Baja Hitam, MENANGIS. Iya. Jesus wept.
Gue tidak menyuruh cowok-cowok menangis sebanyak-banyaknya supaya makin mirip dengan Yesus ya. KAGAKKK... Gue cuma rindu para Pria Sejati Allah belajar tentang manhood bukan dari prinsip dunia, tapi dari Yesus, Sang Pria Sejati. Kalo mau jadi Pria Sejati, cowok-cowok mesti belajar dari Alkitab, belajar dari Allah sendiri. Minta supaya Tuhan menggantikan konsep yang salah yang selama ini dengan pikiran yang baru dari Allah.
Dunia kita butuh banyak Pria Sejati. Pria yang belajar dari Sang Pencipta. Pria yang mencerminkan citra Allah, yang punya hati Bapa. Pria yang mengerti bahwa kekuatan yang sejati itu bukan cuma datang dari latihan berat di gym tapi dari lutut yang berdoa di hadapan Allah. Pria yang mengerti bahwa cinta yang sejati didapat bukan dari mengobral kata-kata manis tapi dari sebuah komitmen dan kerelaan untuk berkorban. Pria yang mengerti bahwa kepintaran yang sejati tidak didapat dari buku-buku maupun pengalaman hidup tapi semata-mata hikmat dan anugerah dari Allah. Pria yang mengerti bahwa keberhasilan dalam hidup tidak ditentukan dari seberapa banyak keringat yang diteteskan, seberapa keras dia berusaha, tapi keberhasilan itu didapat semata-mata berkat Tuhan. Pria sejati bukan pria yang bisa hidup independent, tapi justru pria yang berani ‘dependent’ kepada Allah. Pria sejati bukan pria yang sanggup menyelesaikan semua masalah, tapi pria yang berani mengakui bahwa dia tidak bisa hidup tanpa Allah.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^