Monday, February 12, 2018

Wanita yang Terluka



by Alphaomega Pulcherima Rambang

Aku harus mulai artikel ini dengan pengakuan kalau aku adalah seorang wanita yang pernah terluka. Saat SMP, aku merasa kalau tidak ada seorangpun menginginkanku. Boro-boro punya pacar, punya sahabatpun rasanya ngga tuh di masa itu. Entah siapa yang membisikkan dan mencuci otakku dengan perasaan ngga berharga, yang jelas puncaknya perkataan seorang kawan di masa SMP membuatku merasa tertolak habis-habisan. Dia berkata, ”Mega tuh, kalo ngga pinter aja, mana ada yang mau berteman dengan dia”. Yang mengatakannya seorang kawan sekelas yang cantik dan bermulut tajam – jadi film-film ato sinetron tentang cewek cantik ngeselin yang suka nge-bully cewek kutu buku tuh ternyata ngga bohong loh :p

Well, sekarang sih berasa konyol sakit hati cuma gara-gara perkataan demikian, tapi yang aku rasakan saat itu, hatiku sakit! Aku berpikiran tidak ada seorangpun yang menginginkan cewek gemuk jelek ini (bahkan hanya sebagai teman). Kemudian aku merasa sebagai orang terjelek dan termalang di dunia dah, sedih T_T Untuk sesaat, aku bersedih karena ngga dilahirkan sebagai kutilang (kurus tinggi langsing) :p , kemudian aku marah sama temanku itu, dalam hati aja marahnya, hehehe... Tapi akhirnya aku bangkit dengan pemikiran, “Oke, aku punya otak pintar, jadi ngga boleh ada yang meremehkan aku karena fisikku, aku akan menonjol dengan otakku. Aku akan belajar serajin-rajinnya untuk menutup mulut cewek-cewek itu. Aku harus punya ranking yang bagus, karena apalagi yang bisa aku banggakan dalam hidupku, kalau ngga kepintaranku. Cantik sudah jelas ngga...”, demikian pikiranku.


Di samping itu, aku bertekad ngga akan berteman dengan kumpulan cewek itu. Aku benci mereka. Aku akan berteman dengan banyak orang kecuali mereka. Aku berusaha melakukan apa saja agar bisa masuk ke lingkungan pertemanan yang lain. Aku menjadi orang yang super menyenangkan dan punya banyak teman, seolah-olah dengan demikian aku mematahkan perkataan kawanku itu. ”Lihat kawan, banyak kok yang mau berteman denganku!”, aku berteriak seperti itu dalam hati.

Sewaktu SMP temanku banyak, tapi aku merasa ngga ada yang bisa aku sebut ‘sahabat’, mana ada orang yang mau menerima aku apa adanya. Perkataan kawanku itu rupanya membekas sedemikian dalam sampai-sampai aku perlu bersandiwara untuk berteman. Aku berusaha menyenangkan semua orang, aku menjadi orang yang takut bilang ‘ngga’, aku jarang berbeda pendapat dengan orang lain, aku ngga mau berkonflik, aku takut ngga punya teman. Aku takut ngga diterima di pertemanan mana pun. Jeleknya lagi, aku jadi curigaan, jangan-jangan orang-orang berteman denganku karena aku pintar (sok banget ya :p) atau ada maunya apa gitu, aku ngga percaya ada persahabatan yang tulus.
Aku dulu juga pernah berpikir, pasti tidak ada seorang priapun yang ingin menjadikanku pacar karena aku jelek dan gendut. Maklum, zaman ABG kan lagi seru-serunya pacaran... :p Di pikiranku, memiliki pacar berarti ada orang yang menginginkanku, hehehehe. Lucu ya? Sempat lho aku berpikir,”Apakah ada pria yang akan menikahiku, aku kan jelek gini?”. Dan karena SMP aku ngga punya pacar, aku merasa semakin ngga berharga. Tanpa sadar, aku mengiyakan aja perkataan temanku dengan beranggapan, ”Yah, wajar saja aku ngga punya pacar, mana ada yang mau sama aku.” ^^’

Anehnya, aku menolak lho berpikir kalau Tuhan ngga adil. Saat aku punya kekurangan, aku tahu Tuhan berikanku kelebihan yang lain. Tapi rupanya apa yang dilakukan oleh kawanku itu mempengaruhi hubunganku dengan Tuhan di kemudian hari, bahkan sampai sekarang, terkadang aku merasa Tuhan tidak mencintaiku lagi sewaktu aku melakukan perbuatan yang ngga menyenangkan-Nya. Aku sulit percaya Tuhan menerimaku apa adanya. Aku merasa Tuhan membenciku saat aku berbuat salah. Aku merasa harus melakukan hanya yang baik supaya Dia tetap mengasihiku.

Kalau dipikir-pikir, tragis ya... perkataan seseorang bisa melukai sedemikian dalam sehingga mengubah cara berpikir dan bersikap kita. Tragis juga ya, bagaimana seseorang bisa merasa ngga berharga karena fisiknya, dan merasa lebih baik karena menganggap kepintarannya menutupi kekurangan fisiknya. Tragis, seseorang bisa bersandiwara bertahun-tahun untuk mendapatkan teman yang pada akhirnya sekarang entah kemana. Tragis parah nih, bagaimana mungkin seseorang terluka hanya karena satu kalimat, dan mempengaruhi hubungannya dengan banyak orang dan Tuhan-nya untuk waktu yang lama. Tapi hal ini terjadi lho. Tragisnya, aku menyadari dampak kejadian itu baru bertahun-tahun kemudian, tepatnya saat SMA kelas 1. Aku ngga pernah menyangka dampak perkataan kawanku itu mempengaruhi hidupku sampai bertahun-tahun kemudian

..., tetapi penderitaan merobek jiwa.
(Amsal 27:9b)

Ada yang mendefinisikan luka hati/luka batin sebagai luka di dalam perasaan (emosi) yang terasa begitu mendalam sehingga sangat menyakitkan dan membekas. Peristiwa atau pengalaman itu dapat menciptakan trauma mendalam, bahkan tanpa kita sadari. Mungkin kejadian atau hal-hal yang menyebabkan luka itu sudah kita lupakan, tapi luka itu masih ada, bahkan tanpa kita sadari luka itu menganga semakin lebar karena ngga pernah disembuhkan.

Luka itu akan mempengaruhi hidup kita, menjadikan kita seseorang yang ngga kita mengerti. Luka-luka hati yang belum terobati bisa menimbulkan banyak dampak negatif bagi diri kita dan orang lain. Hal ini juga dapat dipakai iblis untuk merebut sukacita dan damai sejahtera yang kita miliki. Luka hati sering ngga terlalu Nampak... (ya iya lah, yang terluka kan hati :p). Orang-orang yang terluka hatinya kebanyakan terlihat ngga punya masalah, tapi jangan salah, di dalam hatinya bisa saja ada kebencian mendalam terhadap keadaan maupun orang lain. Luka itu semakin mengendap, dan karena tersembunyi, sulit diobati. Seringkali, seseorang ngga mau mengakui luka hati yang dirasakannya dan berpura-pura kuat, berusaha menyembunyikan apa yang dialaminya dengan berbagai cara. Ini sama sekali tidak menolongnya, tapi memperparah keadaan.

Padahal firman Tuhan bilang, penderitaan merobek jiwa. Jiwa kita terobek-robek karena apa yang kita alami. Entah disadari atau tidak. Mengerikan bukan? Membayangkan kertas yang terobek-robek deh jadinya. Lah, ini jiwa yang terobek-robek, gimana ngga sakit kan? Gimana ngga membekas sakitnya?

Bayangkan, suatu kali kaki kita terluka, sesaat kita merasa sakit, tapi kemudian kita berpikir, ”Ah, ini gak ada apa-apanya, aku baik—baik saja”. Kita bersikap seolah-olah luka itu ngga ada, padahal hari demi hari luka itu menganga semakin lebar, lalu kuman-kuman masuk dan mengganggu fungsi kaki kita. Demikian pula dengan luka hati yang gak diobati, lama-kelamaan berbagai hal yang merusak seperti kuman kebencian, kuman dendam, kuman pemecah dan masih banyak kuman akan memasuki hati kita dan membuat kita tidak berfungsi sebagaimana yang Tuhan inginkan. Kalau luka fisik melukai tubuh kita, luka hati/batin melukai jiwa dan roh kita disadari atau ngga, bahkan dapat berpengaruh pada tubuh.

Luka hati/luka batin dapat disebabkan oleh banyak hal, tapi pada prinsipnya beberapa hal di bawah ini yang sering menjadi penyebab timbulnya luka batin/luka hati yang mendalam pada kehidupan seseorang1:

1. Peristiwa traumatis
Kejadian-kejadian yang mengguncangkan diri sedemikian dalam dan mengakibatkan penderitaan terhadap jiwa, dapat menyebabkan luka di hati/batin kita. Terkadang orang-orang terdekat seperti keluarga juga dapat melukai entah dengan sikap maupun perkataan mereka. Berbagai peristiwa traumatis yang dapat terjadi antara lain:
a. Perceraian orang tua
b. Kecelakaan/perang/kerusuhan
c. Sering diintimidasi
d. Patah hati/putus cinta
e. Perselingkuhan
f. Kehilangan orang yang dikasihi
2. Penolakan
a. Penolakan di dalam kandungan
b. Penolakan pada masa anak-anak
c. Penolakan pada masa dewasa/tua
3. Perbuatan kasar
a. Hukuman yang berlebihan
b. Perkataan/penilaian yang menyakitkan
c. Dikhianati/ditipu
d. Pelecehan seksual
4. Kurang perhatian dan kasih sayang orangtua
5. Rasa Bersalah
Orang akan merasa tidak enak saat melakukan kesalahan, dan seringkali tanpa disadari perasaan bersalahnya dapat menimbulkan ketakutan yang berlebihan, cenderung menyalahkan diri sendiri, berusaha keras memperoleh pengakuan dari orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menyembunyikan diri dari Tuhan.

Karena tubuh kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, maka luka hati/luka batin yang dialami seseorang mengakibatkan beberapa dampak2 seperti:
1. Secara tubuh (fisiologis)
Menimbulkan berbagai penyakit, muka murung, sulit tidur, kecanduan, cara makan (eating disorder), sakit pencernaan, sakit kepala, gatal-gatal, sakit pinggang, dll.
2. Secara roh (teologis)
Sulit mengasihi/intim dengan Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, selalu menganggap Tuhan menolaknya, hubungannya dengan Tuhan dipenuhi rasa takut, berusaha diterima Tuhan dengan melakukan perbuatan baik, sulit mempercayai Tuhan.
3. Secara jiwa (psikologis dan sosiologis)
  1. Offensive : superior, terlalu terbuka, ucapan pahit/melukai orang lain, emosi labil, kritik berlebihan, curiga berlebihan, pemberontak, suka bertengkar, kehilangan identitas dan peran seksual (homoseksual, lesbian, free sex), pemarah, over acting.
  1. Defensive : inferior, tertutup, fobia, frigid, hati yang menyimpan dendam, frustasi, kecenderungan ingin bunuh diri tinggi, patah semangat, mudah stress, susah berelasi dengan orang lain khususnya lawan jenis, citra diri menjadi rusak, rendah diri, antisosial, menyalahkan diri sendiri, hipersensitif, pemurung, pemalu, susah percaya pada orang lain, sedih tanpa alasan, gampang merasa iri, khawatir yang berlebihan, selalu merasa tertolak, rasa bersalah yang berlebihan, negatif dalam berpikir dan bertindak.

Setiap luka mengakibatkan dampak yang berbeda dalam kehidupan seseorang, tergantung lukanya. Sama seperti dampak luka pada mata tentunya berbeda dengan luka pada kaki, tiap luka memiliki rasa sakitnya sendiri. Tiap luka menghasilkan respon yang berbeda dari setiap orang untuk melindungi dirinya dari akibat luka tersebut. Tapi secara umum luka hati/luka batin yang kita alami dan tidak segera disembuhkan akan merusak hidup kita, merusak relasi dengan orang lain dan merusak relasi dengan Tuhan.
  1. Diri sendiri.
Kita menjadi pribadi yang sakit tubuh, jiwa dan rohnya. Perilaku kita akan menyimpang dari apa yang diharapkan. Kita akan menjadi pribadi yang terlalu ekstrim, entah terlalu khawatir, terlalu mudah tersinggung, terlalu mudah stress.
  1. Hubungan dengan orang lain.
Karena terluka, orang yang luka batinnya akan sulit berhubungan dengan orang lain, terutama saat dia merasa orang lain tidak merasakan apa yang dia rasakan, dia tidak dapat menjalin hubungan dengan keterbukaan dan rasa percaya, seperti yang dibutuhkan dalam relasi dengan orang lain, itu untuk melindunginya dari rasa sakit yang pernah dia rasakan. Hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap orang lain, pemikiran dan sikapnya negatif. Di sisi lain, orang lain bingung mengambil sikap bagaimana terhadap mereka yang bersikap ofensif dan defensif dalam hidupnya karena terluka hatinya.
  1. Hubungan dengan Tuhan.
Hubungan dengan Tuhan tidak akan bertumbuh apabila masih ada luka hati/luka batin yang belum disembuhkan. Orang yang terluka batinnya sering menganggap Tuhan sama seperti mereka yang menyakitinya, entah dalam hal ketidakpedulian terhadap perasaannya, atau menolaknya seperti mereka yang menolaknya.

Banyak wanita yang hatinya terluka. Banyak wanita yang menyimpan luka hatinya bertahun-tahun dan hidupnya mulai rusak karena luka hati yang ngga kunjung sembuh, bahkan merusak hidupnya sendiri tanpa disadarinya. Ada pula yang menyadari lukanya, namun mengeraskan hatinya dan tidak mau disembuhkan. Seolah-olah lukanya memberikan alasan yang bagus untuk merusak hidupnya. Aku hampir menjadi salah seorang dari mereka, yang merusak hidupnya karena terluka. Puji Tuhan, saat aku SMA, Tuhan mengubah hidupku. Tidak sekejap mata, perlu proses tentunya, layaknya luka yang membutuhkan operasi berulang kali, hatiku mulai dioperasi Tuhan berulang kali dan disembuhkan-Nya. Ayat-ayat di bawah ini adalah YA dan AMIN dalam hidupku.

Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.
(Mazmur 147:3)

Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara.
(Yesaya 61:1)

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(Yesaya 53:4-5)

Mengakhiri tulisan ini, aku ingin bersaksi kalau aku dulu adalah wanita yang terluka. Aku wanita yang terluka, yang datang menghampiri Tuhan dengan luka-lukaku, mengakui rasa sakit yang aku rasakan,meluapkan segala kemarahan dan kebencian yang aku rasakan, lalu aku membiarkan Dia menjamah hidupku, menyentuhku dengan kasih-Nya. Dan oleh bilur-bilur-Nya aku sembuh. Sikap dan pemikiranku banyak diubahkan setelahnya, keberhargaanku tidak lagi ditentukan tubuhku gemuk atau langsing, atau rankingku di kelas, atau seberapa banyak teman yang aku punya, atau apa kata orang tentang aku, atau seberapa banyak pacar yang aku punya #loh, hahahaha...

Aku menyadari kalau aku berharga karena Yesus yang sudah mengasihiku \(“,)/

1 Sumber: http://jonimaligon.blogspot.com/2013/01/penyebab-luka-batin-dan-penyembuhannya.html
2 Sumber: http://www.lukabatin.com/

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^