by Alphaomega Pulcherima Rambang
Aku harus
mulai artikel ini dengan pengakuan kalau aku adalah seorang wanita
yang pernah terluka. Saat SMP, aku merasa kalau tidak ada seorangpun
menginginkanku. Boro-boro punya pacar, punya sahabatpun rasanya ngga
tuh di masa itu. Entah siapa yang membisikkan dan mencuci otakku
dengan perasaan ngga berharga, yang jelas puncaknya perkataan seorang
kawan di masa SMP membuatku merasa tertolak habis-habisan. Dia
berkata, ”Mega tuh, kalo ngga pinter aja, mana ada yang mau
berteman dengan dia”. Yang mengatakannya seorang kawan sekelas
yang cantik dan bermulut tajam – jadi film-film ato sinetron
tentang cewek cantik ngeselin yang suka nge-bully cewek kutu buku tuh
ternyata ngga
bohong loh :p
Well,
sekarang sih berasa konyol sakit hati cuma gara-gara perkataan
demikian, tapi yang aku rasakan saat itu, hatiku sakit! Aku
berpikiran tidak ada seorangpun yang menginginkan
cewek gemuk jelek ini (bahkan hanya
sebagai teman). Kemudian aku merasa sebagai orang terjelek dan
termalang di dunia dah, sedih T_T Untuk sesaat, aku bersedih karena
ngga dilahirkan sebagai kutilang (kurus tinggi langsing) :p ,
kemudian aku marah sama temanku itu, dalam hati aja marahnya,
hehehe... Tapi
akhirnya aku
bangkit dengan pemikiran, “Oke,
aku punya otak pintar, jadi ngga boleh ada
yang meremehkan aku karena fisikku, aku akan menonjol dengan otakku.
Aku akan belajar serajin-rajinnya untuk menutup mulut cewek-cewek
itu. Aku harus punya ranking yang bagus, karena apalagi yang bisa aku
banggakan dalam
hidupku, kalau ngga kepintaranku. Cantik sudah jelas ngga...”,
demikian pikiranku.
Di samping
itu, aku bertekad ngga akan berteman dengan kumpulan cewek itu. Aku
benci mereka. Aku akan berteman dengan banyak orang kecuali mereka.
Aku berusaha melakukan apa
saja agar bisa masuk ke lingkungan
pertemanan yang lain.
Aku
menjadi orang yang super menyenangkan dan punya banyak teman,
seolah-olah dengan demikian aku mematahkan
perkataan kawanku itu. ”Lihat kawan, banyak kok yang mau berteman
denganku!”, aku berteriak seperti itu dalam hati.
Sewaktu SMP
temanku banyak, tapi aku merasa ngga ada yang bisa aku sebut
‘sahabat’, mana ada orang yang mau menerima aku apa adanya.
Perkataan kawanku itu rupanya membekas sedemikian dalam sampai-sampai
aku perlu bersandiwara untuk berteman. Aku berusaha menyenangkan
semua orang, aku menjadi orang yang takut bilang ‘ngga’, aku
jarang berbeda pendapat dengan orang lain, aku ngga mau berkonflik,
aku takut ngga punya teman. Aku takut ngga diterima di pertemanan
mana pun. Jeleknya lagi, aku jadi curigaan, jangan-jangan orang-orang
berteman denganku karena aku pintar (sok banget ya :p) atau ada
maunya apa gitu, aku ngga percaya ada persahabatan yang tulus.
Aku dulu
juga pernah berpikir, pasti
tidak ada seorang priapun yang ingin
menjadikanku pacar karena aku jelek dan gendut.
Maklum, zaman ABG kan lagi seru-serunya
pacaran... :p Di pikiranku, memiliki pacar berarti ada orang yang
menginginkanku, hehehehe. Lucu ya? Sempat lho aku berpikir,”Apakah
ada pria yang akan menikahiku, aku kan jelek gini?”. Dan karena SMP
aku ngga punya pacar, aku merasa semakin ngga berharga. Tanpa sadar,
aku mengiyakan aja perkataan temanku dengan beranggapan, ”Yah,
wajar saja aku ngga punya pacar, mana ada yang mau sama aku.” ^^’
Anehnya, aku
menolak lho berpikir kalau Tuhan ngga adil. Saat aku punya
kekurangan, aku tahu Tuhan berikanku kelebihan yang lain. Tapi
rupanya apa yang dilakukan oleh kawanku itu mempengaruhi hubunganku
dengan Tuhan di kemudian hari, bahkan sampai sekarang, terkadang aku
merasa Tuhan tidak mencintaiku lagi sewaktu aku melakukan perbuatan
yang ngga menyenangkan-Nya. Aku sulit percaya Tuhan menerimaku apa
adanya. Aku merasa Tuhan membenciku saat aku berbuat salah. Aku
merasa harus melakukan hanya yang baik supaya Dia tetap mengasihiku.
Kalau
dipikir-pikir, tragis ya... perkataan seseorang bisa melukai
sedemikian dalam sehingga mengubah cara berpikir dan bersikap kita.
Tragis juga ya, bagaimana seseorang bisa merasa ngga berharga karena
fisiknya, dan merasa lebih baik karena menganggap kepintarannya
menutupi kekurangan fisiknya. Tragis, seseorang bisa bersandiwara
bertahun-tahun untuk mendapatkan teman yang pada akhirnya sekarang
entah kemana. Tragis parah nih, bagaimana mungkin seseorang terluka
hanya karena satu kalimat, dan mempengaruhi hubungannya dengan banyak
orang dan Tuhan-nya untuk waktu yang lama. Tapi hal ini terjadi lho.
Tragisnya, aku menyadari dampak kejadian itu baru bertahun-tahun
kemudian, tepatnya saat SMA kelas 1. Aku ngga pernah menyangka dampak
perkataan kawanku itu mempengaruhi hidupku sampai bertahun-tahun
kemudian
...,
tetapi penderitaan merobek jiwa.
(Amsal 27:9b)
Ada
yang mendefinisikan luka hati/luka batin
sebagai luka
di dalam perasaan (emosi) yang terasa begitu mendalam sehingga sangat
menyakitkan dan membekas. Peristiwa atau pengalaman
itu dapat menciptakan trauma mendalam,
bahkan tanpa kita sadari. Mungkin
kejadian atau hal-hal yang menyebabkan
luka itu sudah kita lupakan,
tapi luka itu masih ada, bahkan tanpa kita sadari luka itu menganga
semakin lebar karena ngga
pernah disembuhkan.
Luka
itu akan mempengaruhi hidup kita,
menjadikan kita seseorang yang ngga
kita mengerti. Luka-luka hati yang belum terobati bisa menimbulkan
banyak dampak negatif bagi diri kita dan orang lain. Hal
ini juga dapat dipakai iblis untuk
merebut sukacita dan damai sejahtera yang
kita miliki. Luka hati sering ngga
terlalu Nampak... (ya
iya lah, yang
terluka kan hati
:p). Orang-orang yang terluka hatinya
kebanyakan terlihat ngga
punya masalah, tapi jangan salah, di dalam hatinya bisa saja ada
kebencian mendalam terhadap keadaan maupun orang lain. Luka itu
semakin mengendap, dan karena tersembunyi, sulit diobati. Seringkali,
seseorang ngga mau
mengakui luka hati yang dirasakannya dan berpura-pura kuat, berusaha
menyembunyikan apa yang dialaminya dengan berbagai cara. Ini sama
sekali tidak menolongnya, tapi memperparah keadaan.
Padahal
firman Tuhan bilang, penderitaan merobek jiwa. Jiwa kita
terobek-robek karena apa yang kita alami. Entah disadari atau
tidak. Mengerikan bukan? Membayangkan kertas yang terobek-robek deh
jadinya. Lah, ini jiwa yang terobek-robek, gimana ngga
sakit kan? Gimana ngga
membekas sakitnya?
Bayangkan,
suatu kali kaki kita terluka, sesaat kita merasa sakit, tapi kemudian
kita berpikir, ”Ah,
ini gak ada apa-apanya, aku baik—baik saja”. Kita bersikap
seolah-olah luka itu ngga
ada, padahal hari demi hari luka itu menganga semakin lebar, lalu
kuman-kuman masuk dan mengganggu fungsi kaki kita. Demikian pula
dengan luka hati yang gak diobati, lama-kelamaan berbagai hal yang
merusak seperti kuman kebencian, kuman dendam, kuman pemecah dan
masih banyak kuman akan memasuki hati kita dan membuat kita tidak
berfungsi sebagaimana yang Tuhan inginkan. Kalau luka fisik melukai
tubuh kita, luka hati/batin melukai jiwa dan roh kita disadari atau
ngga, bahkan dapat berpengaruh pada tubuh.
Luka
hati/luka batin dapat disebabkan oleh banyak hal, tapi pada
prinsipnya beberapa hal di bawah ini yang sering menjadi penyebab
timbulnya luka batin/luka hati yang mendalam pada kehidupan
seseorang1:
1. Peristiwa traumatis
Kejadian-kejadian
yang mengguncangkan diri sedemikian dalam dan mengakibatkan
penderitaan terhadap jiwa, dapat menyebabkan luka di hati/batin kita.
Terkadang orang-orang terdekat seperti keluarga
juga dapat melukai entah dengan sikap
maupun perkataan mereka.
Berbagai peristiwa traumatis yang dapat
terjadi antara lain:
a. Perceraian
orang tua
b. Kecelakaan/perang/kerusuhan
c. Sering
diintimidasi
d. Patah
hati/putus cinta
e. Perselingkuhan
f. Kehilangan
orang yang dikasihi
2. Penolakan
a. Penolakan
di dalam kandungan
b. Penolakan
pada masa anak-anak
c. Penolakan
pada masa dewasa/tua
3. Perbuatan kasar
a. Hukuman
yang berlebihan
b. Perkataan/penilaian
yang menyakitkan
c. Dikhianati/ditipu
d. Pelecehan
seksual
4. Kurang perhatian dan kasih sayang orangtua
5. Rasa Bersalah
Orang
akan merasa tidak enak saat melakukan kesalahan, dan seringkali tanpa
disadari perasaan bersalahnya dapat menimbulkan ketakutan yang
berlebihan, cenderung menyalahkan diri sendiri, berusaha keras
memperoleh pengakuan dari orang-orang di sekelilingnya dan berusaha
menyembunyikan diri dari Tuhan.
Karena tubuh
kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, maka luka hati/luka batin yang
dialami seseorang mengakibatkan beberapa dampak2
seperti:
1. Secara tubuh (fisiologis)
Menimbulkan
berbagai penyakit, muka murung, sulit tidur, kecanduan, cara makan
(eating disorder),
sakit pencernaan, sakit kepala, gatal-gatal, sakit pinggang, dll.
2. Secara roh (teologis)
Sulit
mengasihi/intim dengan Tuhan, menganggap
Tuhan tidak adil, selalu menganggap Tuhan menolaknya, hubungannya
dengan Tuhan dipenuhi rasa takut, berusaha diterima Tuhan dengan
melakukan perbuatan baik, sulit
mempercayai Tuhan.
3. Secara jiwa (psikologis dan sosiologis)
- Offensive : superior, terlalu terbuka, ucapan pahit/melukai orang lain, emosi labil, kritik berlebihan, curiga berlebihan, pemberontak, suka bertengkar, kehilangan identitas dan peran seksual (homoseksual, lesbian, free sex), pemarah, over acting.
- Defensive : inferior, tertutup, fobia, frigid, hati yang menyimpan dendam, frustasi, kecenderungan ingin bunuh diri tinggi, patah semangat, mudah stress, susah berelasi dengan orang lain khususnya lawan jenis, citra diri menjadi rusak, rendah diri, antisosial, menyalahkan diri sendiri, hipersensitif, pemurung, pemalu, susah percaya pada orang lain, sedih tanpa alasan, gampang merasa iri, khawatir yang berlebihan, selalu merasa tertolak, rasa bersalah yang berlebihan, negatif dalam berpikir dan bertindak.
Setiap luka
mengakibatkan dampak yang berbeda dalam kehidupan seseorang,
tergantung lukanya. Sama seperti dampak luka pada mata tentunya
berbeda dengan luka pada kaki, tiap luka memiliki rasa sakitnya
sendiri. Tiap luka menghasilkan respon yang berbeda dari setiap orang
untuk melindungi dirinya dari akibat luka tersebut. Tapi secara umum
luka hati/luka batin yang kita alami dan tidak segera disembuhkan
akan merusak hidup kita, merusak relasi dengan orang lain dan merusak
relasi dengan Tuhan.
- Diri sendiri.
Kita
menjadi pribadi yang sakit tubuh, jiwa dan rohnya. Perilaku kita akan
menyimpang dari apa yang diharapkan. Kita akan menjadi pribadi yang
terlalu ekstrim, entah terlalu khawatir, terlalu mudah tersinggung,
terlalu mudah stress.
- Hubungan dengan orang lain.
Karena
terluka, orang yang luka batinnya akan sulit berhubungan dengan orang
lain, terutama saat dia merasa orang lain tidak merasakan apa yang
dia rasakan, dia tidak dapat menjalin hubungan dengan keterbukaan dan
rasa percaya, seperti yang dibutuhkan dalam relasi dengan orang lain,
itu untuk melindunginya dari rasa sakit yang pernah dia rasakan.
Hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap orang lain, pemikiran dan
sikapnya negatif.
Di sisi lain, orang lain bingung mengambil sikap bagaimana terhadap
mereka yang bersikap ofensif dan defensif
dalam hidupnya karena terluka hatinya.
- Hubungan dengan Tuhan.
Hubungan
dengan Tuhan tidak akan bertumbuh apabila masih ada luka hati/luka
batin yang belum disembuhkan. Orang yang terluka batinnya sering
menganggap Tuhan sama seperti mereka yang menyakitinya, entah dalam
hal ketidakpedulian terhadap perasaannya, atau menolaknya seperti
mereka yang menolaknya.
Banyak
wanita yang hatinya terluka. Banyak wanita yang menyimpan luka
hatinya bertahun-tahun dan hidupnya mulai rusak karena luka hati yang
ngga
kunjung sembuh, bahkan merusak hidupnya sendiri tanpa disadarinya.
Ada pula yang menyadari lukanya, namun mengeraskan hatinya dan tidak
mau disembuhkan. Seolah-olah lukanya memberikan alasan yang bagus
untuk merusak hidupnya. Aku hampir menjadi salah seorang dari
mereka, yang merusak hidupnya karena terluka. Puji Tuhan, saat aku
SMA, Tuhan mengubah hidupku. Tidak sekejap mata, perlu proses
tentunya, layaknya luka yang membutuhkan operasi berulang kali,
hatiku mulai dioperasi Tuhan berulang kali dan disembuhkan-Nya.
Ayat-ayat di bawah ini adalah YA dan AMIN dalam hidupku.
Ia
menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka
mereka.
(Mazmur
147:3)
Roh Tuhan
ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah
mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk
hati, untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan
dari penjara.
(Yesaya
61:1)
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
(Yesaya 53:4-5)
Mengakhiri
tulisan ini, aku ingin
bersaksi kalau aku
dulu adalah wanita yang terluka. Aku
wanita yang terluka, yang datang menghampiri Tuhan dengan
luka-lukaku, mengakui rasa sakit yang aku rasakan,meluapkan segala
kemarahan dan kebencian yang aku rasakan, lalu aku membiarkan Dia
menjamah hidupku, menyentuhku dengan kasih-Nya. Dan oleh
bilur-bilur-Nya aku sembuh. Sikap dan pemikiranku banyak diubahkan
setelahnya, keberhargaanku tidak lagi ditentukan tubuhku gemuk atau
langsing, atau rankingku
di kelas, atau seberapa banyak teman yang aku punya, atau apa kata
orang tentang aku, atau seberapa banyak pacar yang aku punya #loh,
hahahaha...
1
Sumber:
http://jonimaligon.blogspot.com/2013/01/penyebab-luka-batin-dan-penyembuhannya.html
2
Sumber: http://www.lukabatin.com/
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^