Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa.
Apa yang pertama kali muncul dalam pikiranmu saat berhadapan dengan orang yang termasuk dalam extra grace required? EGRP atau Extra Grace Required Persons adalah tipikal orang-orang yang sulit dan butuh banyak kesabaran untuk menghadapinya. Intinya, EGRP ini rasanya selalu bikin kita pengen marah. Apakah di sekelilingmu ada tipe orang seperti ini?
Nah, daripada hanya sekedar mengeluhkan mereka, akan lebih bermanfaat kalau kita belajar memberikan respon yang benar. Bagaimana kalau emosi kita di ujung tanduk ketika menghadapi EGRP? Saran saya, masuk saja ke inti kemarahanmu dan ungkapkan dengan cara yang benar. Ingatkah kita pada Musa yang kehilangan kesabaran saat dan terbawa amarah saat memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir? Musa kehilangan kesempatannya untuk mencapai tanah perjanjian karena amarah. Namun, Yesus memberikan ekspresi yang berbeda saat marah di bait Allah. Sifat Yesus memang pencemburu atas apa yang memang Ia miliki. Ia ingin milik-NYA dan bagian-NYA tidak disalah gunakan sehingga tujuan utama-NYA untuk datang ke dunia tercapai.
Pertanyananya, apakah ekspresi Yesus saat itu benar dan tidak berdosa?
Misalnya saja begini, bayangkan suatu hari kita baru saja melewati sebuah perjalanan jauh dan sangat ingin pulang ke rumah yang nyaman. Di rumah itu ada segala hal yang menjadi kesenangan hati kita, sehingga kita bisa recharge our minds and also have our wonderful time. Karena kebayang indahnya pulang ke rumah, we wish to get there immediately. Tapi kenyataan yang kita temukan justru sebaliknya. Ada orang-orang yang tidak kita kenal membuat rumah kita berantakan. Bagaimana perasaan kita?
Kalau saya, jelas saya akan marah.
Yesus, saat menjelang hari Paskah, Ia berangkat menuju Yerusalem. Perjalanan tidak sebentar, tapi tentu saja Yesus memiliki hati yang siap untuk datang ke rumah-NYA. Ia layak memperoleh kenyamanan dan semua yang Ia bisa miliki didalamnya seperti pujian penyembahan, persembahan, doa dan pengharapan dari setiap orang yang mau datang kepada-NYA. Tapi ternyata, ia menemukan tujuan adanya sebuah rumah ibadah ternyata mulai bergeser. How did Jesus express His feeling?
He was angry!
Apakah Tuhan berdosa? Aku rasa tidak. Kenapa? Karena marah pada sesuatu yang tidak benar is a must! Tapi kita perlu mengekspresikan kemarahan dengan benar.
Firman Tuhan berkata, “Be angry, and do not sin,”
“Anybody can become angry; that’s easy. But to be angry with the right person... to the right degree... at the right time... for the right purpose, and in the right way... that’s not easy.” But it is possible! A person who always gets angry is a fool, but a person who never gets angry is lacking in moral courage (Aristotle).
Tapi bagaimana caranya?
1. Marahlah tanpa kehilangan pengendalian diri.
“And don’t sin by letting anger control you” (Ephesians 4:26 – 27-NLT).
Kita boleh marah, tapi jangan biarkan kemarahan menguasai kita. Orang yang membiarkan kemarahan menguasai dia akan jatuh dalam berbagai dosa. Tapi, orang yang bisa mengendalikan kemarahannya, hanya akan mengekspresikan kemarahannya dalam porsi yang tepat, dengan kata-kata yang tepat dan sejauh kemarahan itu diperlukan.
2. Jangan berlama-lama dalam kemarahan.
Don’t let the sun go down while you are still angry, for anger gives a foothold to the devil.” (Ephesians 4:27 – NLT)
Kalau kita baca di sepanjang Alkitab, kita akan menemukan beberapa kali Tuhan marah karena ketidaksetiaan umat-Nya. Namun, Tuhan tidak pernah berlama-lama dalam kemarahan. Saat kemarahan itu sudah melakukan tujuannya (yaitu mendidik umat Tuhan), Ia tak lagi marah. Orang yang memelihara kemarahan, memberi kesempatan kepada Iblis untuk menapakkan kakinya di hati kita. Marah yang dipelihara akan membuat kita jatuh dalam dosa dendam dan akar pahit.
3. Marahlah ketika sudah tidak ada cara lain.
“He that is slow to anger is better than the mighty; and he that ruleth his spirit than he that taketh a city.” (Proverbs 16:32 - KJV)
Tuhan tidak melarang kita marah jika memang marah itu perlu. Ada beberapa orang yang baru merespon benar setelah menerima kemarahan. Namun, Allah menghendaki kita terlebih dulu mengendalikan diri dan bersabar. Tentu saja, untuk bisa menahan kemarahan butuh pengendalian diri. Jadi, bisa kita simpulkan, kemarahan adalah resource terakhir, bukan pilihan pertama, untuk menghadapi sebuah situasi.
Intinya perubahan emosi karena penyimpangan kebenaran sah-sah saja. Allah menciptakan segala sesuatu untuk tujuan yang baik, jangan diam dan tetap bergerak untuk kebenaran. Beberapa hal yang memerlukan kemarahan kita misalnya kurangnya ketertiban berlalu lintas, korupsi, pemberontakan terhadap otoritas, ketidakadilan terhadap pihak yang lemah, dan penyebaran berita bohong. Ketika kita marah terhadap hal-hal ini, kita sedang berpihak pada kebenaran karena Allah yang kita sembah adalah kebenaran.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^