Wednesday, February 1, 2017

There is No Fear In Love (Part 1)

by Sarah Eliana

Beberapa waktu lalu, aku ngobrol dengan temanku, seorang godly mother yang memiliki enam anak. Kami membahas situasi dan kondisi di negara tempat kami tinggal dimana segala sesuatu berbau seks. Iklan di majalah, tv, radio, koran, billboard, semuanya berbau seks. Ada anak-anak SMA yang hamil dan punya anak. Orang-orang muda kumpul kebo dan itu dianggap sebagai suatu hal yang wajar. Aku khawatir… Gimana caranya aku bisa membesarkan anakku menjadi seorang godly man yang menjaga kekudusan di lingkungan seperti ini? Aku selalu wanti-wanti kalau kumpul kebo itu gak OK. Aku ajarin dia untuk gak sembarangan cium dan peluk orang lain. Aku ajarin dia bahwa seks diluar nikah adalah dosa. Apa lagi yang bisa kulakukan? Temanku bilang begini:
Honey, kalau kamu mau anakmu menjadi godly man, kamu harus memiliki prioritas yang benar! Puji Tuhan, anak loe sekarang udah terima Tuhan dan dia punya Roh Kudus dalam hatinya. Jadi sekarang, prioritasmu yang paling pertama adalah ajarin dia untuk FOKUS KEPADA TUHAN.  Tau kenapa? Karena hanya dengan berfokus kepada Tuhanlah anakmu bisa menghindari hal-hal duniawi. Kalau dia fokus kepada Tuhan, membangun hubungan yang dekat dan intim dengan Tuhan, maka dia akan menjauh dari hal-hal duniawi karena Roh Kudus akan bekerja dalam hatinya. Hanya dengan menujukan matanya kepada Tuhanlah dia akan semakin dekat kepada Tuhan dan menjauh dari dunia. Kamu gak bisa ajarin dia untuk menjadi godly man dengan fokus kepada hal-hal duniawi! Prioritasmu adalah untuk menjadi contoh baginya dan mengajarinya untuk FOKUS KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS!
Sigh. Kalau mau jujur, guys, prioritasku salah selama ini. :( Saking takutnya kalau anakku akan tumbuh besar jadi pria yang gak bisa jaga kekudusan, aku malah ngajarin dia untuk “jangan begini”, “jangan begitu”. Bukan, I am NOT saying kalau ajarin anak untuk gak sembarangan cium orang itu salah, tapi fokusku salah. Fokusku lebih kepada “hukum dan peraturan”, lebih kepada dosa itu sendiri. Harusnya aku fokus kepada Tuhan. Harusnya aku ajarin dia untuk fokus kepada Tuhan dan bertanya,What does Jesus want me to do?” Harusnya aku ajarin dia untuk mencari wajah Tuhan dan berbincang-bincang dengan Tuhan; membangun hubungan yang intim dengan Bapa serta meminta pendapat dan kebjiaksanaan Tuhan. Tapi sebaliknya, aku malah kasih dia sederet peraturan yang tentu gak bisa dia lakukan kalau dia gak fokus ama Tuhan! Mana bisa dia lakukan segala macam peraturan dengan kekuatan dia sendiri. Thankfully, melalui temanku,Tuhan ingetin aku lagi: fokus kepada Yesus.
You see, kalau aku fokus kepada hal-hal jahat dan perkara-perkara yang tidak baik, aku jadi ibu yang penuh kekuatiran dan ketakutan. Aku gak mau itu! Aku gak mau membesarkan anakku dibawah bayang-bayang roh kekuatiran dan ketakutan! Sejak anakku masih bayi, aku bisa lihat Tuhan telah ciptakan dia dengan roh sukacita dan damai sejahtera. Dari baby, dia hobi senyum, hobi bercanda, dia selalu gembira dan penuh sukacita. Aku gak mau mengubah hal baik yang Tuhan ciptakan itu dengan hal-hal buruk dari dunia ini karena ketakutan dan kekuatiranku! Jangan sampai aku menjadi ibu yang menukar roh sukacita dan damai sejahternya dengan roh ketakutan dan intimidasi!
Jadi, aku minta Tuhan mengajariku untuk fokus kepada-Nya dan kepada kebaikan serta kesetiaan-Nya, terutama di tengah dunia yang udah semakin gila ini. Dan Tuhan berkata bahwa salah satu tugasku sebagai orang tua adalah melindungi anakku. Tapi, aku juga punya tugas untuk TIDAK menjadi ibu yang begitu dipenuhi ketakutan sehingga anakku tidak bisa tumbuh dewasa to be a man that God intends him to be.

To be continued .. :)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^