Wednesday, February 8, 2017

Relationship Goal

by Glory Ekasari

Salah satu istilah gaul yang ngetren di media sosial sekarang ini adalah hashtag #relationshipgoals. Dimana hashtag ini nongol? Biasanya di IG celebgram (celebrity Instagram) yang foto mesra bersama pasangannya, dengan caption puitis. Sambil menahan nelangsa karena masih jomblo, follower celebgram tersebut segera mengetik: #relationshipgoals. Maksudnya? Yah siapa tau kalau punya pasangan nanti bakal semesra sang celebgram yang terlihat bahagia di fotonya itu.
Berhubung Februari ini punya reputasi sebagai bulan kasih sayang, kita akan membahas tentang The Ultimate Relationship. Yang ini bukan cuma #relationshipgoals, tapi #goalsbanget. #yoi #kekinian #jadihashtagmelulu
Siapapun yang sedang pacaran, apalagi yang sudah menikah, tahu bahwa yang namanya relationship itu tidak melulu mesra. Kalau mesra terus mah ga ada pasangan yang putus dong. Kenyataannya, life happens, things happen, feelings change, people change, dan yang namanya mempertahankan hubungan perlu usaha keras dan banyak air mata. Orang bilang Brangelina itu #relationshipgoals, tapi akhirnya mereka pun berpisah. Pasangan celebgram di Indo juga ada yang didengung-dengungkan sebagai #goals, tapi toh putus. Jadi seperti apa yang disebut #relationshipgoals? Tunggu, jangan-jangan sebenernya #relationshipgoals itu... Tidak ada?
Kita semua ingin bahagia. Kita berharap pasangan kita akan membuat kita bahagia, memperlakukan kita dengan penuh kasih sayang, berkorban bagi kita, menjadikan kita prioritas utamanyanaahh, itu baru #goals. Kita pikir itulah yang akan membuat kita bahagia. Masalahnya, sista, ga ada orang seperti itu. Siapa yang mampu mengasihi kita tanpa batas? Pasangan kita juga punya kekurangan, keterbatasan, dan ego. Kalau dua-duanya saling menuntut, kita bukannya bahagia, malah menderita.
Bagaimana kata Alkitab tentang #relationshipgoals? Eh, emangnya ada relationship goals di Alkitab?? Ada dong, tapi bukan tentang pacaran atau bahkan pernikahan. Kebahagiaan dalam pacaran atau pernikahan itu bukan main product, itu adalah by-product. Side effect, bukan goal. Relationship goal kita, pembaca, adalah dengan Mempelai Pria yang sejati, Tuhan Yesus Kristus.
C. S. Lewis pernah membahas tentang beberapa metafora yang dipakai dalam Alkitab untuk menggambarkan hubungan kita dengan Allah. Ada penjunan dan tanah liat, yang menunjukkan posisi kita sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai Pencipta. Ada tuan dan hamba, yang menekankan kewajiban kita untuk taat kepada Tuhan. Lebih tinggi lagi, ada bapak dan anak, yang menunjukkan kedekatan dan kasih Tuhan bagi kita. Tapi yang paling tinggi di atas semuanya, yang dipakai untuk menutup Alkitab, adalah mempelai pria dan mempelai wanita.
Paulus pernah menyebut jemaat Tuhan sebagai perawan suci yang merupakan tunangan Kristus. Kita yang tahu cerita kelahiran Yesus mungkin familiar juga dengan tradisi pertunangan di Israel pada waktu itu. Pertunangan disejajarkan dengan pernikahan, hanya minus hubungan seks; kedua pihak yang sudah bertunangan harus setia pada pasangannya, sebagaimana pasangan yang telah menikah. Hubungan ini begitu serius, sehingga untuk membatalkannya harus ada perceraian resmi. Mempelai wanita menunggu waktunya mempelai pria sudah siap dengan rumah dan mahar perkawinan, kemudian sang mempelai pria akan menjemput calon isterinya (peristiwa ini diilustrasikan dengan perumpamaan 10 anak dara dalam Matius 25).
Inilah penantian umat Tuhan yang sebenarnya. Kita bukan menunggu diberi jodoh, atau menunggu kaya, atau menunggu hal-hal duniawi lainnya. Kita menantikan Mempelai Pria kita, menantikan saatnya Dia menjemput kita. Bukan tanpa alasan dua bagian dari Alkitab kita disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kita ini hidup berdasarkan janji. Yesus memberikan kita janji-Nya: Dia akan mengasihi kita selama-lamanya, dan surat janji itu ditandatangani dengan darah-Nya. Selama menantikan Dia, kita harus setia, jangan selingkuh dengan dunia. Dia telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, giliran kita menguduskan hidup kita bagi Dia. Inilah, saudara-saudara, #relationshipgoals yang sejati.
Tadi saya katakan bahwa kebahagiaan dalam pacaran atau pernikahan adalah hasil sampingan, bukan hasil utama. Ya itu karena satu-satunya yang bisa memberi kita kebahagiaan adalah Yesus, Kekasih jiwa kita. Hasil sampingan jangan dikejar. Kejarlah yang utama, maka yang sampingan akan ikut kita dapatkan. Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua yang lain akan ditambahkan kepadamu. Bukan tanpa alasan Tuhan meminta kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan kita, karena hanya Dialah yang mampu mengasihi kita tanpa batas. May our relationship with Him is a kind of #relationshipgoals.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^