by Tabita Davinia Utomo
Bicara soal kesetiaan, yang pertama kali terlintas di pikiranku adalah lagu ini:
Bait 1
Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara
Di kala suka, di saat gelap
Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah
Kaulah pelindung abadi tetap.
Reff
Setia-Mu, Tuhanku, mengharu hatiku
Setiap pagi bertambah jelas
Yang kuperlukan tetap Kau berikan
Sehingga aku pun puas lelas.
Bait 2
Musim yang panas, penghujan, tuaian
Surya, rembulan, di langit cerah
Bersama alam memuji, bersaksi
Akan setia-Mu yang tak bersela
Wah, kesetiaan Tuhan itu memang nggak ada batasnya, ya. :) Dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya, kesetiaan-Nya akan selalu tetap (Ibrani 13:8). Sama seperti yang dikatakan Daud, “Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun” (Mazmur 100:5).
Seperti yang kita tahu, Daud adalah salah satu tokoh iman yang melihat dengan jelas bagaimana penyertaan Tuhan atas hidupnya. Dari yang awalnya cuma seorang gembala dua-tiga kambing domba (nggak ratusan, tapi bahkan lima ekor pun nggak sampe! >.<), terus jadi raja Israel... Belum lagi saat dia dikejar-kejar banyak orang yang mau membunuhnya (mulai dari zamannya Saul, sampai Absalom, dan belum termasuk pihak-pihak yang memang punya dendam sama Daud). Ckckck... Ternyata kehidupan Daud dipenuhi dengan drama, ya (kalo nggak mau disebut sebagai tragedi). -.-“ Tapi apakah karena segala peristiwa dan pergumulan yang dia alami itu, Daud menjadi putus asa dan enggan berharap kepada Tuhan lagi?
Nggak. :) Yang terjadi justru sebaliknya: Daud tetap setia kepada Tuhan, sekalipun ada banyak pergumulan yang menghimpitnya. Buktinya bisa kita baca dalam kitab dengan jumlah pasal terbanyak di Alkitab (a. k. a. Mazmur). FYI, yang menuliskan kitab ini nggak cuma Daud. Tapi kita bisa melihat bagaimana Daud “mengeluh”, namun dia segera mengarahkan pandangannya kepada Sang Penyelamat hidupnya. Contohnya:
Sebab orang-orang yang angkuh bangkit menyerang aku,
orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawaku;
mereka tidak mempedulikan Allah. (S e l a)
Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;
Tuhanlah yang menopang aku.
(Mazmur 54:5-6, TB)
Ketika menghadapi pergumulan, Daud nggak mengasihani dirinya sendiri terus-menerus. Pandangannya terus tertuju kepada Tuhan yang menjadi tempat perlindungannya. Begitu pula sebaliknya; ketika sedang bergembira, dia juga nggak melupakan Tuhan yang telah memberinya berkat dan senantiasa menyertainya. Kedekatan Daud pada Tuhan inilah yang mungkin membuatnya menjadi salah satu dari sekian orang yang masuk dalam silsilah Yesus Kristus. :) Wow, God paid David’s faithfulness amazingly!
Sekalipun Daud pernah melakukan dosa (baca: saat dia mengambil Batsyeba dan membunuh Uria—yang adalah suami perempuan itu; dan saat dia mengadakan sensus kerajaan untuk mengetahui seberapa kuat kerajaannya—yang mengindikasikan keraguannya pada Tuhan), tapi Daud segera meminta ampun kepada Tuannya (alias Tuhan). Kalo seandainya dia nggak punya hubungan yang sedemikian dekat dengan Tuhan, aku rasa nggak mungkin dia bakal sepeka itu buat ngelakuinnya. Hehe. Waktu doa-doanya dikabulkan pun Daud selalu ingat Siapa yang memberikan jawaban doanya itu: Tuhan.
Ladies, tetaplah setia kepada Tuhan dalam kondisi apapun. Ini bukanlah kalimat klise. No. Kesetiaan kita kepada Tuhan adalah sesuatu yang memang harus kita lakukan, sebagai wujud syukur kita atas kesetiaan-Nya pada kita. :) So, tetaplah setia kepada-Nya, karena Dia telah terlebih dahulu setia kepada kita.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^