Monday, July 24, 2017

The Heart of Hospitality


by Felisia Devi


Arti Hospitality.


Apa yang terlintas pertama kali saat mendengar kata hospitality. Bukankah hospitality adalah salah satu mata kuliah jurusan perhotelan? Benar, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Tapi apa arti hospitality menurut kebenaran Injil?

Hospitality (hospitalitas) adalah terjemahan dari kata benda Latin hospitium (atau kata sifatnya hospitalis), yang berasal dari kata hospes, yang artinya “tamu” atau “tuan rumah”. Kata ini juga dipengaruhi oleh kata Yunani xenos, yang artinya menyambut orang asing atau melakukan penyambutan terhadap orang lain. (Michele Hershberger). Hospitality bisa diartikan sebagai keramahtamahan, wujud nyata dari ungkapan kehangatan seseorang dalam menerima orang lain, disertai rasa hormat, serta hubungan persahabatan dan persaudaraan kepada orang lain, terutama kepada tamu yang datang. 

Hospitality yang kita temui di restoran, hotel, atau tempat jamuan lain, mungkin ya mereka memang melakukan penyambutan dengan excellent, tapi apakah mereka benar-benar mengerti dan melakukannya dengan sungguh-sungguh? Hospitality bukan sekedar tentang apa yang kelihatan, bukan juga tentang penyambutan yang sempurna, tapi lebih kepada melakukan secara hati. Kenapa hati? Karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Penyambutan, penerimaan orang lain yang mengalir dari hati kita yang tulus, akan sangat terasa berbeda dan sampai juga ke hati yang menerimanya, dan mengandung pesan bahwa kita menerima mereka. Dahulu, Tuhan memerintah orang Israel agar memperlakukan orang asing seperti orang Israel asli, bahkan dikasihi seperti diri sendiri. Allah ingin orang Israel ingat bahwa merekapun dulu adalah orang asing di Tanah Mesir (Imamat 19:34). Dalam konteks saat ini, orang asing yang kita temui seharusnya diperlakukan seperti keluarga, dan dikasihi seperti diri kita sendiri. 


Mengapa kita perlu melakukan hospitality?


Hospitality harusnya mengalir secara alami dan didasarkan atas kasih Yesus kepada kita, karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu (1 Yohanes 4:19). Kasih inilah yang kita salurkan melalui keramahtamahan kepada orang di sekitar kita. 

Inti dari Injil juga adalah hospitality. Sejak lahir kita sudah berada dalam permusuhan dengan Allah karena dosa, dan kita pun tidak mampu menyelamatkan diri dari hal ini. Tapi Allah mengutus Yesus untuk menebus dosa kita bagi yang percaya kepada-Nya, serta membuat tempat bagi kita dalam kerajaan-Nya. Kemurahan dan keramahan-Nya mengembalikan hubungan kita dengan Dia, dan Yesus adalah hadiah yang paling besar dalam sejarah, yang membuat kita ada sampai detik ini. Jadi ketika kita melakukan hospitality, kita sedang mencerminkan cinta-Nya, mengundang orang lain untuk melihat Tuhan melalui diri kita.

Yesus juga memberi contoh tentang melakukan hospitality, dimana Yesus mengajarkan serta melakukan kehambaan kepada para murid lewat tindakan membasuh kaki para murid-Nya (Yohanes 13:1-16). Karena Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Kita, sebagai pengikut Kristus yang mempunyai tujuan hidup untuk semakin serupa dengan diri-Nya, melakukan keramahtamahan seperti yang Yesus lakukan sudah merupakan hal yang wajar dilakukan.


Apa dan kepada siapa saja yang perlu diberikan keramahtamahan?


Ada banyak kesempatan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mempraktekkan hal ini : 
  • Ditengah keluarga kita : membantu pekerjaan rumah ibu, melayani ayah, dan menolong kakak atau adik dalam mengerjakan tugas. 
  • Melayani suami dan anak-anak bagi yang sudah menikah dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. 
  • Memberikan bantuan kepada saudara atau keluarga lainnya, misalnya dengan mengadakan jamuan atau tumpangan bagi mereka yang sedang singgah ke kota kita. 
  • Menjamu para tetangga samping kanan kiri depan rumah kita, mungkin dengan menjadi tuan rumah dalam pertemuan lingkungan atau sejenisnya. 
  • Menolong rekan-rekan kerja yang membutuhkan, dengan mengajari dan membagi ilmu yang kita punya. 
  • Membantu saudara seiman lainnya dalam pelayanan atau hal lain, misal membantu pekerjaan misionaris dengan melakukan kunjungan. 
  • Memenuhi kebutuhan dasar orang lain khususnya masyarakat miskin tanpa mengharapkan pembayaran (Prov. 19:17), dengan menyumbang pakaian yang masih layak atau berbagi harta benda. 
  • Memperlakukan para pemberi jasa (supir taksi, pramuniaga, pelayan restoran dsb) dengan baik. Mengucapkan tolong dan terima kasih dengan sopan ketika berinteraksi dengan mereka. 
Dalam Alkitab, kata Yunani asli untuk hospitality adalah Philoxenia, yang berarti mengasihi orang lain (Rom. 12:13). Banyak contoh dalam Alkitab dalam mempraktekkan hospitality, yang intinya kita menghormati Allah ketika kita baik kepada yang membutuhkan (Amsal 14:31; 19:17), memberi tumpangan (Ibr 13: 1-2; 1 Tim 3: 2), memperhatikan janda serta anak yatim ( 1 Tim 5: 1-16), ‘menjamu’ orang kafir (Lukas 5:29), orang miskin dan membutuhkan (Lukas 14: 12-14), misionaris (Mat 10: 9-11; Lukas 10: 5-16), orang asing, imigran, pengungsi (Kej 18: 1 -22), dan bahkan musuh (Rom 12:20) seolah-olah mereka adalah keluarga kita sendiri. 

Arti dari semua yang bisa kita lakukan menurut Alkitab sebenarnya tentang pengorbanan, kita rela berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, keluar dari area nyaman, dan tidak berusaha untuk mengesankan orang lain. Bukan hanya kepada sesama orang Kristen, tetapi juga kepada orang asing lain yang membutuhkan. Seperti kata Yesus, "Ketika Anda memberi perjamuan, mengundang orang miskin, cacat, orang lumpuh, buta, dan Anda akan diberkati" (Lukas 14:13).

Kristus juga mengajarkan kita di perintah kedua dari dua hukum utama, yaitu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22:39). Dia juga menekankan hal yang sama pada perumpamaan tentang orang Samaria yang baik. Ia mengajarkan kepada kita bahwa "sesama" tidak ada hubungannya dengan aspek geografi, kewarganegaraan, atau ras. Dimanapun dan kapanpun orang membutuhkan kita, kita bisa siap melakukan sesuatu seperti Kristus menunjukkan belas kasihan. Ini adalah inti dari hospitality

Dalam Injil Matius, Yesus membahas perilaku ramah dari orang-orang yang akan mewarisi kerajaan: "Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."(Matius 25: 34-36). Hospitality merupakan bagian penting dari pelayanan Kristen (Roma 12:13; 1 Petrus 4: 9). Dengan melayani orang lain berarti kita melayani Kristus (Matius 25:40) dan kita membantu penyebaran kebenaran Allah (3 Yohanes 5-8). 

Masih banyak contoh lainnya yang bisa dipraktekkan. Sebagai wanita yang diberi kepekaan sebagai kelebihan kita, gunakan kepekaan itu untuk bisa mengerti siapa dan hal apa yang bisa atau perlu dilakukan. Lakukan keramahtamahan dengan tujuan memperkenalkan atau mewujudkan Allah kepada orang lain, terutama bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Kita tidak tahu dampak keramahtamahan yang bisa kita lakukan, tapi pasti sangat bermanfaat dan tidak sia-sia, karena dilakukan juga untuk tujuan memperluas kerajaan Allah.

Seperti dalam pelayanan yang Yesus lakukan bersama murid-muridNya, mereka tergantung pada kebaikan orang lain dari tempat-tempat yang mereka kunjungi (Matius 10 : 9-10). Demikian juga dengan pelayanan para rasul dalam memberitakan Injil (Kis 2:44-45 ; 28:7). Jadi lakukan bantuan atau keramahtamahan yang bisa kita lakukan, selama ada dan masih bisa kita lakukan, apalagi jika Tuhan yang sudah menggerakkan (Amsal 3:28). 

Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.
Amsal 31:20

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^