by Eunike Santosa
“Yang Waras... Ngalah...” bagi teman-teman yang familiar kalimat ini, saya mengajak kita semua untuk menghela nafas bersama-sama... *hahhhhhhhh......* (hembus keluar)
Pernah berurusan dengan orang yang pengen buat kalian jambak rambut sendiri? (agak lebai sih yah contohnya, tapi kalian pasti mengerti maksud saya hehe..) Untuk saya, kalimat tersebut sering saya dengar ketika saya masuk dunia kerja. Berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, kepribadian ganda, hingga kepribadian tidak jelas, membuat saya setiap hari memijat-mijat kepala sendiri di kantor. Bos saya pun sering berkata, “Kerjaan sih gampang, yang susah tuh kerja sama orang!” Perkataan tersebut ada benarnya memang, mengingat setiap kita adalah manusia dengan kehendak, kepribadian, dan pikiran masing-masing.
Seiring waktu, saya melihat kebanyakan orang yang saya temui tidak bisa menahan sabar. Semakin sering tentunya kalimat di judul artikel ini terdengar. Banyak orang yang sangat ahli dalam bidangnya namun mengalami banyak kesulitan ketika berada di arena sosial. Mereka kesulitan untuk mengkontrol emosi mereka. Justru, orang-orang yang bisa bertahan adalah mereka yang bisa dengan baik menguasai emosi mereka padahal skill yang dimiliki tidak terlalu hebat. Orang seperti ini mempunyai kesabaran dan empati yang tinggi dalam berurusan dengan orang lain. Dunia pun mengakui kemampuan mengendalikan emosi ini dan banyak dikaitkan dengan emosi intelektual Begitu banyak buku, jurnal dan tulisan psikologi yang terbit, ditulis untuk membantu perkembangan diri manusia.
Nahhh, tapiiiiiii, sifat ini sebenarnya sudah banyak ditulis di Alkitab! Dalam membuat tulisan ini, saya mencari dan meriset kata ‘sabar’ di Alkitab. Ketemunya lumayan banyak ayat yang mereferensikan bagaimana seseorang bisa menjaga perilakunya. Apa saja yang Alkitab katakan mengenai kesabaran?
1. Kesabaran Bisa Mengubah Takdir.
Sadis juga yah sub judulnya. Hahha... mengubah takdir... Tapi itulah yang Alkitab katakan di: Amsal 25:15. “Dengan kesabaran seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang.” Nah, hal ini terasa banget ketika berhadapan dengan orang yang sedang tidak stabil (baca: emosian, sensitif, labil, or bahasa kerennya “baper” kali yah?) Papa saya kalau sedang marah, agak susah diajak berbicara dengan logis (padahal pria loh, saya perempuan.. kok kebalik yah? Haha). Ketika saya remaja, saya bersikeras dengan ego saya bahwa saya benar ketika berargumen dengan papa (wong saya benar kok). Nah, tapiii, apakah saya memenangkan argumentasi? No no no, adanya malah makin panas... Beberapa tahun kemudian, saya tambah tua tentunya, dan dengan pertolongan Roh Kudus yang menegur hati ego saya, saya mengubah cara saya berbicara dengan Papa. Jadi ketika Papa hendak naik darah dan menjadi irasional, daripada berkata: “Tindakan Papa salah dan tidak masuk akal, tidak Alkitabiah ini!” yang saya katakan adalah: “Papa kan baik dan cinta Tuhan, jangan marah donk, nanti daku and Tuhan sedih!” *kedip mata!* (nah loh, bingung deh si papa... hahaha) Tapi badai langsung reda, ego turun, hati senang, hubungan membaik. Haleluya!
Dalam Pengkotbah 10:4 mengatakan: “Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar.” Dengan sabar, kita bisa menghentikan hal-hal yang tidak diinginkan sebelum terlambat terjadi. Bapak Thomas Jefferson, mantan presiden Amerika, berkata bahwa ketika marah, hitung hingga 10 kemudian baru berbicara, kalau sangat marah, hitunglah hingga 100. Saya setuju sekali! Ketika sedang berada dalam kondisi labil (‘emosian’), gampang sekali kita melakukan hal-hal yang bisa menyakiti orang lain. Sulit bagi kita untuk mengendalikan otak kita untuk berpikir jernih, terlebih ketika berada di puncak emosi yang membara. Oleh karena itu, buah roh yang satu ini tentunya adalah buah dari kemenangan oleh percobaan-percobaan emosi. :)
Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.
(Amsal 15:18)
2. Sabar Pangkal Bijak, Ga Sabar (lawan kata sabar apa yah?) Pangkal Bodoh.
Saya suka dengan peribahasa-peribahasa Indonesia. Tinggal di negara lain membuat saya lebih mengenal keunikan bahasa Indonesia dengan budayanya sendiri. Salah satu peribahasa yang sering diajarkan ketika saya berada di sekolah dasar adalah ‘rajin pangkal pandai’ atau ‘hemat pangkal kaya’, saya rasa untuk konteks kesabaran, subjudul diatas adalah representasi dari ayat-ayat Alkitab berikut hehe..
Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar.
(Amsal 14:17)
Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.
(Amsal 14:29)
Tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa dengan melatih diri bersabar, kita bisa mendapatkan banyak faedah. Dengan menunda emosi, kita menekankan diri untuk tidak egois, tidak mengutamakan kehendak emosi pribadi tetapi kepentingan orang lain. Saya melihat bahwa semakin sering saya bersabar ketika berurusan dengan orang, semakin saya bisa melatih diri untuk menjadi pengertian. Bukan hanya bersimpati, namun berempati terhadap orang lain. Daripada menghakimi lawan bicara, melompat kepada kesimpulan yang tidak-tidak, kesabaran mengajarkan saya untuk melihat orang lain dari perspektif Kristus, yaitu dengan kasih. Setiap orang mempunyai peperangan masing-masing. Mengapa seseorang bisa hingga menjadi “tidak waras” pasti ada alasan dibaliknya yang tidak kita ketahui. Bisa saja ternyata bosmu yang melampiaskan kemarahan kepadamu ternyata baru saja mengetahui kalau suaminya selingkuh. Atau ketika sahabatmu tidak bisa mengangkat teleponmu karena kamu baru putus dari pacarmu, itu karena orangtuanya tiba-tiba masuk rumah sakit. You never know right? Poin pentingnya adalah, dengan bersabar, kamu bisa menjadi semakin bijaksana melihat situasi. Tidak sabar bisa berujung kepada konflik yang bisa menghasilkan luka-luka yang tidak perlu. Orang apa yang suka terluka dengan tidak perlu? Orang bodoh pastinya.
3. Orang Sabar Dipuji.
Last but not the least, orang mana yang tidak suka dipuji? Hehehe... Pernahkah kalian melihat orang sabar dihina? Dalam Amsal 16:32 berkata bahwa “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.” Alkitab menyatakan bahwa ‘sabar’ itu lebih dari ‘hero’. Pujian lebih lanjut pun dikonfirmasi di Amsal 19:11, “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.” Bersabarlah teman, mungkin ketika kamu sedang mengalami masalah, tidak ada orang yang bisa memahamimu, malah kamu ditantang oleh Allah untuk mengerti akan orang lain. Saya tidak menyangkal bahwa hal ini tentunya susah, dan kalau pun bisa terlewati, tidak menjamin bahwa orang-orang disekitarmu akan memujimu. Namun, Bapa di surga melihat semuanya, pujian dari Dia lah saja yang penting dan itu cukup :)
Jadi, ketika membuka media sosial dan membaca status atau komen-komen aneh yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu merajalela, apa yang harus dilakukan?
“Yang waras ngalah...” :P
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^