Monday, April 23, 2018

Proverb 31 Woman: A Possible Journey


by Glory Ekasari


Siapa yang masih single dan punya "checklist" kualitas-kualitas yang kalian harapkan dari calon suami kalian kelak? Atau, siapa yang sudah menikah dengan seorang pria yang, sekalipun ganteng, pandai, rajin, lucu, dan sebagainya, tetap tidak sanggup memenuhi semua kriteria dalam checklist kalian dulu? Hayo ngakuu...

Kita, kaum wanita, pada umumnya punya sejumlah kriteria yang kita inginkan dari calon suami. Tapi, seberapapun rempongnya kita membuat checklist seperti itu, kita justru akan menemukan bahwa dalam Alkitab tidak ada daftar sistematis dalam 1 pasal khusus untuk pria. Yang ada justru checklist bagi kaum wanita, yaitu dalam Amsal 31:10-31, dan list-nya super high profile pula!


Mari kita perhatikan hal-hal penting yang sering luput dari perhatian pembaca teks ini. Jangan buru-buru ngeri karena tingginya tuntutan yang dipaparkan di dalamnya. Bila perintah tertentu ditulis dalam firman Tuhan, itu berarti Dia sanggup memberi kita kemampuan untuk melakukannya.

Pertama, kriteria untuk seorang istri yang cakap ini diberikan oleh seorang wanita. Memang Lemuel yang mengucapkan Amsal ini, tapi ibunyalah yang mengajar dia (31:1). Wanita tersebut telah mendidik dan membesarkan seorang raja; tapi di balik suksesnya itu dia tetaplah wanita, yang mengetahui kesulitan dan tantangan seorang wanita. Yang ia sampaikan adalah hikmat yang berasal dari pengalaman dan perenungan selama bertahun-tahun. Dia juga tahu bahwa perlu bertahun-tahun bagi seorang wanita untuk akhirnya disebut "cakap". Kualitas karakter tidak didapatkan dalam 1-2 tahun, atau "dari sono-nya", melainkan selama bertahun-tahun pembentukan diri. Pendek kata, don't be discouraged; all things are possible.

Selanjutnya, tersirat dari teks ini, adalah tentang kodrat seorang wanita. Dia tidak memiliki natur maupun tugas untuk mencari dan memilih pria idaman; sebaliknya, seorang wanita dicari dan dipilih oleh pria yang tertarik oleh kualitas kepribadiannya. Banyak wanita tidak memahami hal ini. Mereka mencari pria yang memenuhi kriteria mereka, lalu mempersiapkan resepsi pernikahan, gaun pengantin, rumah tinggal, dan sebagainya. Tapi, setelah itu mereka kecewa karena suami mereka tidak sesuai harapan. Mereka kecewa, karena mereka mempersiapkan segalanya untuk pernikahan; segalanya, kecuali diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa pria memang jauh dari sempurna, maka ia perlu ditolong. Sang istrilah yang seharusnya menolong dia dan bukannya menuntut. Tugas kita, para wanita, adalah mempersiapkan diri agar memiliki kualitas yang layak untuk melayani Allah dan suami kita kelak, sementara para pangeran Allah di luar sana mencari seorang istri yang cakap.

Jadi, seperti apa gerangan wanita yang cakap dalam Amsal 31:10-31 ini? Ada tiga kualitas mencolok yang harus kita perhatikan.

1. Wanita yang cakap itu rajin
Suatu kali, seorang teman saya memasang display picture di messenger-nya. Gambarnya adalah seorang pria yang pening, memegang kepalanya, dan terdapat tulisan: "Bangun pagi aja susah - gimana bangun rumah tangga?" Saya tertawa, sekaligus merasa miris memikirkan kenyataan ini. Bagaimana bisa jadi istri yang cakap, kalau selama masih lajang saja hidup dalam kemalasan?

Rajin adalah sifat yang mencolok sepanjang Amsal 31:10-31. "Ia bangun kalau masih malam," demikian ayat 15, "lalu menyediakan makanan bagi seisi rumahnya." "Ia senang bekerja dengan tangannya," kata ayat 13. "Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal." Ini bukan berarti sang istri yang cakap itu hobi memasak atau menjahit, tapi ia memperhatikan kebutuhan rumah tangganya. Pada masa di mana pakaian dan makanan dalam keluarga harus disediakan sendiri oleh sang ibu, ia tidak membiarkan keluarganya tidak terurus; ia memastikan mereka makan dan berpakaian dengan baik.

"Wanita" dan "malas" adalah dua kata yang tidak cocok disandingkan bersama. Seorang wanita diciptakan Tuhan untuk menjadi orang yang rajin, suka bekerja, dan memperhatikan kebutuhan orang lain, terutama keluarganya. Kita bisa - dan harus - melatih diri menjadi wanita yang rajin dan produktif mulai dari sekarang.

2. Wanita yang cakap itu cerdas

Dalam keluarga Kristen hanya ada satu istri, yaitu satu ibu dari anak-anak. Kita mungkin tidak pintar-pintar amat dalam hal akademis, tapi kita bisa jadi yang terbaik dalam peran kita dalam keluarga.

Dalam keluarga, suami berperan sebagai breadwinner atau pencari nafkah. Tapi, bila pendapatan tersebut tidak dikelola dengan baik, keluarga itu bisa bangkrut! Siapa yang berperan besar dalam mengatur ekonomi rumah tangga? Tentu saja sang istri. Sebuah penghargaan besar disampaikan bagi istri yang cakap dalam ayat 11: "Hati suaminya percaya kepadanya; suaminya tidak akan kekurangan keuntungan." Berapa banyak suami yang pergi bekerja dengan hati tenang karena ia percaya istrinya sanggup mengatur rumah tangga dan mengurus anak-anak mereka? Semoga suami kita kelak salah satunya.

Menarik sekali bahwa dalam teks ini juga disebutkan tentang usaha rumah tangga dan investasi properti yang dilakukan sang istri untuk keuntungan rumah tangganya. Bagaimana dia punya waktu dan dana lebih untuk usaha dan investasi?? Jawabannya jelas: ia cerdas dalam mengatur sumber daya dan kebutuhan rumah tangganya.

3. Wanita yang cakap itu takut akan Tuhan

Kita tentu hafal ayat 30: "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji." Siapa yang mengucapkan kalimat ini? Sang suami, demikian kita ketahui dari ayat 28. Laki-laki cenderung mementingkan karakteristik fisik; namun setelah bertahun-tahun pernikahan, sang suami menyadari bahwa istrinya istimewa - karena sang istri takut akan Tuhan.

Salomo tanpa ragu berkata, "Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan" (Ams 1:7). Apakah tujuan hidup kita adalah untuk menyenangkan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya? Jika ya, pelan tapi pasti, karakter kita akan diperbaharui, makin serupa dengan Yesus. Dan suatu hari kelak, sang suami akan memuji: "Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi engkau melebihi mereka semua."

Masih banyak yang bisa dibahas tentang Amsal 31:10-31. Saya berharap kita mau membaca dan merenungkan ayat-ayat dalam teks ini, berdoa meminta Tuhan mengubah karakter kita, dan mulai mendisiplin diri kita untuk menjadi wanita yang rajin, cerdas, dan takut akan Tuhan. Bagi yang single, jangan lupa bahwa hidup kita ini adalah untuk Tuhan, bukan untuk menikah atau untuk suami. Hiduplah untuk Tuhan. Biarlah kualitas karakter kita mengkilap begitu rupa, lebih cemerlang dari permata, sehingga baik orang-orang di sekitar kita maupun suami kita kelak diberkati dengan kehadiran kita dalam kehidupan mereka.

1 comment:

Share Your Thoughts! ^^