Friday, December 26, 2014

Nyanyian Pujian Hana

by Natalia Setiadi

Ada 2 orang Hana yang lumayan terkenal di Alkitab.
Yang satu adalah Hana sang nabiah lanjut usia di Injil Lukas (Lukas 2:36-38).
Hana yang kedua kayaknya lebih terkenal, yaitu mamanya Samuel di Perjanjian Lama.
Saya mau bahas Hana yang ini. Pendeta J. Ichwan dalam kotbahnya di gereja saya Minggu lalu ngebahas tentang pujian Hana, makanya saya jadi pengen menggali lebih dalam dan share di sini.

Seperti yang mungkin udah kita semua ketahui, Hana ini mulanya hidupnya menderitaaaa banget, mirip sama kisah tokoh protagonis di sinetron atau drama Korea. Dia dimadu, di-bully sama istri muda suaminya yang namanya Penina, karena Hana tidak bisa punya anak sedangkan Penina punya banyak anak. Alkitab berkata, Elkana, suami Hana, mengasihi Hana. So kemungkinan Elkana nikah lagi sama Penina bukan karena cinta, tapi karena tekanan budaya Israel pada masa itu, yaitu kudu harus punya anak.


Sayangnya, Elkana ngga ngerti penderitaan isterinya yang dicap MANDUL atau bahasa modern-nya infertil. Salah seorang bestie saya bergumul dengan problem yang sama, yaitu infertilitas. Dan pergumulan tentang masalah ini bukan main, berat banget. Buat budaya Indo aja kayanya udah berat karena tuntutan dan hobi orang Indo buat tanya2 nyinyir, seperti “Kapan merit?”, “Kapan punya anak?”, “Kok belom hamil-hamil? Ayo cepetan bikin anak dong...”, atau “Kapan punya anak kedua, anak pertama udah gede gitu...” dst.

Seolah-olah punya anak itu semudah buang air besar. Padahal buang air besar aja gak bisa seenak jidat kita kan? Kudu pas kebelet baru bisa kan? Apalagi beranak, mbak.....

Simak kata pak Elkana, “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu daripada sepuluh anak laki-laki?” 1 Samuel 1:8.
Waduh, gak peka banget sih pak... biarpun cinta sama bapak, tapi Hana kan ada perasaan ingin diakui dan diterima sebagai wanita. Pada zaman PL, isteri sebaik apa pun kalo gak punya anak suka dicurigain, “jangan2 ada dosa tuh” atau “mungkin ada sesuatu yang membuat Tuhan menutup kandungannya”. Alkitab penuh dengan banyak kisah perempuan yang mandul, yang pada akhirnya bisa punya anak secara mukjizat: Sara isteri Abraham, Ribka isteri Ishak, perempuan kaya di zaman nabi Elisa.

Jadi, Hana pun depresi. Beneran depresi. Ini kesimpulan pribadi dari saya, karena baca beberapa gejalanya: banyak nangis, gak mau makan, selalu ngerasa sedih.
Suatu ketika setelah Hana di-bully lagi sama Penina, Hana mogok makan lagi, terus ngabur dari keluarganya yang lagi kumpul makan-makan setelah ibadah. Hana lari ke depan pintu Kemah Pertemuan (atau Bait Suci). Di situ Hana berrrdddooooaaaa sampe nungging dan sampe bernazar segala bahwa kalo dikasih anak, Hana akan menyerahkan anak itu buat jadi hamba Tuhan. Demikian Hana berdoa sambil nangis berurai air mata. Saya duga itu nangisnya walopun gak keluar suara, cukup heboh dan mungkin sedikit menjurus ke arah histeris dengan pose-pose yang bikin orang pada nontonin kali ya. Soalnya imam Eli yang udah tuwir dan matanya mungkin mulai rabun, yang lagi duduk di pintu Bait Suci aja ngeliatin Hana sambil nge-judge, bahwa Hana itu pasti perempuan mabok! -.-‘  Sedemikian intens-nya kesan itu, sampe imam Eli negur Hana, supaya bertobat dari mabok-mabokannya!
Inget bahwa imam Eli ini anak-anaknya yang pada dursila aja enggak dia tegor? Entah Eli lebih gampang negor jemaat, entah gimana, yang jelas imam Eli sampe negor Hana supaya bertobat, saya yakin Hana nangisnya dan doanya bukan nangis dan doa biasa.

Abis itu Hana curhat sama Eli, lalu Eli mendoakan Hana, dan Hana dapat janji Tuhan bahwa dia akan dapat anak. Wuah! Ini baru BIG NEWS!!
Alkitab ga merinci berapa taun Hana berdoa dan berusaha dapetin anak, tapi mungkin cukup lama ya, secara isteri mudanya suaminya aja saat itu udah punya beberapa orang anak. Hana langsung gembira luar biasa, dan langsung mau makan. Hm... gejala kejiwaannya sekarang menjurus ke Gangguan Bipolar alias manik depresif wkwkwkw...

Anyway, singkat cerita, Hana kemudian dapet baby Samuel. Oh what joy!

Setelah menikah dulu, kami nunggu setengah tahun lebih baru dikasih hamil. Saya sih biasa-biasa aja, karena emang maunya adaptasi dulu hidup berumah tangga, baru direcokin soal baby. Tapi suami udah gak sabar pengen cepet-cepet punya baby. Jadi lumayan lah beberapa bulan dilalui dengan berdoa meminta baby, ngerasain kecewa saat ngecek ternyata enggak hamil atau enggak datang bulan tapi ternyata cuma telat doang alias enggak hamil. Saat tau hamil, wah rasanya susah dilukiskan dengan kata-kata. Campur aduk antara senang, excited, waswas, kuatir, bersyukur, dll dah...

Buat Hana, campur aduknya pastinya lebih ya, ada rasa lega, puas, bangga, penuh syukur, sukacita, kuatir dan waswas yang normal sekaligus yang “abnormal”, akibat inget nazarnya dulu kepada Tuhan, yaitu bahwa anak itu nanti harus diserahkan kepada Tuhan.
Mengetahui betapa singkatnya waktu yang Hana punya bersama bayi yang sudah sekian laaamaaanya dinanti-nantikan itu, tentunya bawa tekanan tersendiri ya. Alkitab gak mencatat apakah Hana maju mundur alias pake goyah-goyah dalam menepati nazarnya ini. Tapi kalo liat keseluruhan kisah Hana di kitab Samuel, keliatannya Hana bener-bener teguh pendiriannya tentang penyerahan Samuel kepada Tuhan.

Maka, Hana pun mengasuh Samuel sampe Samuel cerai susu, alias disapih. Saya enggak tau umur berapa biasanya anak-anak Israel pada zaman itu disapih, tapi saya perkirakan mungkin sekitar umur 2-3 tahun ya. Soalnya Alkitab sendiri berkata demikian, “Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, ... lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu.” 1 Samuel 1:24

Duh.
Gimana ya rasanya, harus nyerahin anak balita kita begitu aja ke tangan orang lain. Yah teorinya diserahin ke tangan Tuhan sih, tapi kan diserahkannya ke bawah asuhan imam Eli ya, yang udah mulai tua, apalagi imam Eli terkenal kurang bagus parentingnya! >_<
Baca kisah anak-anak imam Eli yang dursila di 1 Samuel 2:12-17 dan 1 Samuel 2:22-25.
Dan ini kata Tuhan sendiri tentang gaya parenting-nya imam Eli: “Sebab telah Kuberitahukan kepadanya bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!” 1 Samuel 3:13

Pada saat Samuel diserahkan kepada Tuhan, anak-anak imam Eli mungkin belom sebobrok seperti yang dikatakan di 1 Samuel 2. Tapi tentunya udah mulai lah ya... kedursilaan mereka bikin geleng2 kepala: ngambil bagian terbaik korban persembahan yang seharusnya buat Tuhan, sampe meniduri perempuan2 yang melayani di Kemah Pertemuan >:O  Astaga...!
Pastinya kebejatan macam gini gak terbentuk dalam sebulan dua bulan, tapi makan waktu bertaun-taun dong.

Gimana ya perasaan Hana mau memasrahkan Samuel ke tangan imam Eli? >_<
Her precious little Samuel, yang diminta dengan doa bertahun-tahun, depresi bertahun-tahun, bergalon-galon air mata, dan nazar yang menyayat hati.
Sebuah ketaatan pada Tuhan dan langkah iman yang luar biasa!

Saya coba ngebayangin gimana kalo saya kudu serahin anak saya.
Wah... belom-belom udah pengen nangis rasanya. Kebayang kayak adegan sinetron kali. Belom lagi kalo anaknya nangis kejer memohon-mohon supaya jangan ditinggal, huhuhu... T.T (Ada yang tau film Chinese jaman jebot yang judulnya My Beloved? Bisa bikin penonton nangis melebihi serian Endless Love loh – oops maaf, ngelantur :P)

Balik ke topik.
Saya yakin hatinya Hana juga duileh sedih buangettt, dan dia selalu memikirkan Samuel-nya itu. Keliatannya Hana bukan tipe mama yang sengaja gak mau bonding atau sengaja gak mau membangun hubungan dekat sama anaknya untuk mencegah luka hati karena nantinya mau diserahkan kepada Tuhan.
Terbukti dari setiap tahun Hana bikinin jubah untuk Samuel dan setiap tahun Hana nengokin Samuel sambil ngasih jubah bikinannya itu (1 Samuel 2:19).
Cuma setahun sekali ketemu Samuel dan Hana bisa tahu dengan tepat ukuran jubah yang harus dijahitkan buat Samuel. Saya bayangin Hana tentu siapin jubah efod kecil untuk sang imam cilik itu dengan mencurahkan segenap cintanya yang gak bisa dia tunjukkan dengan cara lain.

Satu lagi, gimana caranya supaya Samuel bisa jalanin hidup tanpa luka hati ngerasa “dibuang” ortunya (walopun diserahkan kepada Tuhan)? Anak saya aja suka mellow-mellow ga jelas kalo papanya sibuk banget sampe 2-3 hari ga bisa ketemu. Gimana dengan Samuel yang sejak balita dipasrahin ke orang lain? Saya rasa ini juga bukan perkara kecil. Ckckckck...

Dan Hana bilang apa sebagai kalimat terakhir sebelum meninggalkan Samuel pada imam Eli? “Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN. (1 Samuel 1:28)

Ayat di atas adalah ayat terakhir dalam 1 Samuel pasal 1.
Setelah itu, gak ada adegan depresif dramatis ala sinetron.
Sambungannya langsung ke 1 Samuel pasal 2, yang perikopnya diberi judul “Puji-pujian Hana”.
Dimulai dengan 1 Samuel 2:1: Lalu berdoalah Hana, katanya: “Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku, sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.”
Pujian ini berlanjut sampe 10 ayat panjang-panjang yang isinya bener2 meninggikan Tuhan, setitik pun gak ada curhat depresif ala Hana :O

Meskipun mungkin (mungkin doang loh ya) Hana kayaknya ada kecenderungan bipolar, di mana mungkin ada episode manik (hepi berlebihan, semangat berlebihan, gak kenal cape, dll), saya rasa mustinya sekarang Hana depresi ya bukan manik.

Sekilas info, pasal-pasal dan perikop-perikop di dalam Alkitab itu ngga selalu disusun sesuai urutan kronologis (urut waktu dan tempat, alias berbentuk narasi). Kadang-kadang ada pasal yang gak berurutan, jadi kejadian di pasal 2 misalnya, gak selalu terjadi setelah pasal 1.
Dalam kitab 1 Samuel, saya gak tau ini urut kronologis apa enggak, tapi for some reason penulis kitab Samuel menempatkan puji-pujian Hana ini tepat setelah Hana menyerahkan Samuel kecil kepada Tuhan, dan diawali dengan kata “LALU”.
Jadi saya menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Hana naikin pujian ini memang setelah menyerahkan Samuel.

Sangat mengherankan. Dan mengagumkan.
Kenapa Hana bisa memuji setelah menyerahkan anaknya?
Karena Hana mengingat kebaikan Allah, mengingat apa yang sudah Allah berikan buat dia, yaitu anak yang dirindukannya. Begitu kata pak pendeta.

Wow.
Sungguh sikap hati yang luar biasa!
Di saat-saat paling menyedihkan dalam hidupnya, alih-alih berkubang galau dan bermuram durja atau nangis2 atau mengasihani diri sendiri, Hana mengingat kebaikan Allah. Hana menghitung berkatnya, mengingat apa yang Tuhan sudah berikan buat dia.
Hana bisa memuji Tuhan di tengah kesedihan yang mendera.

Another interesting point, keliatannya Hana udah banyak bertumbuh secara rohani dalam tahun-tahun dia hamil, melahirkan, dan mempersiapkan untuk menyerahkan Samuel.
Dulu Hana depresi dan nangis2 sampe kayak orang mabok pas didera persoalan kemandulan. Boro-boro bisa memuji Tuhan.
Sekarang Hana bisa memuji Tuhan meskipun dia baru saja menyerahkan permata hatinya satu-satunya.

Pada waktu hidup lagi enak, rasanya gampang memuji Tuhan, tapi kita suka lupa.
Pada waktu hidup lagi ga enak, rasanya boro-boro pengen memuji Tuhan.

Tapi, setelah saya berpanjang lebar soal Hana, semoga seperti saya, pembaca juga terinspirasi, untuk ingat memuji Tuhan di saat hidup lagi enak, dan berusaha memuji Tuhan waktu hidup lagi ga enak, karena kita mengingat kebaikan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan yang terus menerus nonstop, baik di saat hidup kita enak maupun enggak enak.


Hannah, learning about your life has blessed me so much. Thanks for the inspiration.


Update:

Saya nambahin sedikit, bahwa kisah Hana berakhir dengan sangat happy end, di mana Tuhan memberkati dan mengindahkan Hana, sehingga Hana kemudian mengandung dan melahirkan lagi 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan untuk menggantikan anak yang telah diserahkannya kepada Tuhan (baca 1 Samuel 2:20-21). 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tentang penulis




Natalia Setiadi

Istri dari seorang dokter bernama Ivan. Mama dari seorang anak istimewa berumur 5
tahun. Tinggal di Rantau, kerja freelance sambil menjadi ibu rumah tangga. Nge-blog di
http://nataliasetiadi.blogspot.com, isinya postingan tentang motherhood, pernikahan, anak
berkebutuhan khusus (ADD/ADHD), dll. Silahkan mampir, terutama buat para ortu dari ABK,
ada juga link ke blog-blog ABK. Saya juga rindu untuk bisa sharing dan berkomunitas dengan para ortu ABK yang cinta Tuhan..

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^