Wednesday, December 24, 2014

Bungsu & Sulung


by Felisia Devi


Kisah tentang perumpaan anak yang hilang dalam injil Lukas 15 :11 -32, tentu sangat tidak asing bukan? Sejak masa sekolah minggu, sekolah sudah berulang kali dibahas di mata pelajaran agama, di khotbah2 gereja atau persekutuan. Kisah si anak bungsu yang terhilang dan diterima untuk kembali oleh Bapa. Gambaran mengenai Bapa yang siap menerima pertobatan kita dengan sukacita, sekalipun kita udah nyakitin Tuhan karena dulu bandel, kabur atau lari dari track Tuhan.



Ehmm, tapi apa perumpaan ini cuma mengisahkan tentang penerimaan anak yang hilang?

Mungkin tidak sedikit dari kalian yang sudah tau kebenaran ini lebih dalam, but aku mau tulis ini, karena lagi nge-rema banget buat ku.

Yang namanya perumpaan dari Yesus ,pasti gak sembarangan, gak cetek pengertiannya..keliatan simple tapi dalam dan hanya2 orang yang mau ngerti dan kasih karunia utk bisa ngerti. (Mat 13: 13-16)



Yang gue dapetin pas gali lebih tentang perumpaan ini, menggambarkan dua macam anak Tuhan yang dua-duanya gak sempurna. Dua2nya tidak lebih baik, yang bungsu jelas tidak lebih baik dari si sulung, begitu juga sebaliknya.

Anak bungsu : 
Dikatakan anak bungsu, untuk gambaran anak Tuhan yang lebih muda rohani atau mungkin baru bertobat. Dimana pengenalan akan Tuhan mungkin masih minim, oleh karena konsep berpikirnya masih perlu banyak belajar lebih, tindakannya suka ada 'mau' nya doank sama Tuhan, atau cuma suka minta-minta. Bukan gak boleh minta sih, tapi tipe kaya gini kadang belum ngerti apa yang diminta itu memang yang dia butuhkan atau cuma memuaskan keinginan. Terus klo dah dapetin yang diminta, suka lupa sama Tuhan.
Dan karena ketidak dewasaannya ini, makanya dia tidak bisa mengelola apa yang dia minta.
Yang diminta bungsu itu sesuatu yang 'besar' (warisan), yang belum waktunya diterima, ditambah belum ada kemampuan, kesiapan mental dia untuk mengelola itu, jadinya gitu deh..menjadi bomerang buat dia.
Lalu  klo udah abis2an, babak belur baru nyari Tuhan dan sadar klo dia salah bla bla bla...
Ampun2an sama Tuhan, ngerasa gak layak bisa ada dalam bagian rumah Tuhan. Padahal ya wajar toh kamu ada dirumah Bapa mu, toh kamu anakNya, ya toh? 
Sering denger gak orang2 yang mempunyai pikiran, merasa masuk surga aja udah bagus gak usah jd yang gimana2. Bagus memang merasa gak layak, karena cuma darah Yesus yang melayakkan, tapi jangan sampe karena mental yang salah, menjadikan alasan gak mau terus bertumbuh dalam Tuhan.

Tuhan itu baik, Dia pasti terima kita balik. Namanya anak, seberapa buruk, mau kaya apa tetep anak. Seperti umpama domba hilang 1 dari 100, pasti dicari sama gembala. (Lukas 15 : 4 -7)

Nah lalu bagaimana dengan gambaran si sulung, 
Dikatakan sulung untuk gambaran anak Tuhan yang lebih lama bertobat, alias sudah lebih duluan ngikut Tuhan. Mungkin yang udah mengerti status posisi, jadi gak aneh2 tindakannya, apalagi sampe keluar dari rumah Tuhan. Karena udah tau lah, diluar Tuhan itu 'berantakan'.

Tapi ngeliat Tuhan memperlakukan anak bungsu seperti itu merasa...
kok Tuhan terlalu baik, 
ke enakan si bungsu dapat perlakuan seperti itu, padahal hidup gue lebih radikal dan abis2an buat Tuhan , sedangkan dia masih maen2 or suam2 kuku kenapa dapet hal kaya gitu 
dan sepertinya gak adil...

Si sulung menilai bahwa perbuatan Bapaknya gak adil. Membandingkan, menuntut keadilan Tuhan seperti apa yang dia tau benar.

Wait waittt, apakah ini benar? 
Menilai dan mempertanyakan yang Tuhan lakuin? Menganggap Tuhan itu tidak becus bertindak??!
Siapakah si sulung, lebih hebat dari Tuhan? Sampe bisa menjadi hakim buat Tuhan?
Tentu tidak benar.

Tapi kabar baiknya kedua-duanya dimengerti dan diterima Tuhan.
Dan lewat ini juga biar menyadarkan setiap kita untuk tidak terlalu sibuk /fokus melihat orang lain yang akan cenderung menghakimi dsb. Biar fokus aja ke Tuhan, menjaga hati dan pikiran untuk tidak menjadi celah pekerjaan iblis.

Roma 2:1-3
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
Karena kebenarannya, semua manusia dihadapan Tuhan sama berdosanya.
Yang membedakan, seseorang itu menyadari keberdosaan dia yang di tebus oleh Tuhan pa ga, sehingga menjadikan orang ini hidup oleh kasih karunia, begitu juga melihat orang lain.


Roma 3:23-24
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tentang penulis









Felisia Devi 

A woman who lives in His grace. Likes simple things, travel, adventure, and nature. Loves reading and writing.  




No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^