by Glory Ekasari
"Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi."
(Lukas 12:1)
Kita tentu tahu apa itu ragi, apalagi bagi Pearlians yang suka membuat roti. Biasanya, ragi hanya dipakai sedikit saja untuk satu adonan yang cukup banyak. Tapi uniknya, ragi yang sedikit itu ternyata bisa berpengaruh besar: begitu adonan yang sudah diragi didiamkan beberapa saat, adonan itu akan mengembang. Makanya Tuhan Yesus beberapa kali menggunakan ragi sebagai metafora untuk sesuatu yang kelihatannya kecil tapi sebenarnya berdampak besar.
Salah satu yang disebut "ragi" oleh Tuhan Yesus adalah kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka ini adalah pemuka agama di Israel pada waktu itu, tetapi Tuhan Yesus—tanpa basa-basi—mencela mereka karena kemunafikan mereka. Lalu Yesus memperingatkan betapa berbahayanya kemunafikan itu. Mengapa? Karena kemunafikan itu menular, dan sedikit saja kemunafikan akan merusak diri kita.
Kemunafikan timbul sejak manusia pertama. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, mereka malu dan takut terhadap Tuhan dan berusaha menutupi diri mereka dari-Nya. Mereka membuat cawat dan menyembunyikan diri saat Tuhan datang. Sejak itulahmanusia selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya dari Tuhan dan orang lain.
Orang munafik, seperti seorang aktor, berpura-pura menjadi orang lain yang bukan dirinya. Mereka ini mengaminkan lagu Nike Ardilla yang berkata bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara. Karena itulah, dalam rangka bersandiwara, mereka perlu menampilkan diri mereka sebaik mungkin. Gaya hidup seperti ini sangat tidak disukai Tuhan, apalagi bila yang melakukannya adalah pemuka agama—yang seharusnya menjadi role model bagi umat-Nya.
Seperti apakah kemunafikan orang Farisi itu, sampai-sampai mereka dikecam sedemikian rupa oleh Tuhan Yesus? Kita bisa melihatnya dalam Matius 6. Mereka berdoa di jalan-jalan dengan suara keras, doanya panjang-panjang dan dihafalkan, mendandani diri agar terlihat pucat ketika berpuasa, dan memberi sedekah dengan dilihat orang banyak—semuanya agar kelihatan saleh di mata orang. Ironisnya, Tuhan membenci hal ini. Mungkin memang akting mereka mendapat pujian dari oranglain, tapi mereka tidak mendapat apa-apa dari Tuhan.
Tuhan menyuruh murid-murid-Nya agar waspada terhadap kemunafikan. Ini berarti kita harus penuh kesadaran dan berhati-hati supaya tidak bersikap munafik. Sedikit saja kita izinkan ada kemunafikan dalam diri kita, kita akan menjadi terbiasa, dan kemunafikan itu merembet ke seluruh bagian hidup kita. Mengapa? Karena kita akan merasakan nikmatnya pujian dari manusia, dan kita jadi mengejar hal itu, bukannya mengejar kehendak Allah.
Apa yang tidak dimiliki orang yang munafik? Satu karakter yang sangat penting: integritas. Manusia suka pada orang yang kelihatannya baik (karena itu banyak orang bersikap munafik), tapi yang lebih baik lagi bukan orang yang hanya kelihatannyabaik, tapi orang yang benar-benar baik. Baik seperti apa? Adanya keselarasan antara kebaikan yang ditampilkan dan yang memang ada di dalam diri, yang hidupnya seperti "surat terbuka" yang jujur dan tulus, tanpa ada yang ditutupi dari orang lain. Bagi orang munafik, hal ini menakutkan. Hidup mereka adalah pencitraan, dan mereka tidak bisa membongkar aib mereka sendiri.
Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa justru apa yang ditakuti orang-orang munafik inilah yang akan benar-benar terjadi.
Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.
(Lukas 12:2-3)
Semua kemunafikan akan terbongkar. Pada saat itu, alangkah memalukannya bagi orang munafik, namun alangkah bangganya bagi orang yang hidup dalam integritas.
Bila orang Farisi dan ahli Taurat adalah textbook example untuk kemunafikan, maka Yesus justru sebaliknya: Dialah teladan kita dalam hidup yang jujur dan tulus. Dari lahir-Nya sampai naik-Nya ke surga, Yesus tidak pernah menutupi apapun. Sebelum Dia mulai melayani, Dia hidup bersama keluarga yang bisa melihat gaya hidup-Nya sepanjang hari. Setelah Dia mulai melayani, Dia diikuti 24/7 oleh murid-murid-Nya, dan mereka bisa melihat seluruh hidup-Nya. Ketika Yesus ditangkap dan dibawa ke hadapan mahkamah agama, musuh-musuh-Nya berusaha mencari kesalahan agar Ia bisa dihukum mati, tapi tidak ada satupun kata yang terucap (!!) - sampai mereka akhirnya membuat tuduhan palsu. Di situlah tergenapi nubuat nabi mengenai Mesias, "Dia tidak bercela, dan tipu tidak ada di dalam mulut-Nya."
"Tidak bercela" adalah apa yang Allah kehendaki dari kita. Tapi yang pertama-tama harus kita pikirkan bukan penilaian orang lain tentang kita, melainkan penilaian Allah terhadap kita. Allah tahu isi hati kita yang terdalam; Allah tahu betapa berdosanya kita. Yang harus kita lakukan adalah membuka diri bagi Dia dan menerima Roh-Nya yang akan menyucikan kita dalam segala aspek hidup kita.
Mari berhati-hati terhadap kemunafikan. Sekalipun orang lain bisa tertipu, Tuhan tidak akan tertipu. Lebih baik kita tulus dan jujur di hadapan Tuhan dan manusia, karena:
Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
(Ibrani 4:13)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^