Tuesday, September 29, 2015

Haruskah PH seiman?

By Felisia Devi

*PH = pasangan hidup = jodoh

Dalam masa single gue (alias saat blm punya calon PH) kalau lagi galau, sering banget mikir,
apa gue kompromi aja ya. Gue rasa standard gue ketinggian kali ya, nyari yang sesuai standard Tuhan itu susah bener (anak Tuhan, dewasa rohani), malah kayanya udah ga da, klo ada juga belum tentu buat gue.

Apalagi klo lagi bandingin dan diomongin sama kanan kiri depan belakang, "masa sih ga da pacar?"
Gue cuma bisa senyum klo ditanya tuh kalimat, padahal dalam hati kesel juga, siapa sih yg kaga mau, cuma calon sesuai yang gue tau (cinta Tuhan) belum ada.


Misal, gue sempet di deketin orang yang perawakan OK lah (ganteng), kerjaan OK, anak baek2 juga, katanya juga cuocok banget sama eke, tapi sayang bukan anak Tuhan, jadi mau jalanin juga udah gak damai sejahtera duluan. Pas klo lagi moment2 gini suka tawar2an sama Tuhan, "... ini orang buaekkk banget Dad, kalah orang kristen baeknya, masih tetep bukan dia ya orangnya?"
Pernah juga ada yang udah sama2 percaya Tuhan juga kok, entah satu agama atau beda agama 'dikit', tapi tetep Tuhan bilang bukan. Apa yang kurang Dad, doi percaya juga kok sama Daddy?

Setelah gue pernah coba jalanin, ternyata memang BENER2 GAK BISA dijalanin. Temenan aja butuh yg nyambung, apalagi ini buat teman sisa hidup, kudu yang nyambung! Jadi gue belajar untuk tidak memulai sesuatu yang sudah tau tidak akan bisa gue akhiri. Misal, beda keyakinan (agama), ujungnya kan salah satu harus ngalah, sedangkan gue sampe taun jebot gak mau ngalah karena sebagai pertanggung jawaban dari kebenarang yang udah gue tau. Dan gue juga gak bisa ngarep dia berubah menjadi pemeluk agama sama kaya gue, apalagi berubah cuma karena cinta sama gue.

Karena case ini, membuat gue jadi penasaran dan ingin mencari tau juga, apa sih dasar pemikiran dan logika dari kebenaran ttg PH itu kudu seiman? Ayat doank buat gue kadang kaga cukup, perlu  penalaranya juga. Ini dia penjelasannya yang sempet gue dapetin, mudah2an bisa gue uraikan dengan cukup jelas ya.

Setiap manusia hidup dan bisa ada sampai dengan kondisi dia sekarang karena mengalami peristiwa2 yang berhubungan sama setiap keputusan2 penting yang diambilnya, baik secara sadar atau tidak, semua itu keputusan pribadi masing2. Sewaktu kita belum dewasa, keputusan2 itu mungkin akan lebih banyak dipengaruhi oleh orang tua. Tapi setelah dewasa kita harus bisa mengambil keputusan2, karena hal ini akan terus kita lakukan sampai maut menjemput.

Keputusan itu bisa diambil seseorang berdasarkan apa yang ada dalam pikirannya, yang seseorang percayai, atau diyakini dan bersumber dari informasi2 yang selama ini di dapat dan tersimpan dalam pikirannya.

Saat ini, apa yang kita yakini, atau percayai kita sebut agama.
Seperti gue memilih menjadi agama kristen, bukan karena orang tua gue Kristen, gue juga otomatis Kristen. Mungkin ya pada awalnya, tapi ketika dewasa gue sendiri harus yakin dan percaya tentang iman seorang Kristen. Jadi bukan sekedar Kristen KTP, atau Kristen dari kecil / lahir.

Karena gue yakin tentang yang Yesus ajarkan dan kebenaran yang disampaikan lewat Alkitab, jadi setiap keputusan2 gue sangat dipengaruhi oleh kebenaran2 di Alkitab, karena gue yakin itu kebenaran.
Gue percaya Alkitab adalah seperti peta buat hidup gue, yang dari kebenaran itu gue mengenal Tuhan itu nyata, sekaligus menjadi petunjuk, arah untuk gue menjalani hidup.

Nah, karena PH itu adalah partner yang akan ada disamping gue untuk menjalani sisa hidup gue, yang otomatis bersama setiap hari, terlibat dengan SEGALA urusan hidup gue di dunia ini (begitu juga sebaliknya), dan akan bersama-sama gue untuk menjalankan kehidupan. Makanya dinamakan pasangan hidup, artinya pasangan untuk berjalan bersama mengarungi hidup di dunia ini.

Kita tau namanya hidup di dunia ini bukan hal mudah, pasti akan ada masalah, urusan dan seperti yang tadi gue bilang, pasti akan sering kita diperhadapkan dengan mengambil keputusan2.
Dan dua orang/lebih yang bisa berjalan bersama itu , berarti harus mempunyai satu tujuan yang sama, terutama dalam hidup ini & satu keyakinan untuk bisa lebih 'enak' dalam mengarungi hidup bersama. Yang pasti banget sering perlu memutuskan bareng2. Klo apa yang kita yakini beda, bisa gak keputusan itu akan sama? Bisa aja sih, cuma harus mengalah dan gak tau berdasar apa. Kalau sama2 anak Tuhan, basednya sama, bible untuk setiap langkah keputusan yang kita ambil.

Rumah tangga pernikahan itu adalah sesuatu yang dibangun, membangun itu butuh kerjasama. Lalu PH itu bukan sekedar dari segi penenuhan kebutuhan sex, punya anak, emosi, tapi PH itu adalah pasangan yang bisa diajak kerjasama, jalan bersama, bareng2 membangun dengan dasar yang sama.

 2Kor 6:14  
Janganlah mau menjadi sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan! Tidak mungkin terang bergabung dengan gelap. (BIS)

 Be ye not unequally yoked together with unbelievers: for what fellowship hath righteousness with unrighteousness? and what communion hath light with darkness? 
 
Ayat ini sebenarny bukan hanya sekedar untuk mencari PH, tapi juga untuk persahabatan, alias memang untuk hubungan yang dekat. Karena dari hub yang dekat itu yg akan memperngaruhi pribadi kita. Lagian PH itu kan memang bukan berdasar cinta aja yang bisa pudar karena unsur hormon, tapi harus bisa jadi sahabat kita.

Di ayat ini GAK dibilang jangan sama orang2 yang bukan satu agama, tapi lebih dalam! Dibilang jangan sama orang yang tidak sama2 percaya dengan Kristus, gak cocok! Soalnya ada kan keliatannya memang sama agama, tapi dalam hatinya ternyata beda.

Terjemahan dari bahasa aslinya, lu sama doi ga akan punya kerinduan atau beban yang sama, yang satu mau hidup Tuhan, satu buat menikmati dunia, ya ga nyambung, ga seirama jalan hidupnya!
Bisa aja sih bersatu, salah satu harus ngalah, dan klo udah begini biasa sih tarikan dunia lebih kuat boo. Apalagi kita wanita, yang katanya harus ikut laki, bisa jadi ayat serangan sendiri itu klo kita yang narik pria sekalipun untuk kenal Tuhan. Jadi carilah pasangan yang memang udah kenal Tuhan sebelum sama kita.

Waktu gue pernah mengalami jatuh cinta pada orang yang salah, setelah beres gue baru bisa menamai kegalauan itu, karena gue tau kita tidak sama peta hidupnya, tujuan juga beda. Mungkin hal yang nyatuin juga beda. Tapi perasaan emosi jauh lebih kuat, ya jadi gitu deh, galau tingkat dewa. Hahahaha
Jangan gitu ya, biarlah hidup kita dipimpin oleh roh yang lebih menguasai dan menuntun hidup kita, bukan keinginan daging atau perasaan kita.
Jadi jika FT bilang harus seiman itu, emang harus, MUTLAK! Gak bisa ditawar2.
Klo gak, gak bisa sampe tujuan,alias tujuan Tuhan menciptakan kita (tujuan hidup) gak tergenapi.

*Sekali lagi ini apa yang gue dapet karena tipe gue butuh beginian, mgkn aja Tuhan bisa menyampaikan dengan cara dah uraian dan sisi yg beda ya.*

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^