Wednesday, April 1, 2015

Pleasing God as a Housewife




by Wiryawati Yap

"Do I work..? Yes, I'm a Mom!"
That makes me an alarm clock, chef, maid, doctor, fashion adviser & stylist, waitress, teacher, nanny, nurse, handyman, security, photographer, counselor, chauffeur, lifelong student, event planner, personal assistant, friend, ATM and comforter. I don't get holidays, sick pay or day off. I work thru DAY & NITE. I'm on call every hour for the rest of my life.

- Stella Maria -

Hai Sahabat Pearl, senang sekali berkenalan dengan kalian semua... Aku adalah seorang isteri dari satu suami dan seorang mama dari seorang puteri (Sherafina, 2 tahun). Aku seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang working mom. Ya, aku bersama hubby punya usaha toko kecil-kecilan di sebuah pasar tradisional sehingga sambil mengelola toko, kami berdua bisa mengasuh Sherafina. What a privilege from GOD, di saat banyak ibu-ibu yang dengan sedih dan terpaksa harus meninggalkan anaknya untuk bekerja (karena “harus” bekerja), aku bisa “mendapatkan” keduanya sekaligus. Tapi ini ada harga yang harus dibayar lho… Capenya, stressnya jadi double. But it’s worthy of, karena aku menjadi orang pertama yang melihat tumbuh kembang Sherafina, pertama kali melihat dia tengkurap, pertama kali melihat dia berdiri, berjalan, tumbuh gigi, tertawa, berbicara, bisa memanggil “Mama”, itu semua merupakan moment yang tidak bisa diulang dan tidak bisa dihargai dengan uang. Selain itu, aku juga lebih leluasa menyiapkan makanan buat Sherafina sendiri, karena aku berprinsip no instant food for Sherafina, her food must be homemade n healthy food dan hal ini masih berlangsung sampai sekarang. Walaupun sesekali dia ikut kami wisata kuliner, kami tetap sebisa mungkin memilih healthy food buat Sherafina. Thanks God toko aku bersebrangan dengan pasar jadi bisa sering-sering belanja kalo ada yang lupa atau ada ide masak yang mendadak muncul, hehehe...

Kami tidak memiliki ART atau baby sitter jadi semua urusan rumah tangga dan pekerjaan di toko kami tangani berdua. Bisa dibayangkan capenya? Bangun pagi bersiap-siap ke toko, siapkan sarapan buat Sherafina. Buka toko pukul 7 pagi - 5 sore, setiap hari seperti itu. Pulang malam, setelah Sherafina bobo, masih ada tugas rumah tangga yang harus aku kerjakan seperti memasak, bikin cemilan buat Sherafina, beres-beres rumah, termasuk ngerjain kerja sampingan aku sebagai freelancer jasa accounting.

Cape? Pasti... Stress? Bosan? Sering... tapi aku berusaha supaya hal-hal seperti ini tidak menghalangi aku untuk melakukan semua tugas dan tanggung jawab aku. Karena aku melakukannya dengan sukacita, ada kasih di dalamnya. Aku ingin menyenangkan hati Tuhan lewat peran aku sebagai seorang isteri, mama dan sebagai pemilik toko yang harus melayani pembeli setiap waktu dengan sebaik mungkin. Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik. Tapi honestly, kadang susahnya minta ampun dan sering gagal, hehehe... Apalagi pas cape, ngantuk habis begadang kalo semalam Sherafina rewel karena sakit/alerginya kambuh, selalu dikejar-kejar pekerjaan yang sepertinya tiada pernah habis, bisa emosi jiwa tingkat dewa. Belum lagi saat Sherafina susah makan, wuihhh semua jadi satu deh (cape dan stressnya, hehehe...). Saat seperti inilah benar-benar diperlukan penguasaan diri yang baik. Tapi aku bersyukur karena aku sungguh merasakan kasih dan penyertaan Tuhan. Di saat paling tak berdaya aku justru bisa merasakan betapa kasih karunia Tuhan itu sudah cukup (2 Korintus 12:9). Kalo dulu aku cuma bisa membaca dan melihat “pekerjaan” Tuhan di kehidupan orang lain, sekarang aku bisa merasakannya sendiri di dalam hidup aku. Wah, wah, wah... untuk ukuran orang Kristen sejak Sekolah Minggu, 36 tahun ngaku jadi anak Tuhan Yesus, aku termasuk parah banget yah... but thanks God aku masih punya kesempatan. Aku sungguh-sungguh berharap semua yang aku lakukan saat ini bisa menyenangkan hati Tuhan.

Menyenangkan hati Tuhan... ini pasti keinginan dan kewajiban kita semua sebagai anak-anak Tuhan yang sudah lunas dibayar dengan darah-Nya (1Korintus 6:20). Kita sering ditanya oleh orang lain dan mungkin bertanya-tanya kepada diri kita sendiri: Bagaimana cara saya menyenangkan hati Tuhan? Sudahkah saya menyenangkan hati Tuhan? Sebenarnya jawabannya sangat simple dan mudah karena semua sudah tertuliskan di Alkitab, yaitu melakukan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya. Tepat sekali, 100, betul betul betul (ala Upin Ipin ;)), anak Sekolah Minggu saja pasti bisa jawab, tapi... melakukannya itu yang sulit, iya kannn...??

Honestly, sebagai orang awam yang baca Alkitabnya kadang bolong, berdoanya kadang sambil ngantuk, masih sering jatuh dalam keinginan daging, dan masih banyak lagi kelemahan aku, aku punya prinsip yang cukup simple tapi “dalam”. Menurut aku menyenangkan hati Tuhan adalah “melakukan setiap pekerjaan, tugas dan aktivitas kita sehari-hari dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23). Jadi sebagai apapun diri kita saat ini kita bisa menyenangkan hati Tuhan asal kita melakukan tugas-tugas kita dengan sukacita, penuh ucapan syukur dan tuntas/paripurna.

Kita, pasangan yang menikah, bagaimana cara kita menyenangkan Tuhan melalui pernikahan kita? Hanya dengan satu cara yaitu membangun sebuah rumah tangga yang menyenangkan hati Tuhan. Bagaimana caranya? Dengan mengubah cara pandang kita tentang prinsip dasar dari rumah tangga Kristen yaitu sebuah pernikahan yang tumbuh sehat, bukan berasal dari menyenangkan diri sendiri atau pasangan kita tetapi karena menyenangkan Tuhan. Jadi jangan membayangkan kehidupan pernikahan seperti dongeng Cinderella. Sangat sangat berbeda. Jauh lebih sulit dan kompleks. Kita dituntut mengasihi, menghormati, memaafkan dan melayani pasangan kita dan anak-anak kita dan tentu saja keluarga besar kita (orang tua, mertua, saudara-saudara kita). Dengan cara itulah sebuah rumah tangga bisa disebut sebagai rumah tangga yang menyenangkan Tuhan.

Masak iya sih jadi ibu rumah tangga aja juga bisa menyenangkan hati Tuhan?

Banyak orang (atau kita sendiri maybe??) sering mengangap remeh kedudukan, status dan tugas kita sebagai seorang ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga itu sering dianggap kedudukannya cuma setingkat di atas ART, identik dengan perempuan berdaster, rambut acak-acakan, piring kotor, dapur berantakan, cucian baju segunung, huuff... Tapi setelah membaca quotes yang aku ketik di awal tulisan ini, masihkah kita berpikir demikian? Padahal sesungguhnya… (bukannya sombong nih, mentang-mentang sekarang ibu rumah tangga juga, hehehe...) tugas seorang ibu rumah tangga adalah jauh jauh lebih mulia dan lebih sulit daripada seorang pekerja kantoran setingkat manajer. Aku berani mengatakan hal ini karena aku juga pernah malang melintang di beberapa perusahaan untuk mengejar karier (kayak pendekar wanita yach?), pernah merasakan punya anak buah dengan segala “kebandelan” mereka, pernah merasakan kena tegur atasan (yang harus selalu dianggap paling benar walau salah), lembur sampe malam ngejar deadline laporan (tanpa uang lembur), dsb. Tapi pekerjaan aku itu ternyata masih jauh lebih mudah dan semuanya terbayar saat akhir bulan saat gajian, hehehe… Kalo jadi ibu rumah tangga, kita gak pernah gajian kan… Masih nombok perasaan, tenaga, pikiran, kekhawatiran plus keringat dan air mata. Tapi apa yang kita kerjakan saat ini adalah hal mulia (pujian untuk “Isteri yang cakap”: Amsal 31:10-31, dan kayaknya tidak aku temukan perikop khusus pujian untuk suami atau anak di Alkitab). So we must be proud of ourselves ;) tapi ingat ya… pujian ini dibarengi segudang tanggung jawab kita sebagai ibu rumah tangga.

Being a full-time mother is one of the highest salaried jobs in my field, since the payment is pure love.”
- Mildred B. Vermont -

Jadi aku gak nyesel melepaskan karier aku dan memilih menjadi wirausaha bersama hubby supaya bisa stay di “rumah”, bisa sambil jaga anak, walau income aku saat ini lebih sedikit, tapi aku mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga yaitu special moment bersama Sherafina dan hubby. Aku percaya Tuhan adalah Allah yang mencukupkan. Maybe Tuhan tidak menjadikan kami kaya raya secara materi tetapi aku yakin Tuhan tidak pernah membiarkan anak-Nya meminta-minta bukan? Jadi asal kita bekerja dan berdoa, kehidupan kita pasti tercukupi. Aku yakin kami manjadi “orang kaya” dari sudut pandang yang lain. Jadi buat apa aku takut dan khawatir (Lukas 12:22-31), just keep the faith in Jesus Christ!

Ingatlah bahwa saat kita memasak, kita bukan hanya memberi makan anak dan suami kita, membuat mereka kenyang secara fisik, tetapi kita memberi mereka nutrisi “cinta” melalui makanan yang kita buat.

Ingatlah pada saat kita menjaga/mengasuh anak kita, itu bukan hanya sekedar membuat anak kita tumbuh besar, tetapi kita sedang “membangun” seorang “manusia”, yang tentunya kita ingin dia menjadi manusia yang qualified.

Ingatlah bahwa saat kita melayani suami kita, itu bukan hanya sekedar melakukan tugas kita sebagai isteri tetapi karena kita sedang menjadikan suami kita seorang “lelaki yang sukses” karena di balik seorang lelaki yang sukses pasti terdapat seorang isteri yang hebat.

Ingatlah bahwa kita adalah perempuan yang kuat. Tuhan sudah memberikan kekuatan itu kepada kita pada detik Dia menjadikan kita sebagai seorang isteri dan seorang mama, jadi sudah selayaknya kita menyenangkan hati Tuhan melalui peran kita saat ini. Jangan sia-siakan kekuatan yang sesungguhnya sudah ada di dalam diri kita.

Hingga detik ini pun aku masih belajar menjadi isteri yang cakap, mama yang baik, yang menyenangkan hati Tuhan, walau ini tidak mudah. Kita harus seperti bejana yang siap dibentuk oleh Tuhan, Penjunan kita (Yesaya 64:8). Jadi apapun posisi kita saat ini baik sebagai isteri yang tinggal di rumah atau bekerja di luar rumah, lakukanlah semuanya itu dengan baik, just give our best! Bagiku seorang isteri yang juga mencari nafkah di luar rumah, dia tetap seorang ibu rumah tangga bagi anak dan suaminya. Jadilah mama yang baik, isteri yang baik, anak dan menantu yang baik, saudara yang baik, dan tentu saja pekerja yang baik, dan semuanya itu dilakukan hanya untuk menyenangkan Tuhan.

Melakukan semua tugas kita yang multi tasking ini mesti ada trik-triknya, gak bisa kalo kita hanya bekerja bekerja dan bekerja, gak bakalan selesai tugas kita. Ini ada beberapa tricks n tips yang semoga bisa membantu (^0^)

  1. Bagiku, TIME MANAGEMENT merupakan point penting supaya kita bisa menyelesaikan tugas kita. Susun jadwal kegiatan kita, kegiatan ART dan baby sitter kalau ada, jadwal menu, jadwal belanja, daftar belanja. Bagi aku, segala sesuatu yang terencana jauh lebih enak dan mudah. Oh ya, penting juga untuk menyelaraskan jadwal kita dengan kegiatan hubby supaya tidak saling berbenturan dan beban kita pun bisa tertolong. Ini pun berlaku jika kita tinggal dengan orang tua kita atau mertua kita. Jadi kekompakan dan kerjasama antara anggota rumah tangga juga perlu kita bina supaya kita bisa menyelesaikan tugas kita sebagai isteri dengan multi-tasking jobs.
  1. JAGA KESEHATAN. Ada yang bilang jadi mama itu gak boleh sakit, ada benernya juga karena walau badan kita sedang sakit, kita masih harus tetap menyelesaikan pekerjaan harian kita. Seperti aku yang gak punya ART, walau lagi meriang kepala nyut-nyutan ya tetap harus masak, nyuapin Sherafina, dll. Jadi lebih baik punya badan yang sehat. Karena itu kita harus bisa jaga kesehatan kita melalui pola hidup sehat, pelihara pola makan kita dan istirahat yang cukup. Pepatah Cina mengatakan “penyakit itu datangnya dari makanan”, so be wise with what you eat!!
  1. MEMINTA DAN MENERIMA BANTUAN ORANG LAIN. Kekurangan dan kelebihan aku adalah menjadi seorang yang perfectionist, tapi dengan begitu banyaknya tugas aku sekarang kayaknya ini tidak bisa 100% aku lakukan. Jadi aku harus belajar menerima hasil karya orang lain yang membantu aku... walau itu menurut aku selalu saja kurang perfect, hehehe... Kadang aku harus menurunkan “standar” aku sendiri untuk kebaikan bersama. Daripada aku exhausted mengejar “standar” aku tapi kerjaan gak selesai selesai, aku jadi stress dan uring-uringan terus, sering gak puas dengan hasil kerja/bantuan orang lain (hubby) yang ujung-ujungnya bisa berantem ama hubby kan parahhh… Tidak ada untungnya buat kami berdua. Bener gak?? Contoh: penataan lemari baju sekarang gak bisa serapi dulu karena hubby yang lebih sering bantu menata (thanks so much hubby...) it’s ok lah daripada baju yang udah dicuci dan dirapikan gak dimasukin lemari nanti malah dijadikan serbet dan kain pel ama Sherafina, wkwkwk... Kondisi rumah tidak bisa serapi dulu (tapi bersih lho…) karena segala sesuatu yang ditata pasti dibikin berantakan ama Sherafina, jadi nyerah deh… Untung aja tembok aku “selamat” tidak dijadikan “kanvas” lukisan ama Sherafina.
  1. BELAJAR MENYUKAI tugas-tugas kita (apapun itu). Dulu aku jarang masak, tapi sekarang “harus” masak karena pencernaan Sherafina super sensitif, tidak bisa makan sembarangan. Jadi aku “harus” belajar masak. Supaya tidak jadi beban dan bikin jenuh, aku belajar menikmati cooking time ini. Aku berusaha tumbuhkan passion aku di bidang masak-memasak ini. Thanks God sekarang aku udah lumayan mahir memasak walau itu sebatas homemade baby food dan simple table food. Kadang aku malah bersyukur diberi anak yang alergian kayak Sherafina karena aku jadi bisa masak, hehehe… Anyway, Tuhan pasti punya rencana di setiap masalah.
  1. KENALI DAN BANGGA PADA DIRI SENDIRI. Sah sah saja pingin jadi “super mom” tapi kita bukan “wonder woman” lho... yang bisa segalanya dan memiliki segalanya… Kadang kita iri karena si A pinter bikin kue, si B pandai ngurus rumah, si C pandai masak plus ahli jaga anak, si D punya peralatan dapur lengkap... Ingat selalu bahwa kita adalah mama yang unik dan kreatif dengan cara kita sendiri. Tidak perlu menjadi mama terhebat di dunia, cukup manjadi mama “terbaik” bagi anak-anak kita. Karena setiap anak kebutuhannya berbeda-beda, jadi mama yang dibutuhkan pun berbeda. Oh ya, aku lumayan sering nyanyikan lagu buat Sherafina “Shi Shang Zhi You Mama Hao” (hal terbaik di dunia adalah memiliki ibu). Bukan melulu ingin Sherafina bisa ingat aku, sayang aku seumur hidupnya tetapi lebih kepada supaya aku bisa selalu ingat dan berusaha untuk menjadi ibu yang baik buat Sherafina karena itulah hal terbaik yang bisa dimiliki seorang anak.
  1. MELATIH DIRI SELALU. Rajin dan semangat itu tidak datang dengan sendirinya momsPerformance kerja yang stabil juga susah dipertahankan. Kita yang harus menanam dan menumbuhkan energi-energi positif itu di dalam diri kita. Bagaimana caranya? Hati yang gembira (Amsal 17:22), menangislah dan tertawalah jika itu memang bisa melegakan hati kita, pressure sebagai seorang isteri dan mama itu sangat berat karena harus kerja “manual” & hasil kerja kita tidak bisa “dikoreksi” secara instan. Itulah perbedaan utama dengan pekerjaan di kantor yang mengenal edit, save as, insert, delete, copy paste dsb.
  1. Aku pun juga manusia dan perempuan biasa, hehehe... jadi perlu juga ME TIME untuk me-recharge baterai energi jiwa (supaya point 6 bisa terjaga dengan baik juga). Curi waktu sesekali untuk melemaskan otot dan otak kita dengan kegiatan yang benar-benar kita sukai. Versi aku adalah nonton korama jadul favorit sambil minum kopi pahit manis, ber-FB ria, baca buku, bikin kue/roti, bahkan tidur sejenak juga manjur lho... Trust me, “me time” is very very important!
  1. Akhirnya, kunci dari segala sesuatu yang aku uraikan secara panjang lebar di atas adalah INTIMACY WITH GOD. Ok? All of you must know what I mean ^0^ (Matius 6:33).

Intermezzo and ending:
Saat share cerita ini, aku lagi ngikuti korama “Pasta in Love”, ada nice quote yang aku dapatkan dari korama ini: "Jadilah garam dan terang di dapur kita" ~ recites Bible verse, merupakan perkataan chef Hyun Wok kepada Yo Kyung (junior chef, kekasihnya... nice words, so sweet...). Mari kita juga menjadi garam dan terang di “dapur” kita masing-masing. “Dapur” di sini marilah kita artikan sebagai tempat kita bekerja dan berkarya, jangan melulu dikonotasikan sebagai dapur di rumah tempat kita memasak. Jadi di manapun kita berada, di posisi apapun kita berkarya, mari kita menjadi garam dan terang dunia. Soli deo Gloria.

Salam dan doa dalam kasih Kristus Yesus.

1 comment:

Share Your Thoughts! ^^