Monday, November 12, 2018

Menikmati Proses


by Felisia Devi

Apa yang terlintas dipikiran kalian ketika mendengar kata proses? Ngejelimet? Apa jadi inget proses itu berhubungan sama hal ga enak?

Pernah ada yang nanya sama gue tentang bagaimana kalau mau dapetin sesuatu dari bank. Gue jelasin donk langkah-langkahnya. Yang gue jelasin sebenarnya gak panjang2 banget, ga rinci2 amat, tapi satu kata jawabannya dari dia "Ribettt". Dalam hati gue, duh ileh nyebelin banget nih orang, gitu doank ribet padahal dicoba aja belum, baru gue kasih penjelasannya yang ga detail. Memangnya hanya dengan dia bilang "mau itu, mau ini", bisa langsung bisa dan sudah ada depan mata. *jin atau sulap kali* Apalagi kalau berhubungan sama sistem keamanan bank tabungan kita, klo gampang dapetin, gampang dibobol orang donk berarti.

Kata "ribet", tanda orang males ikutin langkah / proses yang harus dilewati. Dewasa ini, banyak manusia (*ga smua) sudah jarang sekali terbiasa sama yang namanya proses. Mau-nya serba cepet, instant, karena katanya zaman kita sudah bisa menyediakan fasilitas untuk mempermudah kita karena pengaruh kemajuan teknologi. Fasilitas serba cepet, terbiasa dengan yang instant (mie instan, fast food) sampe mendapat gelar pendidikan (ijazah) juga bisa di di beli.

Arti proses sendiri menurut kamus besar Bahasa Indonesia
1) Runtunan perubahan (peristiwa) dl perkembangan sesuatu:
2) Rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yg menghasilkan produk; 

Intinya: suatu sistem/rangkaian yang harus terlewati sebelum kita mendapatkan sesuatu hasil.

Memasuki proses, itu seperti kita masuk dalam suatu "wadah", "lingkup" beserta ketentuan2 yang berlaku dan kita bersedia mengikuti ketentuan2 urutan / rangkaian yg harus dilewati, untuk dapetin sesuatu hasil.

Kalau mau hasil doank, tanpa lewatin proses ? Yuk kita gali.
Coba dipikir, makanan yg cepet saji (instant) itu sehat gak? Gak kan, justru banyak penyakit timbul. Karena kita gak tau bahan apa yang dipake untuk bisa mengawetkan atau membuat itu jadi bisa instant. Lagian se-instant2nya tuh makanan, tetep ada proses yang harus dilewatin untuk jadi makanan instant, bedanya proses itu dilakukan oleh pihal lain , kita tinggal masak cepet atau dapetin hasil aja. Akibatnya kita ga tau cara nya gimana proses langkahnya, tau nya jadi aja. 

Banyak yang gak menyadari, ga ngerti atau sering ga sadar (termasuk gue) kalau proses itu penting. Penting pake banget! Malah banyak yang menganggap proses itu bisa diakali. Hingga cara hidup yang biasa mau cepet itu mempengaruhi sikap kita ke Tuhan, alhasil ke-kristenan juga di anggep instant. Mau langsung cinta Tuhan, mau langsung berubah, mau langsung jadi pemimpin, semuanya mau cepet dan langsung, tapi gak mau ikutin proses terlebih dahulu.

Perlu diperhatikan, cara yang cepet/instant itu juga bukan cara Tuhan. Tapi cara Tuhan kepada umatNya, gak bisa lepas dari yang namanya proses Coba kita tengok cerita-cerita di Alkitab. Tuhan ciptain langit & bumi tidak hanya dalam 1 hari. Ditulis hari pertama sampai hari ke-6 lalu istirahat di hari ke-7. Bukan karena Tuhan gak sanggup buat dalam sekejap, tapi Tuhan mau mengajarkan yang nama proses.

Proses Abraham menunggu bertahun-tahun janji keturunan yang banyak seperti bintang dilangit, pasir dipantai oleh Tuhan tergenapi. Bukan karena Tuhan tidak sanggup kasih anak saat Dia memberikan janji, tapi karena Tuhan mau Abraham lewatin proses untuk membentuknya, siap dan sesuai dengan rencana Tuhan. Dan hasilnya dari proses2 nunggu janji itu, Abraham semakin kenal Allah yang dia sembah dan menghasilkan Abraham sebagai Bapak orang Beriman

Bangsa Israel tentang tanah perjanjian. Sebelum dikasih tanah kanaan, di proses banget sama Tuhan, sengaja Tuhan puterin padang gurun 40 tahun, dikasih roti manna cukup sehari. Hasilnya orang2 yang setengah hati ga dikasih Tuhan merasakan tanah perjanjian. 

Yusuf, untuk melihat mimpi yang Tuhan kasih terjadi dalam hidupnya, harus melewati proses yang Tuhan ijinin terjadi. Dari mulai dijual jadi budak, jadi kepala rumah Potifar, masuk penjara, dan akhirnya menjadi penguasa di mesir yang menyelamatkan bangsa-nya sesuai mimpi yang Tuhan kasih. Lewat proses itu Yusuf gak ngeluh, tapi dia belajar bahwa Tuhan mereka-reka untuk kebaikan.

Daud setelah diurapi jadi raja, dia gak langsung jadi raja, tapi lewatin proses yang Tuhan ijinin terjadi, bertarung dengan goliat, dikejar2 oleh Saul. Tapi lewat proses itu, Daud bukan semakin sebel sama Allah, tapi malah semakin membentuk pribadi Daud yang semakin intim dengan Allah. 

Bahkan Tuhan Yesus sendiri yang adalah Allah, turun ke dunia melewati proses dari ditaruh rahim Maria, lahir menjadi jadi anak manusia, dewasa mengikuti sistem pendidikan sesuai budaya yahudi, puasa 40 hari, melayani sampe Dia akhirnya memenuhi apa yang ditugaskan Allah pada Dia.

So, proses itu bagian dari kehidupan, klo tidak ada proses kayanya bukan hidup deh.

Coba sekarang kita liat contoh sehari2 kita, biar ga ngawang2. Kita bisa bernafas itu ada proses dalam tubuh, dari hidung menghirup dibawa ke paru2 dan seterusnya. Proses kita bisa melihat, aliran darah, kita bisa menggerakkan anggota tubuh, dll. Semuanya ada proses yang semuanya bisa dijelasin secara ilmiah. Intinya tubuh kita setiap saat, setiap detik ,mengalami proses, kalau gak ngalamin proses, namanya tubuh kita "mati."

Tumbuh-tumbuhan menghasilkan makanan yang bisa kita makan, buah2 yg kita sukain, jeruk, mangga, nanas ga dalem semalem bo! Butuh proses! Ditanam/dicangkok, disiram, bertahun2 sampe menghasilkan buah. Hujan pun ada proses terjadinya. Tata surya kita juga punya sistem proses. Dari hal yang terkecil (sel) sampai hal terbesar (jagad raya ini) Tuhan ciptain dengan sistem proses.

Semakin lama proses yg dilewati, semakin rumit, susah, semakin mahal "harga"nya, contohnya emas, mutiara.

Seorang murid dikatakan lulus sekolah, bukan karena dia udah umur sekian, tapi karena dia ada dalam lingkup sekolah, mengikuti ketentuan dari skolah, pembelajaran materi dari kelas taman kanak2 sampai sekolah menengah atas. Itu namanya ikutin proses.

Kemanakah budaya yang mau menikmati proses ?

Kaya kemarin itu gue baru pertama kali urus paspor sendiri, gue akuin ribet, rempong, lama, nyebelin deh, gue musti mondar mandir beberapa kali karena ada kurang ini, kurang itu, bikin emosi sebenarnya. Karena kan biasa bukan gue yang urus, suruh calo, karena ga mau repot. Dalam sikap yg lagi kesel itu, gue disadarin Tuhan, ya ini proses sebenarnya yang harus dilewati buat dapetin paspor. Tapi kenapa gue merasa ribet dan ga demen? Karena gue terbiasa sama yang mau cepet and gak repot, yaitu pake calo.

Ya itu dia deh, terbiasa dengan yang instant, mental ga sabar, mau cepet, gak mau ikutin aturan yang sudah dibuat. Dan setelah sadar klo gue ada dalam proses, baru deh gue bisa menikmati proses bikin paspor itu, dan akhirnya malah jadi belajar. Dari tau sendiri tentang prosedurnya dan merasa bersyukur di negara kita, proses imigrasi tanpa calo pun kita masih dihargai, dilayani.

Ngomong2 soal calo yg salah satu bentuk korupsi, gimana korupsi di negara kita bisa diberantas, kalau masyarakat gak mau repot ikutin peraturan pemerintahan / layanan masyarakat yang ada. Penghalang kita gak bisa menikmati proses "gak mau ribet, gak mau menyangkal diri" mau nya suka2.

Ok, nyambung ke contoh sekolah yang tadi disebutkan. Kita bersekolah di sekolah tertentu, berarti kita ikutin ketentuan yang berlaku di skul dari mulai taman kanak-kanak. Dan dalam proses itu, untuk dapetin hasil (rapor), kita harus belajar. Tapi kenyataannya, banyak yang tidak mau belajar. Lebih nge tren nyontek daripada belajar. Mencontek itu sama seperti tidak mau mengikuti proses. Maunya dapet nilai bagus, tapi gak mau belajar. Ya memang lulus, tapi itu cuma nilai, sebenarnya belum tentu dia mengerti. Punya paradigma yang salah, merasa diri sudah benar & gak mau berubah.

Melewati suatu proses memang ga enak, namanya di proses itu ada sesuatu yang di ubah "bentuk"nya, Merasa konsep berpikir yang dimiliki sudah benar sesuai standard diri sendiri, tapi apakah sudah benar menurut kebenaran firman Tuhan?

Contoh dalam masyarakat punya konsep salah, tentang yang berduit yg dihormati, didulukan, alias memandang bulu. Jadi karena hal ini, ketentuan yg berlaku bisa tuh diabaikan, yang UUD (ujung2nya duit) bisa lancar. Padahal peraturan ada, untuk menjadikan kita masyarakat yang disiplin, tertib. Begitu juga dengan Tuhan kasih Taurat2Nya untuk kebaikan kita, karena Ia mau menjadikan kita manusia seperti rancangan-Nya semula.

Di tempat gue melayani sering diingetkan statement "Proses-Belajar-berubah". Berarti tanpa proses, kita ga pernah belajar. Dan kita ga pernah berubah. Proses itu akan selalu ada dalam hidup kita, untuk kita lewatin. Proses itu menghasilkan suatu "perubahan" buat kita, tapi balik lagi tergantung kita mau belajar apa gak, klo kita gak belajar, ya tidak ada perubahan. 

Seperti seorang yang murid yang terbiasa mencontek, kalau tidak melewati proses, yang ada menjadikan kita manusia "bodoh" yang hanya terima jadi, tapi gak bs "jelasin" prosesnya. Kita ga pernah tau alasan, rincian detail sesuatu, tanpa melewati suatu proses. Berubah luarnya doank, tp ga berubah paradigmanya.

Unutk belajar mengenal Tuhan, menumbuhkan iman, butuh proses, Apalagi dengan manusia kita yg sudah tercemar dosa. Mengenal Tuhan lewat pembelajaran firman Tuhan, proses memikul salib, menyangkal diri (Mat 16:24), melakukan kebenaran firman Tuhan. Klo cuma baca firman Tuhan, gak bener2 mempelajari, merenungkan and mempraktekkan, yang ada cuma jadi ahli taurat / orang farisi. Tau sih, tp ga ngerti. Firman itu cuma jadi pengetahuan, tapi tidak mengubah paradigma yang salah.

Tau sendiri kan, orang taurat farisi ini dikecam sangat oleh Yesus. Mat 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Klo kita sudah tau kebenaran Firman mengenai "A" misalnya, mau punya keinginan untuk mencapai itu. Kan gak hanya dengan "ingin" , trus langsung seketika itu juga kita berubah seperti yang kita inginkan. *ini kan bukan sulap, bukan sihir, bukan magic*, harus ada proses. Beri diri kita untuk ikutin proses yang harus kita lewati, belajar dan alami perubahan. Ga da yang instant.

Tuhan pasti akan memproses kita senantiasa, sasarannya sampe kita serupa dengan kristus. karena Tuhan mau kita menjadi manusia unggul,serupa dengan gambaranNya (Kej 1:26); manusia yang sebelum jatuh dalam dosa (Roma 8:29), itu sasaran Tuhan memproses, mendidik and melatih kita.

Mengerti kehendak Tuhan, ada proses yg harus kita lewati, pelajari, renungkan.

Klo kalian sedang bergumul, sedang menuju suatu tujuan yang sesuai kebenaran, misalnya mau semakin peka dgr suara Tuhan, ya ayo ikutin proses dan belajar. Terus melatih kepekaan kita dengan mencari Tuhan dengan segenap hati, hati yang haus & lapar, banyak baca firman Tuhan. 

Karena, hanya sekedar "ingin" tidak akan menghasilkan perubahan, tapi harus ikutin proses & belajar. Atau ada janji2 Tuhan yang pernah Tuhan kasih tau dan belum tergenapi? Jangan menyerah. ikutin proses yang Tuhan kasih sebelum lihat janji itu tergenapi.

Yang lebih penting buat Tuhan itu pribadi anak2-Nya, bukan janji itu tergenapi, tapi pribadi kita. Kalau Tuhan mau, sebenarnya gampang banget membuat impian/janji2 itu nyata, karena Dia Tuhan. Tapi Tuhan gak mau kita jadi manusia yg ga tau apa2 dan ga bertanggung jawab, cara Tuhan itu ga gitu. Tuhan mau membuat kita cerdas, bertanggung jawab. Dia mau saat kita melihat janji Tuhan tergenapi dlm hidup kita, kita memang siap menerima itu. Jangan sampe Tuhan kasih itu, tapi kita ga siap, dan hal itu jadi menghancurkan kita.

Misalnya, ada org yg mau nya hidup berkelimpahan (kaya materi) untuk membuktikkan hidup dalam Tuhan itu terberkati. Tuhan sih bukannya gak mau anak2nya kaya materi, tapi Tuhan gak mau kekayaan materi itu nanti menghancurkan dia jatuh dalam dosa, karena mental dan pengetahuan tentang Tuhannya minim. Gak bisa ngatur keuangan, prioritas yang benar.

Kebenarannya, buat Tuhan yang penting itu bukan harta duniawi, tapi mengumpulkan harta disurga (Mat 6:19). Tuhan juga mau ajar kita dahulu untuk bisa mengatur keuangan, mengatur prioritas & keberhargaan yang bener, supaya kekayaan materi itu bukan jadi fokus melebihi Tuhan. Yang ada bukan untuk kemuliaan Tuhan, tapi ga sadar jadi kesombongan orang itu.

Mau minta dikasih Tuhan barang dengan berat 100kg untuk dibawa, sedangkan yang 10kg aja dia ga sanggup bawa. Gimana Tuhan mau kasih yg 100kg, yang ada pas dikasih 100kg, malah "membunuh" orang itu karena ga sanggup bawa.

Contoh lain soal proses, contohnya agak ekstrem sih. Seorang anak sangat ingin jadi dokter, dan akhirnya saat kuliah berhasil mendapatkan bangku jurusan kedokteran. Tapi karena si anak gak mau bayar harga untuk belajar dengan sungguh2 materinya, ga selese tuh kuliah Dan sangking depresinya,dia mau langsung beli sertifikat dokter. Oh no!! (mudah2an gak da yg seperti ini ) Ok, gelar sih boleh aja dokter dengan sertifikat yang dibeli, tapi isi kepalanya gak ngerti tentang kedokteran, bisa lebih dr malpraktek itu. Dia ga bisa praktek menjadi dokter sebenarnya, buat apa sekedar gelar tapi sesungguhnya dia bukan dokter. Mending orang yang bisa punya keahlian seperti dokter, tapi ga punya gelar dokter. Karena yang lebih penting keahliannya itu , bukan sekedar gelar.
Sama dengan ke kristenan kita, bukan hanya sekedar label agama Kristen, tapi Kristen itu jadi gaya hidup kita yang mencerminkan Kristus. 

Semakin tinggi pohon, semakin besar kemungkinan terpaan angin yang akan menerpa pohon itu, klo pohon itu tidak punya akar yang kuat, batang nya kecil dan kurus, maka ketika angin dateng, ya roboh bisa2 langsung dlm sekejap. Tuhan mau kita punya dasar yang kuat, bisa menjalani apa yg menjadi bagian kita dimulai dr perkara kecil, sampe Tuhan percayaakan perkara2 besar. Lewat apa? Ya lewat proses.

Jangan lari dari proses yg Tuhan mau kasih and selamat menikmati proses!

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^