Saturday, July 21, 2018

Letter to New Wives #1: You're a Wife Now!


by Lia Stoltzfus

You are a wife now... uda ganti 'status' :) status baru yang disertai dengan tanggungjawab yang baru tentunya.

Bukan lagi 'anak mama' yang bisa manja-manja menikmati masakan mama setiap harinya.
Bukan lagi single yang 'bebas' kelayapan en say 'yes' kalo diajak hanging-out sama temen2 yang masih single lainnya.
Bukan lagi anak kuliahan yang bisa bebas maen game, baca komik or nonton DVD korea begadangan sampe tengah malem.
Bukan lagi 'wanita karir' yang bebas pake duit gajinya beli sepatu, tas branded en macem-macem aksesoris lainnya

nope... nope... nope...

Statusmu sudah beda dan kamu harus SADAR akan hal itu :)

You are a WIFE, a heavenly-gift bride to your husband. 

"He who finds a wife finds what is good and receives favor from the LORD." 
(Proverbs 18:22)

Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN. Kamu adalah 'sesuatu yang BAIK' yang Tuhan berikan dalam hidup suamimu. Tapi meskipun kita adalah 'a heavenly-gift',  kita kudu yang namanya TERUS BELAJAR gimana untuk menjalani role kita as a wife.

Seorang istri diciptakan Tuhan untuk menjadi seorang 'penolong'.

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
(Kejadian 2:18)

Penolong ato bahasa kerennya "a HELPMEET" itu adalah tujuan kita diciptakan oleh Tuhan. Kita diciptakan untuk membantu, menolong, membuat hidup suami menjadi lebih produktif, lebih efektif, lebih maksimal dalam menggenapi panggilan hidupnya. Jadi yang namanya jadi istri itu adalah melayani. Suatu kesempatan untuk melayani Tuhan lewat melayani pria yang kamu kasihi.

inget... PELAYANAN (ministry), yang namanya pelayanan itu kan gak jauh-jauh sama yang namanya 'sacrifice' yah?

Menjadi istri artinya kita bersedia dengan rela dan senang hati to answer husband's needs. Helpmeet = help (to) meet his needs, berusaha menjawab/memenuhi kebutuhan pasangan/suami kita masing-masing.

Apa sih kebutuhan pria sebagai suami? 

Puji Tuhan, pria itu makhluk yang cukup 'simple' yang pasti gak 'serumit' kita para wanita :) Huehehehe... Asal ada hal2 dibawah ini, biasanya pria bakalan ngerasa cukup 'content':

1. His Biological Needs
Sudah pasti suami kita butuh makan, so sebagai istri... belajarlah memasak. Tapi gue gak bisa masak nih... gak papa, asal punya modal kemauan, bisa belajar kok. Tapi gue kan kerja juga, capek kalo mesti masak pulang rumah... inget, pernikahan itu pelayanan :) Capek sedikit gak papalah, baru juga cooking for two, belon yang mesti masak MPASI anak. at least masak pas weekend deh, pasti bisa kan? masa mau beli di luar terus, boros kaliiiiii...

Enakan beli, klo masak lama udah gitu kudu nyuci piringnya lagi... if money is not your problem, sok atuh tapi inget juga... suami bisa punya 'kebanggaan' tersendiri klo tau istrinya bela2in belajar masak apalagi makanan kesukaannya :) lagian someday juga pasti 'mentok' kudu masuk dapur juga pas uda punya anak, gak ada yang rela kan kasih makan anaknya makanan gak jelas kebersihan dan juga kualitasnya? masak sendiri lebih irit, lebih terjamin kebersihannya dan juga pastinya bisa bebas dari MSG kan? =)

Dan percayalah, klo masak emang awal2 cukup ribet en makan waktu lama tapi kalo uda 'terbiasa' jadi cepet kok, malah bisa sambil 'merem' masaknya ;p huehehehe *lebay!* tapi bener, berlaku prinsip 'bisa karena biasa' dalam hal ini :)

Some tips:
- belajar masak yang simple2 dulu, ngecah/numis2/ nge-soup.
- belajar masak makanan kesukaan suami (minta mertua ajarin en kasih tau resep2nya).

Suami juga butuh pakaian yang bersih dan tersetrika rapi. Belajar jadi penolong dalam hal2 kecil seperti mempersiapkan baju kerja suami (kemeja, celana, kaos kaki, dasi), sudah siap ketika dia mandi. Jangan sampe kaos kaki cuma ada sebelah, yang sebelah lagi jadi 'emutan' anjing peliharaan.

Suami butuh rumah yang cukup nyaman untuk ditinggali. Asal ada rumah yang cukup bersih untuk tetap menjadi sehat, suami akan happy2 aja kok. Pria itu biasanya 'gak punya tuntutan super duper tinggi' kayak rumah kudu selalu super kinclong sampe gak ada debu sedikitpun or bisa sambil ngaca di ubin yang mengkilap *duh ngapain juga ngaca di ubin gitu heh?* Jangan lupa menciptakan atmosfer yang 'homey' buat suamimu! Itu yang terpenting. Rumah yang jadi tempat istirahat, a place of sanctuary. (Bacaan lebih lanjut: Making A HOME)

Suami juga butuh keintiman fisik (baca: sex)
Kebutuhan sex pada pria lebih besar daripada wanita so jangan kaget kalo suami menginginkan frekuensi sex yang lebih sering. itu normal dan we need to answer his sexual needs.

2. His Social Needs
Suami butuh companion, someone who he can share his joys and sorrow, successes and failures, fears and dreams. Istri bisa menjawab kebutuhan ini dengan terus menjadi his bestfriend yang give support, lots of encouragements dan juga advice when he needs it. 

Dan jangan lupa juga kalo suamimu tetap butuh 'teman-teman pria'-nya sama seperti kamu juga butuh teman2 wanitamu so jangan 'kekang' dia kalo dia mau pergi olahraga dengan teman2nya main bola atau bulu tangkis or yg lainnya (tentunya dengan frekuensi yg normal).

3. His Deepest Need of Respect and Trust
Pria butuh melihat bahwa istrinya menghargai dirinya as a leader dengan bersikap respect dan submit sama suaminya. Sekalipun mungkin si istri punya gaji lebih besar or punya background 'anak orang kaya' yang beda jauh dengan kondisi ekonomi keluarga suami. Tell your husband that you love him not only with words but with acts of respect.

"You are a good man! A good husband. I am so proud to be your wife!"
"Saya ngrasa diberkatiiiiiii banget punya suami kayak kamu yang mau nolong saya kerjain house chores."

// Respect
- gak ngomong dengan nada 'bossy2' ke suami.
- gak koreksi perkataan or tingkah laku suami dengan sikap I-am-wiser-than-you.
- gak kasih masukan/kritik/advice dengan sikap 'menggurui'.
- gak menceritakan 'peristiwa memalukannya' sebagai bahan ledekan khususnya pas lagi kumpul sama temen-temen.
- gak 'ember' ceritain kelemahan dia khususnya ke sembarang orang/yang gak tepat.
- minta izin/approval dari suami klo mau pergi2 (inget, kamu bukan single lagi) atau mau beli barang yang harganya cukup mahal.
- appreciate and be thankful for his hardwork.
- be thankful for his efforts to find and buy something as your gift (Eventhough barangnya gak sesuai 'seleramu', namanya juga pasangan baru, butuh pengenalan terus-menerus yah...).
- etc

// Trust
- he needs you to trust him, sekalipun dia pernah gagal dalam make a good decision for the family, sekalipun dia juga sempet gagal dalam mengembangkan bisnisnya, sekalipun dia gagal dalam menangin proyek or dapetin customer 'kelas kakap'. Tetaplah percaya bahwa dia mampu, suatu kali akan sukses, suatu hari bakalan berhasil. Terus dukung suamimu, setia di sampingnya... Dalam suka maupun duka, dalam miskin maupun kaya... Dalam keadaan apapun juga :) itu kan yang jadi bagian 'wedding vow'-mu?

Belajar nikmati menjalani role barumu sebagai seorang istri. Inget... istri = penolong = helpmeet = help (to) meet his needs.

Nanti responsibility tentunya akan bertambah dengan bertambahnya 'status' kamu (baca: as a mom) tentunya dengan level 'sacrifice' yang lebih tinggi :)

Jangan nyerah... Belajar... Belajar dan terus punya hati mau belajar (dan diajar).

Tuhan mengurapi kamu untuk menjadi penolong buat suamimu! Kamu dimampukan dan diberi kasih karunia. Teruslah belajar mengandalkan Tuhan. Biarkan hatimu terus diisi dan dipenuhi oleh Kasih Yesus sehingga kasih itu yang bisa kamu alirkan untuk suamimu.



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tentang penulis.

Lia lahir di Jakarta 30 tahun yg lalu. Sekarang berdomisili di Thailand bersama suami dan ketiga anaknya. Kerinduannya adalah menjadi "a simple Christian with a BIG impact". 

1 comment:

  1. big thanks to the writers. i am so blessed to read this article. God bless Us in our family :)

    ReplyDelete

Share Your Thoughts! ^^