Monday, October 12, 2020

Menjadi Pengikut Yang Seperti Pohon Aras Bagi Kristus


by Poppy Noviana

Hai, Pearlians! Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki bulan Desember—bulan yang biasanya penuh salju saat musim dingin di belahan negara dunia yang lain. Hehe. Nah, ketika membayangkan salju yang memenuhi taman dan menutupi tumbuhan, kira-kira apa yang terlintas di pikiran Pearlians? Suram? Tidak ada kehidupan seperti di musim-musim lainnya? Atau ingatan terhadap ketidakberdayaan yang sedang dihadapi?

Tahukah Pearlians bahwa ternyata ada tumbuhan yang masih tetap dapat bertahan hidup walaupun musim dingin sedang berlangsung? Foto ini adalah salah satu buktinya:

Foto yang diambil oleh Adnan Mahmoud Al-Sabbagh itu menarik perhatian saya karena memunculkan sesuatu di benak saya. Seperti yang bisa Pearlians lihat, foto tersebut memuat beberapa pohon di permukaan bersalju; namun ada satu pohon yang berada pada posisi tertinggi bagaikan pemimpin pepohonan. Selain itu, suasana di sana pasti dingin sekali karena penuh salju dan (tampaknya) berangin. Tapi hal itu tidak membuat pohon tersebut mati kekeringan.

Setelah saya selidiki (dengan bantuan Wikipedia), ternyata pohon itu adalah pohon aras libanon yang memiliki banyak keunggulan. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli pegunungan Himalaya hingga Mediterania dan tumbuh dengan baik di ketinggian 1.500 meter - 3.200 meter. Tidak hanya itu, aras bahkan dapat tumbuh hingga ketinggian 60 m.


Hal menarik dari aras lainnya adalah kayunya yang memiliki aroma khas karena kaya akan resin dan keunikan pada motif kayunya. Resin tersebut berguna untuk menangkal serangan ngengat dan dapat menyerap kelembaban dan bau (makanya kayu aras sering jadi bahan baku untuk pembuatan lemari pakaian dan sepatu kayu). Daun aras pun unik; bentuknya meruncing menyerupai jarum dan tetap hijau sepanjang tahun, serta susunannya spiral di sekitar ranting. Setiap spesies aras juga memiliki lapisan lilin di daunnya dengan ketebalan yang bervariasi dan menentukan warna daun. aras tahan terhadap cuaca dingin dan hujan. Itu sebabnya aras dapat menjadi tanaman hias di kawasan beriklim dingin, karena tumbuhan ini tahan terhadap cuaca bertemperatur minus 25 derajat Celcius.

Mungkin karena melihat keunikan pohon aras tersebut membuat pemazmur menulis,

“Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon.”
(Mazmur 92:13)


Adakah ulasan singkat pohon Aras mengingatkan engkau tentang sesuatu?

Memahami identitas diri sendiri di dalam Kristus adalah esensi untuk kehidupan orang percaya, karena—pada dasarnya—kita hidup tidak lebih dari apa yang kita percayai. Buktinya, kita tidak dapat mengubah diri ini berdasarkan persepsi yang kita miliki; kita mengubah persepsi tentang diri sendiri dengan kebenaran yang dipercayai. Artinya, kalau persepsi kita tentang diri sendiri sudah salah sejak awal, kita akan hidup dengan persepsi yang salah selamanya—karena apa yang kita percayai bukanlah kebenaran. Lalu, kebenaran apa yang harus kita pegang?

Alkitab menuliskan, orang percaya dideskripsikan sebagai “saints” (orang-orang kudus) yang artinya holy ones (Roma 1:7, 1 Korintus 1:2, 2 Korintus 1:1 Filipi 1:1) dan ditulis lebih dari 240 kali. Hal ini menjelaskan adanya pemisahan dan pembeda antara orang percaya dan orang belum percaya. Orang percaya sudah dilahirkan baru dan hidup dalam kebenaran. Identitas mereka ditentukan oleh Allah, bukan apa kata orang atau situasi yang dialaminya atau latar belakangnya. Hidup sebagai orang percaya adalah satu hal, namun hidup benar sebagai orang percaya yang sudah dibenarkan adalah hal lain yang perlu dikerjakan dengan tekun. 

Pendeta Chris Manusama pernah berkata, “Ketika kamu berada di garasi, bukan berarti kamu menjadi mobil. Demikianlah orang Kristen: menerima Tuhan Yesus dan berada di gereja, tidak berarti menjadi pengikut-Nya—kalau hanya berdiam diri dan hidup tanpa pertumbuhan.”

Seperti yang dikatakan oleh Pemazmur di atas, kehidupan orang benar yang menghidupi kebenaran akan selalu mengarah kepada kesuburan. Artinya, mereka akan memiliki ketahanan dalam suasana tidak ideal seperti pohon aras pada musim dingin—dimana tidak semua pohon mampu bertahan di sana. Pohon itu juga memiliki aroma dari dalam karena mengandung resin yang berguna untuk dimanfaatkan sebagai perabotan oleh manusia dan batangnya kokoh besar. Ditambah lagi, akarnya yang sekuat itu menahan beban yang sangat berat di atasnya. Tapi ingat: proses dan tekanan yang dilalui si pohon aras pasti nggak kaleng-kaleng. Hal itulah yang dimaksud juga sebagai mental pengikut Yesus, yang perlu menyadari perannya untuk mengakui-Nya di depan manusia. Dengan demikian “Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Yesus di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah.” (Lukas 12:8-9)

Perkataan Yesus di atas benar-benar bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Bayangkan: saat itu, mereka hidup di bawah penjajahan bangsa Romawi, bangsa yang menjadikan Kaisar sebagai dewa dan menuntut mereka untuk menyembahnya (plus dewa-dewi Romawi). Artinya, kalau ada orang yang dengan berani mengaku percaya kepada Yesus, maka nyawa yang jadi taruhan. Kita bisa melihat buktinya dari sejarah gereja mula-mula (khususnya di Kisah Para Rasul), dimana mereka mengalami penganiayaan (baik oleh sesama orang Yahudi (khususnya para petinggi agama) maupun orang non-Yahudi), dan tidak sedikit yang menjadi martir. Walaupun demikian, hal itu tidak mengubur semangat orang percaya di abad pertama untuk bersaksi karena mereka memegang janji penyertaan Allah:

“Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Allah sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Nya. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
(Lukas 21:14-19)

Menjadi pengikut Yesus memang tidak mudah, namun sebenarnya sederhana… sesederhana kamu bisa percaya dan melakukan segala perintah-Nya. Oke, teorinya mah gampang, tapi pelaksanaannya yang bikin hemhamhem. Di saat dunia mengajarkan untuk mengejar popularitas, Yesus justru mengajar kita agar tidak menjadikan hal lain lebih tinggi dari-Nya, dan menempatkan Allah serta kehendak-Nya sebagai alasan dan pusat pengambilan keputusan hidupmu. Jadi ngga popular sih pasti. Kadang terkesan kaku alias ngga fleksibel… tapi itu kata dunia yang tidak bisa dipertanggungjawabkan keberlangsungannya. Kenapa? Karena sejak awal, hanya Fiman Allah yang sanggup menopang kita dari ketidakpastian. Firman-Nya tetap dan tidak ada yang bertentangan dan ini yang perlu kita ingat bersama: semua konteks yang diberikan Allah adalah untuk kebaikan kita, agar kita semakin dibentuk dan bertumbuh ke arah Kristus.

“Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
(Matius 10:42)

Pandemi ini adalah saat terbaik bagi kita untuk mengekspresikan identitas kita—secara nyata—sebagai orang percaya kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Beberapa contoh yang pernah saya lakukan di bawah ini mungkin bisa menginspirasi Pearlians untuk melakukan hal serupa:
  1. Membagikan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan kepada teman kost-an saat ngobrol santai.
  2. Memfasilitasi pertemuan live group secara virtual untuk tetap terkoneksi dan peduli pada orang-orang percaya lainnya.
  3. Menginisiasi bagi-bagi makanan kepada orang kurang mampu yang saya temui di pinggiran jalan.
  4. dan lain-lain (bisa juga lho, kalau ada yang mau nambahin list-nya di kolom komentar).
Bentuk konkret akan membuat kita menjadi lebih relevan dengan kebutuhan dunia saat ini, karena dunia tidak peduli dengan siapa kita sampai mereka melihat apa yang kita lakukan bagi mereka. Kepedulian, ketulusan, kesederhanaan dalam menjalani kehidupan, dan lainnya—yang menginspirasi dan menegaskan bahwa apa yang kita percayai dan anut—adalah nilai-nilai kekal dari Alkitab karena kita pengikut Kristus. Yes, menjadi seorang pelaku Firman dan melayani orang lain, dengan motivasi mengikut Yesus, bisa dilakukan hanya jika kita memilih untuk berelasi dekat dengan Tuhan. Caranya dengan mengenal-Nya, memahami hal-hal yang berkenan kepada-Nya, dan melakukan segala sesuatu untuk Dia dan mengandalkan-Nya (khususnya) saat menghadapi tekanan.

Salah satu pengalaman yang saya alami selama pandemi ini adalah ketika melayani ibadah tutup peti dalam kedukaan keluarga anggota jemaat yang kehilangan ayah yang dikasihinya. Perasaan saya berbenturan dengan keyakinan saya; saya yakin bahwa Allah menyukai jika saya melayani, namun di sisi lain saya ragu-ragu dapat tetap sehat tanpa tertular virus berbahaya yang sedang merajalela (apalagi physical distancing masih harus tetap dilakukan). Well, pada akhirnya saya belajar bahwa perasaan tidak selalu berkata benar, tapi keyakinan saya terhadap perlindungan Tuhan dan berhikmat dengan menerapkan protokol keselamatan membuat saya untuk memenuhi tanggung jawab saya dalam melayani jemaat yang berduka.

Pearlians, ketakutan kita yang berlebihan bisa bergeser menjadi keegoisan dalam memproteksi diri dan apapun yang ada pada kita. Parahnya, hal itu tidak membuat kita terlindungi sama sekali—malah menambah masalah pada tatanan pikiran dan jiwa yang tidak sehat. Namun ketika kita dapat menanggapi panggilan Allah dan menghidupi, kita akan melihat secara nyata bahwa Dia melindungi kita dengan cara-Nya yang ajaib. Yes, hidup yang kita jalani bukan hanya berbicara tentang hari ini dan besok, tapi juga soal apa yang kita persiapkan untuk menyambut hari penghakiman kelak.


Pertanyaannya (sebagai refleksi pribadi juga)…

di mana imanmu?

Apa yang sudah kamu lakukan bagi Tuhan?

Bagaimana kamu mengembangkan talentamu?

Sudahkah kamu menguasai bumi dan bermultiplikasi?

Adakah kasih dan buah roh dalam dirimu?


“Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”
(2 Korintus 4:18)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^