by Glory Ekasari
Kitab Ester dibuka dengan penjelasan tentang latar belakang keadaan pada zaman Ester hidup. Pada masanya, Kerajaan Persia di bawah raja Ahasyweros adalah kekuasaan terbesar di dunia, baik secara politik maupun militer. Kekuasaan sang raja begitu mengagumkan:
Pada zaman Ahasyweros—dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia.
(Ester 1:1)
Sementara itu, orang Yahudi adalah minoritas yang merupakan jajahan dari bangsa Persia; jumlah mereka tidak terlalu banyak dan mereka bukan orang penting di mata dunia. Mereka ditaklukkan Babel—bangsa yang kemudian dikalahkan Media-Persia—puluhan tahun sebelumnya, dan sebagian dari mereka diangkut ke Babel untuk bekerja bagi raja.
Dalam keadaan yang demikian, Ester juga bukanlah siapa-siapa. Dia hanya seorang wanita Yahudi yang tinggal bersama pamannya yang bernama Mordekhai, yang merupakan pegawai kerajaan. Namun Mordekhai adalah seorang yang cerdik, dan ia cepat tanggap terhadap kesempatan. Ketika terjadi insiden kerajaan yang membuat ratu Wasti dipecat dari jabatannya dan diusir dari istana, Mordekhai menyadari bahwa Ester memiliki peluang untuk masuk dalam istana, menggantikan posisi sang ratu.
Kisah Ester seperti fairy tale. Ia sangat disukai oleh semua orang yang berinteraksi dengannya, termasuk sang raja. Dan akhirnya raja memang memilih Ester dibandingkan semua wanita lain dan menjadikannya ratu yang baru. Dalam kisah-kisah princess pada umumnya, setelah sang puteri dinikahi oleh pangeran tampan pewaris kerajaan, ceritanya selesai dengan, “And they lived happily ever after.” Namun dalam kisah Ester, pengangkatannya sebagai ratu ternyata hanya awal dari apa yang akan Tuhan kerjakan bagi umat-Nya melalui dia.
Bencana mengancam orang Yahudi ketika Mordekhai membuat marah Haman bin Hamedata, tangan kanan raja Ahasyweros. Haman mungkin adalah negarawan yang ahli, namun ia penuh kesombongan dan kejahatan. Dalam kemarahannya pada Mordekhai, dia merencanakan pembalasan dengan pembunuhan massal: bukan hanya Mordekhai yang harus mati, tapi semua kaumnya—yaitu, semua orang Yahudi. Dengan kuatnya bangsa Persia dan tingginya kekuasaan Haman, orang Yahudi di seluruh wilayah negeri itu sadar bahwa hidup mereka tinggal hitungan hari.
Siapa yang bisa melakukan sesuatu bagi bangsa Yahudi agar mereka tidak mengalami holocaust oleh bangsa Persia? Ester adalah orang yang tepat! Dia adalah permaisuri dari raja Ahasyweros sendiri, sehingga dialah yang paling bisa berbicara secara langsung kepada raja. Tetapi Ester merasa takut, karena sekalipun dia ratu, raja bisa sewaktu-waktu mengusir bahkan membunuh dia bila dia muncul tanpa dipanggil oleh raja. Pada saat itulah Mordekhai mengingatkan Ester:
“Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
(Ester 4:13-14)
Ketika Ester menguatirkan keselamatannya sendiri, Mordekhai mengingatkan bahwa ada tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya. Seluruh bangsanya dalam ancaman kebinasaan; tetapi Tuhan pasti akan menolong mereka dengan cara apapun juga. Bila Ester ada di posisinya sekarang sebagai salah satu orang yang terdekat dengan raja Persia, Mordekhai mengingatkan, bisa jadi Tuhan mau memakai dia untuk menolong bangsanya.
Singkat cerita, Ester menggerakkan semua orang Yahudi untuk berdoa puasa baginya, dan dia menyusun rencana yang cerdik untuk memberitahukan masalah ini pada raja Ahasyweros. Ketika ia menghadap raja, raja berkenan kepadanya dan Ester dapat menyampaikan permohonannya. Bangsa Yahudi akhirnya selamat dari kebinasaan, bahkan Haman, sang pembenci orang Yahudi, dihukum mati beserta keluarganya oleh raja.
// RENCANA TUHAN MELALUI KITA
Banyak orang Kristen berpikir bahwa hidupnya adalah urusannya sendiri, yang tidak berhubungan dengan keadaan orang lain. Kita minta agar Tuhan memberkati masa depan kita, rencana kita, pekerjaan kita, keluarga kita, dsb. Tetapi kita tidak sadar bahwa Tuhan memberkati kita dengan tujuan. Tuhan punya rencana; rencana-Nya itu melibatkan kita, dan berarti rencana itu lebih besar dari hidup kita.
Sama seperti Ester belajar bahwa dia ditempatkan sebagai ratu untuk menggenapi rencana Tuhan, kita juga perlu belajar bahwa kita ini bukan pemeran utama dalam kehidupan kita. Kita ada untuk melayani Tuhan, dengan segala hal yang Dia sediakan dalam hidup kita: dengan keluarga yang kita miliki, dengan keuangan kita, dengan jabatan kita, dengan kesehatan kita, dsb. Beberapa orang bahkan ditempatkan di waktu dan tempat yang sangat khusus, dalam keadaan yang sangat spesifik, untuk melayani Tuhan di situ.
// RENCANA TUHAN BAGI UMAT-NYA
Trivia: di dalam kitab Ester sama sekali tidak ada kata “Tuhan” atau “Allah”. Namun seluruh kitab ini adalah kisah perlindungan Allah yang ajaib bagi umat-Nya. Dia mengatur segala sesuatu agar berjalan sesuai kehendak-Nya dan memelihara umat-Nya dari musuh-musuh mereka. Bangsa Israel memang memberontak pada Allah dan menanggung hukuman, tetapi Allah tidak meninggalkan mereka. Di manapun mereka berada, Allah menyertai mereka. Sampai sekarang, orang Yahudi masih merayakan hari raya Purim, yang mulai mereka rayakan sejak zaman Ester, untuk mengingat bagaimana Tuhan menyelamatkan bangsa mereka dari kebinasaan.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia akan janji-Nya. Dia berjanji kepada Abraham bahwa keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar; kepada Daud bahwa keturunan Daud akan menjadi raja atas Israel selama-lamanya; dan Dia memenuhi janji-Nya. Sebelum menulis post ini saya sempat melihat artikel di Wikipedia tentang sejarah anti-semitisme (kebencian terhadap orang Yahudi) dari masa ke masa. Setiap abad, dari abad pertama sampai abad ke-21, terus-menerus terjadi tindakan anti-semitisme, yang puncaknya adalah pada holocaust oleh Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Namun bangsa Israel justru pulang kembali ke tanah mereka dan mendirikan negara Israel, serta berseru, “Am Yisrael Chai (Hidup umat Israel)!” Ini adalah bukti bagaimana Tuhan tetap memelihara umat-Nya dalam segala keadaan, melewati segala zaman.
Karena itu, selama kita adalah anak-anak Allah, maka Bapa kita yang baik akan memelihara kehidupan kita. Kita tidak pernah ditinggalkan. Dalam kitab Ester kita melihat apa yang seolah-olah adalah gejolak politik dan militer, namun sesungguhnya ada tangan Tuhan yang perkasa di balik semua itu. Yang kita lihat dalam hidup kita adalah rangkaian peristiwa, dan kadang rasanya Tuhan tidak berbuat apa-apa. Namun seperti dalam kitab Ester, sekalipun nama Tuhan tidak disebutkan, kuasa Tuhan dinyatakan lewat tangan orang biasa seperti Ester.
Maukah kita memberi diri kita untuk dipakai Tuhan? Untuk menggenapi tujuan Tuhan, kita berada dalam lingkungan kita sekarang, menikah dengan suami kita, melayani di gereja tempat kita beribadah sekarang, mengerjakan pekerjaan kita sekarang. Maukah kita merendahkan diri dan berkata seperti Yesaya, “Ini aku, utuslah aku”? Maukah kita mengambil resiko untuk melakukan apa yang benar di tengah keadaan yang tidak mendukung? Mungkin justru untuk saat seperti inilah kita berada di mana kita berada sekarang.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^