Friday, July 29, 2016

Marah Berjenjang dan Musa

by Alphaomega Pulcherima Rambang

“Kadisku yang dulu enak banget. Gak ada tuh ceritanya dia marah-marahin staf kalau salah mengerjakan sesuatu. Yang dimarahin atasan stafnya dulu. Baru nanti atasan staf tersebut marah ke stafnya, jadi berjenjang marahnya”, ucap seorang kawanku.

Abangku yang juga mendengar hal tersebut mengiyakan,”Emang seharusnya seperti itu pimpinan yang benar. Jadi ada tanggung jawab juga tuh mereka yang punya jabatan”.

SETUJUUUUU….!!!
Maunya seperti itu….
Cuma ya di kebanyakan kantor-kantor pemerintahan gak seperti itu. Adanya disposisi doang, misal nih ada surat yang meminta laporan dari BAPPEDA ke dinas, nah turunlah disposisi dari kadis ke kabid, dari kabid ke kasi, dari kasi ke staf, ujung-ujungnya staf yang ngerjain. Kagak ada petunjuk, gak ada konsep apa-apa, staf kebagian pusing, yo wes dikerjain. Ntar kalo dah slese, staf ngasi paraf, kasi ngasi paraf, kabid ngasi paraf, sekretaris kasi paraf, kadis tanda tangan. Kalo dah ngasi paraf harusnya paling gak dah baca dong, dicek gitu kerjaan stafnya, ini kagak, paraf doang. Dah gitu kalo salah, ya yang disalahin stafnya. LANGSUNG STAF YANG DISALAHIN. Serius.

Pernah kejadian seorang staf di kantorku diminta mengerjakan bahan untuk dibawakan dalam sebuah pertemuan dengan beberapa dinas dan masyarakat umum, kagak ada petunjuk, kagak ada konsep. Lah, kerjaannya dah diberikan sejak kapan, diperiksa kaga sama atasan eee….giliran ada yang salah pas disampaikan di depan umum, tuh kawan disalah-salahin di depan umum. Salah siapa coba tuh atasan gak pake meriksa segala?

Makanya, salut bener deh sama kadisnya temenku tadi. Semua jadi belajar bertanggung jawab. Staf gak ngasal kerja karena tahu pekerjaannya dicek, dia tahu atasan langsungnya peduli dengan apa yang dikerjakannya. Sometimes, karena pekerjaan gak pernah dicek, aku jadi gak giving my best, lelahhhh…..Kalo kerjaan bener gak ada diperhatiin tuh, kalo salah disalah-salahin, lah kok jadi curcol saya. Ya gitu deh, apalagi kerjaan yang deadlinenya jadi gak masuk akal gara-gara yang dimintain data suka-suka, diminta kapan eh ngasinya kapan, menghambat kerjaan kita kan, jadi waktunya mepet banget.

Punya Kadis yang marahnya berjenjang gitu jelas-jelas bikin atasan (kabid or kasi) gak bisa pulak ngasal ngelempar kerjaan dan ngasi disposisi ke staf doang karena mereka bertanggung jawab pada Kadisnya, dan beneran kalau ada apa-apa, mereka yang kena, bukan stafnya. Mereka gak bisa Cuma ngasi paraf (seakan-akan mereka mengecek dan mengawasi) pekerjaan staf. Mereka harus sungguh-sungguh bertanggung jawab. Kalau pun gak ngasih konsep, paling gak dicek lah kerjaan bawahan tu, jangan Cuma tahu beres. Atasan yang ginian, bikin aku mikir, ini orang kalo gak ngerti ya malas :p Ya to? Gimana coba? Yang dipercaya banyak kan dituntut banyak. Mosok tunjangan mau, tapi gak ngapa-ngapain, mosok mentang-mentang masa kerja lama-gaji gede mau tapi kerjaannya kagak, mosok koar-koar ngeluh kalau ada apa-apa di kerjaan dia yang tanggung jawab padahal manaaa…manaaa…yang disalahin ma staf muluuuu… #eh.

Entah kenapa setelah mendengar cerita kawanku tentang mantan kadisnya, aku teringat seorang pemimpin bernama Musa. Kenal Musa kan? Kesalahan Musa sepertinya ‘sepele’, dia tidak taat pada perintah Tuhan sehingga Tuhan tidak mengizinkannya masuk ke tanah perjanjian. Tidak taat sama Tuhan tu kesalahan yang dilakukan hampir semua orang Israel, tapi Tuhan kok marah besar sama Musa?

WHY?

Karena Musa pemimpin yang ditunjuk oleh Tuhan, Tuhan ingin mengajarkan tanggung jawab seorang pemimpin begitu besar sehingga ketidaktaannya/kesalahannya diperhitungkan Tuhan. Apakah kesalahan Musa?

Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."
Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka. Bilangan 20:12-13

Dikatakan bahwa Musa tidak percaya pada Tuhan dan tidak menghormati kekudusan Tuhan di depan mata orang Israel, tapi apakah sebenarnya yang telah dilakukan Musa?Perhatikan ini!


Kejadian pertama:

Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah TUHAN, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi di sana tidak ada air untuk diminum bangsa itu

Jadi mulailah mereka itu bertengkar dengan Musa, kata mereka: "Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum." Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?"

Hauslah bangsa itu akan air di sana; bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata: "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?"

Lalu berseru-serulah Musa kepada TUHAN, katanya: "Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!"
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kaupakai memukul sungai Nil dan pergilah.

Maka aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kau pukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.

Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?"

Pada kejadian pertama ini, Musa dan Harun diminta Tuhan untuk memukul batu dengan tongkat dihadapan orang Israel dan para tua-tua. Tuhan sendiri berdiri di atas gunung batu tempat Musa memukulkan tongkatnya.Setelah gunung batu dipukul, keluarlah air.


Kejadian kedua:

Bilangan 20:2-13
Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun,dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: "Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN! Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ?
Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minum pun tidak ada?"
Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka.TUHAN berfirman kepada Musa: "Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya."


Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"

Sesudah itu Musa mengangkat tangannya,lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.
Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka."

Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka.

Di kejadian kedua, Tuhan hanya meminta Musa untuk BERBICARA pada batu tersebut eh…Musa malah berinisiatif untuk memukul batu itu, dua kali pulak!!Musa melanggar Firman Tuhan. Tuhan meminta Musa berkata kepada batu, tetapi Musa memukul batu. Musa memukul batu bahkan sampai dua kali. Mengapa Musa memukul batu? Apa yang membuat Musa tidak taat? Orang Israel memahitkan hati Musa sehingga Musa teledor dengan kata-katanya. Mazmur 106:33
Jadi KEPAHITAN dapat menghalangi kita untuk taat. Huaaa…ngeri kan? Jadi kalo kepahitan jangan disimpan lama-lama,segera dibereskan supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa.

Begitu pahit hati Musa pada orang Israel, begitu marahnya Musa sehingga Musa melakukan ini: Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"
Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.

Musa berkata orang Israel adalah orang yang durhaka, saking marahnya, padahal Tuhan pun tidak berkata demikian. Bisa jadi Musa bosan mendengar keluhan orang Israel. Tapi Tuhan ingin mengajarkan, bahkan di tengah kemarahan kita pun, Ia ingin kita tetap taat dan bertindak berdasarkan firmanNYA. Sekalipun emosi kita meledak-meledak, Dia ingin kita tidak menjadi seperti kuda yang susah dikendalikan. Dia ingin hidup kita dikendalikan firmanNya, semarah apapun kita, fiuhhh… *menampar diri sediri*

Kesalahan Musa yang lain adalah kesombongan. Well, mungkin ia tidak sadar akan kesombongannya, tapi perhatikan apa yang Musa katakan berikut:

Bilangan 20:10
Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: "Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?"

Musa berbicara kepada Israel bahwa mereka (ia dan Harun) yang akan mengeluarkan air bagi orang Israel, padahal nyata-nyata Tuhan yang membuat batu itu mengeluarkan air. Padahal sebelumnya pada kejadian pertama Musa berkata : Mengapakah kamu bertengkar dengan aku? Mengapakah kamu mencobai TUHAN?" (Keluaran 17:2).

Jika Musa yang dikatakan orang yang paling lembut pun bisa jatuh dalam dosa karena kepahitan dan kesombongan, bagaimana dengan daku??? Huhuhuhuu….Bener-bener butuh kasih karunia Tuhan untuk tetap bisa taat sama firman Tuhan. Bener-bener butuh kasih karuniaNya untuk gak hidup dalam kepahitan. Bener-bener butuh kasih karuniaNya untuk menyadari bahwa di luar Tuhan, aku gak bisa berbuat apa-apa.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^