Tuesday, August 2, 2016

Benarkah Dia Pilih Kasih Saat Menyelamatkan?

by Tabita Davinia

Sebuah percakapan antara aku dan dia (a.k.a. calon ph #hehe) terjadi dalam kondangan seorang teman kami pertengahan Juli lalu. Waktu itu kami sedang membahas persiapan kelompok kecil untuk Sabtu berikutnya, di mana kami (dan teman-teman lainnya) akan membicarakan tentang jalan keselamatan kepada anak-anak di komisi remaja di gereja kami.
Dia (D): “Aku masih belum tahu harus bahas apa buat persiapan nanti sore.”
Aku (A): “Tapi seenggaknya kamu udah punya draft-nya, kan?”
D: “Iya, udah sih.” (membuka file yang akan dibahas untuk persiapan itu)
A: (membaca) “Hmmm... menurutku sih, pake ini aja nggak apa-apa. Nanti kamu jabarin gimana harus ngasih penjelasan ke anak-anak.”
D: “Gitu, ya? Oke.”
A: “Eh, bentar. Aku nggak paham sama bagian ini.” (menunjukkan bagian akhir file D)
D: “Kenapa emangnya?”
A: “Katanya Tuhan menyelamatkan semua orang, tapi di sini kok, tulisannya, ‘Hanya orang yang percaya kepada-Nya yang menerima keselamatan’. Berarti Tuhan pilih kasih, dong?”
D: “Lho, Tuhan memang menyelamatkan semua orang. Tapi nggak semuanya menerima keselamatan itu.”
A: “Hah?” (pasang muka nggak paham)
D: “Gini, lho. Bayangin kamu buka pintu rumahmu. Nah, pintunya itu terbuka buat semua orang, kan? Siapa aja bisa masuk. Tergantung orangnya itu mau masuk ato nggak. Kalo nggak mau, ya dia nggak akan ada di dalem rumahmu.”
A: “Oh... jadi keselamatan itu cuma bener-bener bisa diperoleh dari Tuhan kalo kita percaya sama Dia sebagai satu-satunya jalan keselamatan?”
D: “Iya, bener :)”
A: “Oke, aku baru ngeh. Makasih, Ko :)”


Sejak aku lahir baru, itu pertama kalinya aku bener-bener paham kalo nggak semua orang bisa diselamatkan. Selama ini, aku berpikir kalo Tuhan pasti menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali. Ternyata itu salah :p
D juga bilang, kalo mindset-ku itu namanya universalisme. Aliran ini meyakini kalo semua orang bisa diselamatkan dari hukuman kekal, baik yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat maupun yang tidak percaya kepada-Nya. Padahal di Alkitab jelas dikatakan bahwa,
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal
(Yohanes 3:16)

Jadi, agar kita bisa selamat dari hukuman kekal, kita harus percaya kepada Yesus Kristus secara pribadi! Kita harus menyadari bahwa semua kegiatan yang kita lakukan, kesalehan kita, maupun status kita itu nggak bisa menyelamatkan kita. Kok, bisa begitu? Karena kita berdosa! Manusia berdosa nggak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Bagi Tuhan, dosa adalah sesuatu yang menjijikkan sehingga Dia memalingkan muka-Nya dari kita.
tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu
(Yesaya 59:2)

Apakah keadaan seperti itu akan terus terjadi sampai hari terakhir nanti? Ternyata nggak! Bersyukurlah, karena Allah tidak membiarkan kita terus terjebak dalam kungkungan dosa. Untuk itulah, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, sebagai jalan keselamatan bagi kita dari hukuman kekal. Melalui Yesus Kristus, hubungan kita dengan Allah pun dipulihkan, sehingga kita dilayakkan untuk memanggilnya dengan “Bapa” (Roma 8:15).

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(Efesus 2:8—9)

Ingat, Kristus mati sekali untuk selamanya, bagi semua orang di segala zaman. Penyaliban-Nya di bukit Golgota telah membuktikan betapa Bapa sangat mengasihi kita, bahkan rela mengurbankan Anak-Nya yang tunggal untuk mati sebagai penebus dosa kita. Tidak ada karya keselamatan yang lebih besar selain yang Yesus lakukan bagi kita.

Seorang pembimbingku pernah berkata, “Keselamatan itu gratis, tapi menjadi orang Kristen harus bayar harga”. Ya, keselamatan dan menjadi orang Kristen sepenuhnya tidak bisa dipisahkan. Dua hal ini sangat berkaitan erat. Jadi asal omong, “Aku percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatku” itu nggak cukup. Butuh tindakan juga. Yakobus pernah berkata,
“Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”
(Yakobus 2:17)

Pertanyaannya sekarang, maukah Anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda secara pribadi? Jawabannya ada di dalam hidup Anda :)

“Tuhan tidak pilih kasih saat Dia melakukan karya keselamatan-Nya. Pilihan mau percaya kepada-Nya atau tidak, itu ada di tangan kita. Pilihan itu pula yang akan terpancar dari kehidupan kita

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^