Friday, March 18, 2016

Jalan Licin yang Ditempuh Yudas

by Glory Ekasari

Yudas melihat semua mujizat yang dilakukan Yesus. Dia adalah saksi Yesus melakukan hal-hal yang supernatural: menyembuhkan orang-orang sakit, membangkitkan orang mati, memberi makan lima ribu orang dengan modal lima roti dan dua ikan, berjalan di atas air, meredakan badai, dan seterusnya.
Kok bisa-bisanya orang yang punya pengalaman sebegitunya bersama Yesus… malah mengkhianati Dia? Menjual Dia dengan harga tiga puluh keping perak?
Kalau kesalahannya dilimpahkan ke Iblis (Iblis lagi, Iblis lagi. Wkwkwk), sebenernya hal yang sama yang dilakukan Iblis terhadap Yudas dia lakukan juga terhadap Petrus lho. Nih, buktinya.
“Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” (Lukas 22:31)
Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati (Yesus). (Yohanes 13:2)
Loh, ternyata bapaknya Yudas namanya Simon juga. Tapi beda sama Simon muridnya Yesus ya. *jangan-jangan ada yang bingung*
Jadi dua orang ini bukan cuma sama-sama memiliki pengalaman bersama Yesus, tapi juga sama-sama diincar oleh Iblis. Dua-duanya sebenernya juga jadi salah; Yudas menjual Yesus, dan Simon (Petrus) menyangkal kalo dia kenal Yesus. Tapi Simon Petrus bounced back, sedangkan Yudas engga.
Kalo begitu, pendapatku adalah, Iblis bukan faktor utama dari pengkhianatan Yudas terhadap Yesus. Ya tentu si Iblis ada peran (dia bisik-bisikin Yudas, nguber-uber Petrus), tapi ga sebesar itu lah perannya sampe mengubah jatidiri manusia. Kunci dari pengkhianatan Yudas adalah dirinya sendiri.
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. (Matius 26:14-16)
Ayat itu punya paralel di Markus dan Lukas, dan dari tiga referensi itu hanya Lukas yang menyinggung tentang Iblis. Matius dan Markus menulis dengan kesan bahwa apa yang dilakukan Yudas adalah inisiatifnya sendiri. Wah, dari sini kita bisa belajar banyak hal.

What’s in it for me?
Pertama, sebagai pembanding, Petrus jadi murid Yesus karena dia mau mengikuti Yesus. Petrus mungkin naif dan bodoh, tapi tujuannya tulus. Dia bahkan berani bilang bahwa Yesus adalah Mesias – yaitu Raja Israel (Matius 16:16). Sedangkan Yudas, dari awal dia mengikut Yesus, dia punya tujuan lain: dia mau dapet untung dari posisinya yang dekat dengan Yesus.
Sebenernya semua murid Yesus memang keliru berpikir bahwa Yesus akan jadi raja atas Israel pada waktu itu juga (bahkan sampe waktu Yesus mau naik ke surga, mereka masih mikir hal yang sama – Kisah Para Rasul 1:6). Tapi Yudas beda dengan temen-temennya. Orang pada umumnya akan menyebut dia pinter lihat kesempatan; dengan kata lain: licik dan oportunis. Dia sadar bahwa apa yang dia mau dari posisinya yang dekat dengan Yesus (entah kekayaan, pangkat, kenyamanan) ga akan dia dapatkan. Jadi dia cari cara buat dapet apa yang dia mau – atau setidaknya, yang mendekati itu. Kliatan jelas dari pertanyaannya:
“Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?”
Yudas mau sesuatu untuk dirinya sendiri. Waktu dia ga dapet itu dari Yesus, dia jual Yesus buat dapet apa yang dia mau.
Kedua, tentang peran Iblis: Iblis ga bisa berbuat apapun kalo ga ada kesempatan. Dalam Yudas, Iblis melihat kesempatan. Hati Yudas terarah ke dirinya sendiri, dan dia uda bertindak sedemikian jauh dengan menawarkan buat menyerahkan Yesus pada orang-orang Yahudi. Apa yang dilakukan Iblis? Ibarat orang uda di tepi jurang, tinggal didorong aja.
Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” . . Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. (Yohanes 13:27, 30)
Unbelievable. Kalo normalnya, mungkin Yudas bakal malu setengah mati karena Yesus tau rencananya, jadi ga enak, dan ga jadi pergi. Tapi apa yang terjadi? Yudas kerasukan Iblis. Dia pergi tanpa rasa malu, tanpa rasa bersalah (dan nantinya bahkan balik lagi bawa tentara, mencium Yesus sebagai tanda “persahabatan”, lalu menangkap Dia).
Kenapa bisa begitu? Karena Yudas sudah lama membuka hatinya buat Iblis, sejak dia mulai mengikut Yesus dengan harapan akan mendapat apa yang dia inginkan dari Yesus. Begitu datang waktunya, Iblis tinggal ngegas aja.
. . . .
Sebelum kita ngutukin Yudas, aku pengen ajak temen-temen lihat apa yang Yesus katakan pada murid-murid-Nya lamaa sebelum Yudas benar-benar mengkhianati Dia.
“Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.” (Yohanes 6:70)
Sebelum peristiwa ini, Yesus baru kasi makan 5000 orang, jadi orang-orang seneng banget dan mereka ikut Yesus ke mana-mana. Kenapa? Karena mau makan gratis lagi, tentunya. Yesus menegur mereka dan mulai ngomong tentang diri-Nya sebagai “yang datang dari sorga” dan bahwa mereka harus memberikan diri buat mengabdi pada Dia. Wow, wow. Bentar, ini kayanya terlalu keras deh; kenapa Dia ngomong begitu?? Dan sejak Yesus mengklaim tempat sebagai Tuhan, banyak “murid” yang meninggalkan Dia.
Dari sini jelas bahwa kalo kita mau ikut Yesus, ga ada pilihan selain turun dari takhta hidup kita, dan memberikan semuanya buat Dia. Murid-murid yang masih tetap mengikut Yesus ngerti hal itu. Tapi bukannya encourage mereka, Yesus malah memperingatkan mereka: salah satu dari mereka adalah Iblis.
Dengan syarat yang berat untuk mengikut Yesus dan peringatan yang keras seperti itu, harusnya setiap murid-Nya sadar bahwa keputusan yang telah mereka ambil ga gampang, dan mereka harus terus introspeksi diri, menyelidiki hati mereka dan motif mereka mengikut Yesus.
Tapi Yudas ga peduli.
“Mungkin masih ada harapan buat gue,” pikir Yudas. Mungkin masih bisa, mungkin Yesus bakal tetep jadi raja, dan Dia bakal bagi-bagi kekayaan-Nya atau jabatan yang bagus buat Yudas.
Waktu Yudas melihat mimpinya runtuh dan dia ga akan dapet apa yang dia mau, dia ambil keputusan dengan cepat: dia ga butuh Yesus lagi. Semua peringatan yang telah berkali-kali diberikan oleh Yesus seperti menguap begitu saja; Yudas ga sadar bahwa pengkhianat itu adalah dia. Dan begitu waktunya tiba, Iblis menguasai dia, membuat dia jadi ga tau malu dan ga ada rasa bersalah. Dia jual Gurunya dengan sejumlah harga. Harga yang, pada akhirnya dia sadari, terlalu murah.
. . . .

Apa yang terjadi pada Yudas, bisa terjadi pada kita.

Kalo kita ikut Yesus dengan motif lain selain menjadi murid-Nya,
kalo kita ikut Dia dengan harapan dapetin sesuatu dan bukannya mau memberikan sesuatu,
kalo kita fokus pada diri kita sendiri dan bukan pada Dia,
kita bisa tergelincir di tempat yang sama dengan Yudas.

Uda banyak orang jual Yesus demi dapet apa yang mereka mau: uang, jabatan, jodoh, popularitas, dan sebagainya. Banyak orang bilang, “Sejak ikut Yesus, gue bukannya dapet hal yang baik, malah kehilangan semuanya,” dan kecewa lalu meninggalkan Dia. Banyak orang mikir Yesus harusnya memenuhi keinginan mereka, memperlakukan mereka sebagai raja, menyenangkan hati mereka.

Hanya ada satu takhta di hati kita; kalo kita mau Yesus jadi Raja, kita harus turun dari takhta itu dan mencium kaki-Nya – Tuhan dan Raja kita. Kalo Yesus ga pernah bener-bener kita beri takhta itu, jalan licin yang ditempuh Yudas, sebenernya sedang kita tempuh juga.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^