Friday, July 17, 2015

Money can Talk, so can We

by Grace Suryani

Kemaren ini, seorang sahabat saya cerita soal kelas bina pranikah yang diikuti. Dia bilang salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar di dalam hubungan suami istri itu soal keuangan. Gue setuju banget.

Kalo denger kalimat, suami istri ribut gara-gara uang itu kesannya kok ‘duniawi’ sekali, atau bayangan kita itu suami istri bangkrut, ga punya duit, selama ini ga nabung atau karena sesuatu dan lain hal, tabungan ludes, so jadi masalah deh. Seolah-olah masalah dengan uang itu pasti SELALU masalah besar. Ya dan tidak. Ya, ada pasangan suami istri yang karena mengalami krisis keuangan besar-besaran trus jadi berantem mulu. Tapi, ga selalu pasangan suami istri berantem karena uang itu artinya PASTI mereka lagi ngalamin krisis keuangan. Kalo menurut gue yang bikin masalah itu bukan uangnya, tapi cara pandang kita terhadap uang dan cara kita memakai uang yang berbeda dengan pasangan kita yang menyebabkan terjadinya masalah.

Yang menarik,dari hasil pengamatan gue terhadap pasangan suami istri di sekitar gue, dari tiap pasang suami istri, pasti ada salah satu yang kecenderungannya lebih ‘boros’ daripada yang laen. Jadi kalo misalnya di pasangan suami istri A dan B, suaminya A lebih boros. Tapi di pasangan suami istri C dan D, istrinya D yang lebih boros. Tapi jangan salah, definisi boros di sini tuh bukan selalu berarti menghambur-hamburkan uang, beli barang-barang mahal melulu. Ga selalu.

Contohnya deh, kalo kalian kenal suami gue, Tepen, pasti kata ‘boros’ itu ga termasuk untuk mendeskripsikan suami gue. :p Suami gue tuh penampilannya sederhana banget, kaos gratisan, tas juga gratisan. Pokoknya ga keliatan typical boros deh. Dulu sebelon married, gue pikir gue bakal lebih boros, eh ternyata oh ternyata, gue justru lebih pelit!

Kita itu sebenernya dah termasuk pasangan yang pandangan tentang keuangan tuh ga beda2 jauh. Biasa, typical Chinese family, menabung nomor 1. Tapi sekalipun kita banyak samanya, tetep ada bedanya. Salah satu ketika kita lakukan budgeting. Misalnya, XX SGD buat entertainment (makan di luar, nonton bioskop, dll). Kalo dah mendekati akhir bulan en cuman baru kepake kurang dari itu, pikiran gue langsung, “Ah, we can save more.” Sedangkan pikiran Tepen, “Ah, we can spend more. Ayok makan di luar.” :p Kalo buat beli barang juga gitu. Tepen ternyata suka yang mahal, gue selalu pilih bukan yang paling mahal. Prinsip ibu-ibu kalo bisa lebih murah 1 dollar,kenapa harus bayar 1 dollar extra?!?!  Definisi Tepen soal Best Buy adalah membeli barang baru yang paling bagus dan paling mahal (teknologi terbaru dan tercanggih), sedangkan definisi gue ttg Best Buy adalah dapet barang yg gue mau dengan harga yang paling miring sekalipun harus nunggu lama (gue dulu biasa beli pakaian musim dingin DI AKHIR musim dingin :p soalnya itu harga paling miring. En gue rela nunggu setaon buat bisa pake lagi hehehe).

Awal-awal tuh bĂȘte banget. Kok kamu beda banget sih?!?! Tapi lama-lama, gue jadi sadar, BEDA ITU BAGUS! Kalo gue dapet suami yang sama-sama pelitnya sama gue, sengsaralah gue. Nimbun duit kagak pernah dipake. Kalo Tepen dapet istri yang sama-sama maunya yang paling mahal, bangkrut lah dia. :p Loe beli laptop paling mahal, gue beli sepatu paling mahal. Justru pola keuangan kita yang beda ini lah yang membuat bisa terjadinya keseimbangan. Ada saatnya memang harus menahan diri, ada saatnya emank harus keluarin duit.

Kata orang, money talks. Menurut gue, so can we. Uang bisa ‘ngomong’, kita juga bisa ngomong. Jadi jangan biarkan perbedaan cara mengelola keuangan jadi boomerang buat pernikahan. Justru itu bisa jadi salah satu kekuatan kita untuk membangun pernikahan yang lebih tahan uji. Beberapa hal yang gue pelajari selama bergumul soal perbedaan kita :

1. Always believe in ur spouse’s good intention
Biasanya yang paling bikin ribut bukan pandangan kita beda. Tapi karena kita GA PERCAYA kalo pasangan kita itu memikirkan ‘kesejahteraan’ keluarga kita. Sering kita pikir, yang paling bener itu cara gue. So ketika pasangan kita bilang, “We must spend this amount of money.”, kadang yang langsung muncul adalah, “LOE MAU KITA JADI MISKIN HAH?!!?” Atau mungkin ketika pasangan kita mengingatkan “Kayaknya bulan ini dah kebanyakkan belanja.”, yang ada di pikiran kita adalah, “LOE GA MAU GUE HAPPY YAH?!?! Masak gue kerja cape-cape beli ini aja ga boleh.”

Pikiran-pikiran negative itu muncul karena kita pikir pasangan kita itu tidak peduli dgn our family’s welfare. Padahal belon tentu!! Di dalam banyak ‘perdebatan’, akhirnya gue menemukan bahwa sekalipun solusi kita berdua tuh kadang2 bisa bertolak belakang tapi yang mendasari kita memikirkan solusi itu adalah karena kita memikirkan pasangan kita!!

Jadi pertama, ketika denger pandangan super aneh dari pasangan kita, CALM DOWN! Take time to pray and say to urself, “He loves me … he loves me … he loves our family.”

2. Listen first!
Kita baru bisa mendengarkan dengan efektif kalo kita sudah lakukan point no 1. Selama kita belon bener-bener yakin kalo pasangan kita itu mikirin kita, apapun yang dia ngomong pasti jadi angin lalu dah. Angin mamiri, masuk ke kanan keluar ke kiri.

Setelah kita believe in our spouses. Let them explain. “Kamu kok mikir kayak gitu, apa alasannya?” “Kenapa menurutmu kita harus beli sekarang?”, “Kenapa kau bilang JANGAN beli sekarang?”

Sambil mereka menjelaskan, try to be an active listener. Caranya adalah dengan memastikan persepsi yang kita tangkap itu sama dengan yang pasangan kita maksud. Kita bisa bilang, “Oh jadi, menurutmu jangan beli sekarang karena blablabalabla. Bener ga?”

3. Explain ur way of thinking
Sebagian besar pertengkaran biasanya bisa selesai kalo kita melakukan dua step di atas. :p coz yah sebenernya banyak pertengkaran itu terjadi karena kita punya persepsi yang salah dengan pasangan kita. begitu kita mengerti cara berpikirnya dia, begitu kita ngeh oohh ternyata dia bener-bener mikirin kesejahteraan keluarga, biasanya udah tenang deh.  Tapi kadang sekalipun pasangan kita sudah menjelaskan, persepsinya sudah sama, kita tetep ga setuju. And that’s fine. Setelah dia jelasin, baru kita juga jelasin kenapa kita berpikir hal yang beda. Apa alasannya. Apa pertimbangannya.

 4.   Pray
Dan ga jarang guys, pembicaraan tidak bisa selesai dalam 1 sesi. Mungkin karena udah harus buru-buru ke kantor, atau hal lainnya. En itu juga wajar. So ladies, don’t push ur hubby to solve all conflict NOW! :p kadang cara terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat adalah dengan break. Masing-masing pihak2 sama cooling down dan ambil waktu buat berdoa. Minta Tuhan entah ubah hati kita dan bekerja menyatakan maksud-Nya.

Kita tuh hidup ga lepas dari uang. Apakah masalah keuangan bisa menghancurkan pernikahan atau justru memperkokoh itu tergantung kita. Apa kita mau belajar menerima pandangan pasangan yang berbeda, dan ga hanya menerima tapi juga MENSYUKURI bahwa Tuhan kasih kita pasangan yang BEDA BANGET.

Money talks, so can we : )

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^