by Mekar A. Pradipta
Dulu, kalau ada di antara kami yang mulai 'sparkling-sparkling'
 sama cowok, kakak rohani kami pasti langsung bilang, "Doakan dulu. Cari
 kehendak Tuhan. Cari tahu apa dia memang orang yang Tuhan kehendaki 
untukmu." Lalu kalau ditanya bagaimana cara mengetahui kehendak Tuhan, weeeewww, dia cuma bilang, "Dia bisa bicara lewat apapun. You have to figure it out yourself.
 Bisa lewat firman, bisa lewat damai sejahtera, atau mungkin suara hati.
 Bisa juga peneguhan orang tua dan pemimpin rohani. Bisa juga lewat somethings supranatural seperti tanda, mimpi atau nubuatan."
And then dalam masa pertumbuhanku as a Christian,
 jadi sering denger kalo penyataan supranatural soal jodoh itu emang 
ada, tapi harus sangat amat diuji. Soalnya bisa jadi karena emosi kita 
terlalu banyak bicara, akibatnya segala sesuatu bisa kita anggap tanda. 
 Kan bisa jadi kita terlalu mikirin si dia sampe kebawa mimpi yang 
sebenernya ga diilhami sama Roh Kudus, tapi roh kudis alias KUbikin 
DramatIS (haha, singkatannya maksa! :p)
 
Tuhan bisa saja menyatakan bahwa seseorang adalah pasangan kita. Yep, that's true.
 Yang jadi masalah adalah ketika pewahyuan itu datang kepada si wanita 
terlebih dulu, sementara di pria belum tahu apa-apa. Kadang fakta ini 
bikin si wanita malah jadi ngga tenang. Bawaanya, galauuuuu, dan 
melauuuu (melow maksudnyaaa, hehehe) Pertama, kita, para wanita, kadang 
jadi terbeban dengan pertanyaan apakah janji itu benar dari Tuhan. 
Pertanyaan ini sih normal dan bahkan memang harus. Saat menerima janji 
itu yang perlu kita lakukan adalah mengujinya.
I Tesalonika 5:21
Ujilah segala sesuatu... 
Bagaimana bisa
 tahu apakah itu benar dari Tuhan? Hmmm, yang utama, bangun hubungan 
pribadi  dengan Tuhan. Semakin intim kita dengan Tuhan, semakin peka 
kita dengan  suaraNya. Lalu berdiskusilah dengan wanita-wanita lain yang
 bijaksana dan minta mereka untuk ikut berdoa dan memberikan pengawasan.
 Orang itu bisa saja pemimpin rohani, orang tua atau sahabat yang bisa 
dipercaya. Tahap ini penting agar mata dan telinga kita tetap terbuka 
pada apapun penyataan Tuhan. Diakui atau tidak, cinta di hati kita bisa 
membutakan dan menulikan mata hati kita, hehehe. Biasanya mereka bisa 
melihat apa yang tidak bisa kita lihat, termasuk salah satunya kenyataan
 bahwa pria itu mungkin tidak sebaik yang kita kira.
Kedua, kalau 
misalkan benar janji itu dari Allah, kadang kita jadi gelisah dengan 
bagaimana janji itu akan digenapi. Kita juga cenderung tidak sabar 
menunggu pemenuhan janji itu. Ketidaksabaran ini nih yang kadang bikin 
kita lupa kalo God wants us to behave like a ruby (kaya yang aku tulis di post ini) Mungkin aja kita, para wanita, jadi berpikir it's ok
 untuk bertindak duluan karena kita punya janji Tuhan (lewat firman, 
mimpi, nubuatan atau tanda apapun lah...) Atau saking ngga sabarnya, 
akhirnya kita jadi sok menolong Tuhan (dan pria-pria itu) 'menggenapi' 
janji yang kita terima. Misalnya dengan kirim surat ke si pria (dengan 
kertas pink bunga-bunga beraroma bunga sedap malam dan cap bibir di 
amplopnya :D), isinya, "Engkaulah orangnya. Tuhan sudah menyatakannya 
padaku. Would you marry me?"*Halaaaahhhh...* 
Di buku A Good Man is hard To Find
 ada pembahasan soal sikap kita ketika kita (sepertinya) menerima  
pewahyuan bahwa si dia adalah pria yang dikehendaki Tuhan buat jadi  
pasangan kita. Hoho... kaya gini nih...
Kalau  Allah telah memberikan pewahyuan tentang seorang pria tertentu sebagai  suami anda. Pertama-tama, tenanglah. Kemudian, santailah dan biarkan dia  pergi.
 Bebaskan pria itu dari doa-doa perjodohan anda, dan dari semua  harapan
 tentang bagaimana hal itu akan terwujud. Jangan berpikir bahwa  anda 
dapat memaksakan Allah pada suatu rencana tindakan, karena disini  sama 
seperti kebanyakan tanggapanNya terhadap doa-doa, jawaban diberikan  
dengan cara yang paling tidak anda perkirakan. Anda tidak bisa  
mengantisipasi tindakan-tindakan Allah karena hal itu jarang mengikuti  
jalur yang telah anda siapkan. Ia adalah Allah yang berdaulat. Allah  
yang memegang kendali. Jika 
pewahyuan itu benar dari Allah dan bukan  berdasarkan kekuatan, hawa 
nafsu ataupun emosi anda, maka realitanya  akan terwujud tanpa dorongan 
apapun dari anda.
Anda
  akan merasakan bahwa duduk diam merasakan Allah bekerja jauh lebih  
menyenangkan dan membangun iman anda, daripada melompat-lompat  
mendahuluiNya dan berusaha melakukanNya sendiri. Beristirahat di tempat  perhentian adalah satu-satunya cara untuk membuktikan apa yang Allah  katakan.
Melepaskan  cengkeraman dari seorang pria berarti melepaskan kehendak Anda, yang  artinya sama dengan melepaskan pria itu. Betapa
 pun sulitnya, respon  anda yang terbaik terhadap pria yang dituju 
adalah bersikap tenang,  tetap manis dan ramah, serta tidak agresif. Tindakan apapun yang anda  ambil untuk mendesaknya akan membuat urusan menjadi kacau.
 Meskipun  tidak mudah, berhentilah memusatkan perhatian padanya sebagai
 calon  teman hidup. Berdoalah tentang hal itu dan mintalah agar Tuhan  
membiarkannya berada di balik pikiran anda, sehingga ia tidak menjadi  
obsesi bagi anda. 
Semua  kecemasan, obsesi dan perencanaan anda tidak akan mempercepat rencana  Allah sedikitpun.
 Jika anda tidak dapat mempertahankan fokus anda pada  Allah dan bukan 
pada seorang pria, anda hanya akan berhasil membuat diri  anda sengsara.
 Tentu saja, anda bebas untuk memperlakukannya sebagai  teman, dan untuk
 menikmati kebersamaan dengannya, kalau memang ia ingin  bersama anda, 
tetapi anda tidak boleh lebih dari itu.
 
Kesimpulannya, kalau janji
 yang kita terima itu benar dari Tuhan, peneguhannya akan diberikan 
kepada dua belah pihak, dan pria yang akan jadi inisiator. Kalau kita sudah terima janji Tuhan dan si pria nampaknya belum, well, the only way is just wait. Menunggu
 disini sebenernya bukan menunggu si pria itu, tapi lebih kepada 
menunggu Allah menyingkapkan kehendakNya, yang salah satunya mungkin 
ditandai dengan adanya inisiatif dari si pria. Kalau
 memang Dia orangnya, Tuhan pasti juga akan ngomong ke dia. Bisa jadi 
Tuhan akan kirim malaikat untuk datang dalam mimpinya dan bilang, 
"Jangan takut menikahi anakku si Ruby.... bla... bla... bla..." Dan si 
pria langsung ngelamar kita di hari berikutnya :p Hahaha, terinspirasi 
dari kisah Yusuf dan Maria gitu deh ceritanya....
Ya intinya, ga peduli how real the promise seems, tetap biarkan si pria yang melakukan inisiatif. Kalau belum, tunggu. Dalam
 fase ini mungkin timbul pertanyaan-pertanyaan, "Boleh ngga aku sms 
dia?" atau "Boleh ngga aku sapa dia di facebook?" Mmm, itu kembali pada 
tiap pribadi, apa tujuannya sms/chat ke dia? Apakah memang ada sesuatu 
yang perlu disampaikan? Atau hanya sekedar memuaskan rasa ingin ngobrol?
 Atau jangan-jangan untuk memancing dia bertindak? Hal ini penting 
karena kita perlu tetap menetapkan batasan-batasan untuk menjaga hati 
kita tidak terikat padanya secara emosional. Penting juga untuk menjaga 
perilaku kita kepada pria itu tidak berlebihan. Keintiman adalah upah 
dari komitmen, kata mas Joshua Harris^^
Lalu, mungkin dalam masa penantian itu muncul pertanyaan, harus menunggu sampai berapa lama? Hmm, back again, harus tanya Tuhan. Ngga ada patokan pasti. It can be sooner or later. Lalu bagaimana kalau kita sudah menunggu dan ternyata si pria tidak juga melakukan inisiatif (baca: tindakan) apa-apa? Yaaah, mungkin memang belum waktunya, atau bisa jadi kita
 memang salah mendengar suara Tuhan. Karena, saat kita menunggu, 
sebenarnya juga adalah saat kita menguji, kemungkinan kita salah dalam 
mengartikan apa kehendak Allah tetap saja ada. 
Mungkin
 kita jadi bertanya, kalau memang ternyata bukan dia, kenapa Tuhan 
membiarkan aku menunggu? Kenapa Tuhan ngga bilang aja langsung orangnya 
bukan dia? Kenapa Tuhan ngga bilang langsung, "Woi, anakKu, itu bukan 
janjiKu, itu cuma perasaanmu aja"? Kenapa Tuhan justru mengijinkan kita 
menunggu? Wkwkwk, maksud Tuhan bisa berbeda pada setiap orang, tapi 
tetep aja, there are a lot of treasures we can learn when God  teaches us how to wait upon Him. Trust me. Pada
 akhirnya ini bukan soal mendapatkan siapapun pria itu, tapi soal 
mengalami Tuhan dan dibentuk serupa dia :) Percayalah bahwa jalanNya 
sangat bijaksana.
Kalau ada yang pernah baca blognya Ci Nelly (yang belum bisa klik disini) dan baca post yang judulnya How I know that he is the one from God
 (yang ada 6 jilid^^ dan masih akan lanjut ;p) pasti udah tahu 
perjuangan Ci Nelly buat menghidupi janji spesifik tentang Bang G. Tuhan
 bilang Bang G adalah jodohnya, dan itu diteguhkan lewat firman, mimpi, 
dan pemimpin rohani. Even ketika Ci Nelly mo berenti nunggu pun, 
Tuhan terus ingetin Ci Nelly buat terus menunggu. Bayangin aja, Bang G 
udah naksir orang lain, Tuhan tetep suruh Ci Nelly ngelanjutin proses 
itu. A big wooowww!!! 
Satu hal yang pasti, dalam kisah Ci Nelly ini tetap ada bagian dimana Ci Nelly melepaskan Bang G. Bukan berarti Ci Nelly give up on the promises,
 tapi lebih kepada berserah kepada cara Tuhan dan waktu Tuhan. Ci Nelly 
tidak melakukan apapun untuk mendorong pria itu memilih Ci Nelly. She just prayed, prayed and prayed. Consulted God and her leader always. Even dia terbuka pada kemungkinan kalau ternyata dia salah denger suara Tuhan. Even kalau pria itu ternyata tidak jadi miliknya, dia
 juga ngga akan pernah kecewa karena Tuhan tetap memakai masa menunggu 
itu untuk membentuk dan mempertajam karakternya. Dia juga ngga akan 
kecewa karena Tuhan selalu cukup buat dia. Hal ini jadi obat anti-galau 
buat dia :)
Soal
 peneguhan tentang janji mengenai pasangan hidup ini memang bisa jadi 
ribet banget. So, buat kamu yang sedang bergumul dengan masa penantian 
akan seseorang, terutama kalau kamu merasa Tuhan sudah menjanjikan orang
 itu untukmu, ikuti aja prosesnya, tetap melekat kepada Allah dan ikuti 
tuntunanNya. Peganglah janji Tuhan bahwa Ia adalah Allah yang sungguh rindu  memberikan tuntunan dan arahan bagi kita.
Mazmur 32:8 
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.
God will never lead us anywhere He doesn't want us to follow... 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
Mekar A. Pradipta
• Old fashioned • Books and literature • Countryside
adventurer • Walking under the drizzle • Talking to dogs
• Blowing out dandelions • Speculaas and camomile tea
• All kinds of berries • Anything vintage and romantic •