Saturday, March 22, 2014

Batasan dalam pacaran

by Grace Suryani

Ini sepertinya pertanyaan wajib dalam session LSD (Love Sex Dating). Gue dah ikut sesi LSD dari sejak kelas 2 SMP. Itung-itung dah lebih dari 5-6 kali gue ikutan sesi LSD. En pastiii deeeh ada pertanyaan ini!! Mulai dari gue di Jakarta, Surabaya, balik Jakarta lagi, sampe di China pun, ini pertanyaan wajib keluar. 

Ada banyak jawaban yang diberikan. Tapi sejujurnya ngga ada satu jawaban pun yang memuaskan gue en memuaskan para penanya. :p Kenapa? Karena buktinya tiap tahun pertanyaan itu keluar lagi dan lagi dan lagi!! 

Menurut gue, pertanyaan itu salah. Karena pertanyaannya salah ngga heran kalo jawabannya tidak menyelesaikan masalah. 
Kenapa menurut gue pertanyaan itu salah?! 


Tata bahasa dari pertanyaan itu bener sih (wekekeke. Dasar guru bahasa :p), tapi MOTIVASI di balik pertanyaan itu yang salah. Kenapa gue ampe berani bilang itu salah? 
Jawab dengan jujur guys, kenapa pertanyaan itu selalu muncul di benak kita? Karena kita ... pengen bermain-main sedekat mungkin dengan jurang dosa, Kita pengen bermain-main dengan dosa tapi kita MENOLAK untuk dikatakan berdosa (padahal emank kita dosa). 
Contohnya. Kalo ada pembicara yang bilang, "Oh batasan dalam pacaran ngga boleh sampe intercourse atau berhubungan seks!!" Kita bilang, "Okay. Kita ngga sampe intercourse. Cuman petting aja. Ngga sampe masuk kok. Ngga dosa kan?!" 
Lalu batasannya diperketat, "Petting juga ngga boleh. Ngga boleh sampe buka baju!!" 
Kita bilang lagi, "Okay, kita ngga buka baju. Tangan aja yang masuk. Baju ngga kebuka. Ngga dosa donks!"
 *nah loh ... mau bilang apa guys?!?! :p* 
Kalo dibilang, "Ngga boleh cium bibir." 
Kita bilang, "Okay, ngga cium bibir. Cuman cium tangan, cium leher, cium kuping, cium mata, dan cium-cium yang laen. Yang penting ngga cium bibir kan?! Gue ngga cium bibir. Ngga dosa donks! Boleh donkss ...."
Guys, kata temen gue, maling itu biasanya lebih pinter daripada polisi. Kita anak muda, punya segudang alasan buat ‘mengakali’ peraturan-peraturan yang ada. Akui aja, kita tuh paling pinter buat cari-cari celah untuk tetap melakuka dosa, tapi ngga keliatan dosa. Dulu tuh ye, gue paling pinter cari alasan buat hal-hal begini. 
Waktu gue pacaran ama mantan gue, gue tetapin peraturan. Kalo duduk jaraknya mesti 2 tegel. Nah loh. Tapi tetep aje, gue bisa berdosa dalam batasan-batasan gue. Gue sih ngga ngelanggar tapi akal kadal gue nemuin celah-celah dari batasan itu en gue pakelah celah-celah itu buat memuaskan hawa nafsu gue.
So guys, menurut gue, pertanyaan itu salah karena sebagian besar motivasi dari penanya (baca : kita) adalah mencari kesempatan untuk berbuat dosa. Kalo kita ngomongin batasan, dibikin batasan seketat apapunnnn kita tetep bisa mencuri-curi kesempatan kok. Kayak gue dulu. >.< 
“Biarlah berakhir kejahatan orang fasik, tetapi teguhkanlah orang yang benar. 
Engkau yang menguji hati dan batin orang ya Allah yang adil” 
(Amsal 7 : 9) 

Guys, Tuhan tuh ngga liat peraturan kita. Tuhan liat hati kita … Tuhan menguji hati bukan menguji peraturan. 

“Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, 
tetapi Tuhanlah yang menguji hati.” 
(Amsal 21 : 2) 

Kita mungkin mengira banyaknya peraturan kita, ketatnya batasan kita itu yang membuat kita kudus di hadapan Tuhan. Nope. Yang membuat kita kudus di hadapan-Nya itu cuman darah anak-Nya yang kudus dan menyucikan kita. Yang bisa menjaga kita tetap kudus itu cuman Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Karena itu semestinya pertanyaan kita bukan, “Apa batasannya?”, tapi “Kalo gue begini apakah Babe senang?”, “Kalo gue lakukan ini/ kalo gue membiarkan pacar gue melakukan ini, apakah Yesus yang sudah mati buat kita tersenyum?” Orientasi kita bukan lagi peraturan, batasan, boleh tidak boleh, tapi apakah ini menyenangkan hati Tuhan? 
Mungkin yang lebih konkrit, sebelon kita melakukan sesuatu dengan pacar kita, coba bayangkan dulu. Kalo di ruangan itu ada ortu kalian dan ada camer alias calon mertua kalian, berani ngga kalian lakukan itu?!?! Kalo tidak, berarti jangan dilakukan!! :p 
Loh Grace, ntar jaddii jaimmm dan kaku banget donkss. Guys, gue termasuk org yg percaya bahwa keintiman fisik itu seharusnya seimbang dengan tingkat komitmen. Kita mulai cium jidat dan cium pipi setelah kita tunangan. Hugging, erh sangat jarang. Gals (ce-ce perhatikan yah), buat kita, hugging atau memeluk itu suatu tindakan yang tidak erotis. Betul tidak? :p Kita biasa peluk sana sini. Tapi tanpa kita sadari, bagi pacar kita, itu bisa jadi sangat erotis. Kenapa? Coz ketika kita memeluk dia, bagian dada kita nempelll … So be careful with this. Apa yang buat kita ngga papa belon tentu okay buat pacar kita.
Setelah menikah guys, loe bisa lakukan sepuasnya deh. You have a lifetime to kiss, to hugz and to do whatever you want to do with your husband/wife! Malah Tuhan akan MEMERINTAHKAN loe utk berhubungan seks setelah loe menikah!! : p So, waktu pacaran yang cuman beberapa bulan-tahun itu ngga ada apa-apanya dibanding dengan berkat yang Tuhan mau kasih setelah kalian menikah. 
So guys, save the best for your marriage. Jangan kompromi.. don’t … Please don’t … Jangan main-main dengan dosa. Jangan bertanya, batasannya apa? Tapi tanyalah, kalo gue begini, ini menyenangkan Tuhan atau tidak? Akankah gue berani melakukan ini kalo Tuhan Yesus, Allah Bapa dan seluruh surga melihatnya? Akankah gue berani melakukan ini kalo ortunya en ortu gue ada di sini?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tentang penulis




Grace Suryani Halim

A happy wife. Mother of two. Beloved daughter of Almighty God. Loves to read, write, learn, cook, bake, and talk. 

1 comment:

  1. Keren...
    God is good all the time.

    " apakah ini menyenangkan Tuhan atau tidak?"
    good question , better than apa aja batasan pacaran.

    terima kasih buat sharingnya

    ReplyDelete

Share Your Thoughts! ^^