by Poppy Noviana
Pada suatu hari berjalanlah seorang pemuda lalu masuklah Ia ke suatu tempat untuk mengajarkan kebenaran. Banyak orang berkumpul untuk mendengarkannya. Ada orang yang ingin belajar, ada orang yang hanya ingin menguji Sang Pengajar. Ada pula orang-orang tua berpengalaman yang ikut hadir disana. Pengajaran pemuda itu menarik sekali. Ia bahkan sering menggunakan perumpamaan, dan semua orang diperbolehkan untuk bertanya langsung kepada Sang Pengajar.
Seperti itulah biasanya situasi apabila Yesus sedang mengajar.
Perumpamaan seringkali diberikan untuk mempermudah pendengarnya dalam memahami pengajaran Yesus. Terutama bagi mereka yang belum benar-benar mengenal Dia dan Kerajaan-Nya. Seperti yang dikatakan di Alkitab, "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (Mat 13:11-12)
Pada artikel kali ini, kita akan membahas secara sederhana mengenai perumpamaan Kerajaan Allah seperti perumpamaan perjamuan kawin. Hal ini tentu bukan hal yang sederhana. Saya berdoa, semoga Tuhan memberi hikmat agar kita bisa mengenal kehendak-Nya.
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya.”
(Matius 22:1-2)
Seperti perumpamaan Yesus, Kerajaan Sorga layaknya sebuah pesta raja dimana orang-orang yang mendapat undangan saja yang bisa masuk kesana. Tapi apakah hanya butuh sekedar undangan? Karena kenyataannya, “Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.”
Bayangkan, seorang raja begitu baik mau mengundang orang-orang agar datang ke pestanya. Tapi, bukan undangan itu saja yang menentukan. Syarat pertama agar seseorang bisa masuk ke Kerajaan Sorga, adalah respon. Sia-sia undangan dari kerajaan, apabila respon dari orang yang diundang justru menolaknya. Hal ini seperti perumpamaan Kristus yang berdiri di muka pintu dan mengetuk, menunggu kita membukakan pintu bagi Dia, supaya Dia bisa masuk dan makan bersama-sama dengan kita (Wahyu 3:20). Yang penting adalah respon, menerima atau menolak. Dalam konteks pesta raja ini, orang-orang yang diundang justru menolaknya.
Bagian selanjutnya perumpamaan Yesus, menjelaskan kenapa orang-orang itu menolak undangan dari Raja.
Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.
(Mat 22:3-8)
Dari bagian ini, kita mengerti bahwa ada orang-orang yang memang secara asli diundang oleh raja untuk memperoleh hidangan dan tempat dalam perjamuan, yaitu bangsa pilihan Allah. Mereka adalah orang-orang yang dirancang sejak awal untuk menikmati bagian dari kerajaan-Nya, namun sayangnya mereka yang tidak mengindahkannya. Alih-alih datang ke pesta raja, orang-orang itu justru sibuk mengerjakan hal lain. Ibaratnya, sudah diberi kesempatan dan kemurahan, namun tidak dihargai dan dianggap tidak penting. Prioritas mereka bukan kekekalan. Mereka menempatkan keamanan dan prioritas hidupnya pada hal-hal yang bersifat sementara, seperti pekerjaan, bisnis, dan bahkan menghakimi kebenaran yang sudah mereka dengar dan lihat melalui anak-anak Allah yang diutus serta Roh Kudus sendiri yang sebenarnya sudah berbicara dalam kehidupan mereka. Dari sini, bisa disimpulkan bahwa syarat kedua masuk ke kerajaan surga adalah hidup yang fokus pada hal-hal kekal.
Wajar memang jika kemudian raja menjadi murka karena pesta yang sudah dipersiapkan dengan baik, malah disia-siakan begitu saja. Apalagi, sebagai raja, selama ini ia bertanggung jawab pada hidup rakyatnya, sebagaimana Tuhan sebagai pencipta, memelihara kehidupan umat ciptaan-Nya. Seberapa banyak dari kita, sebagai makhluk ciptaan, justru berhenti mengutamakan Pencipta kita, karena seluruh energi dihabiskan untuk mengasihi ciptaan-Nya yang lain.
Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
(Mat 22:9-13)
Pada akhirnya, undangan kedua diberikan kepada siapapun tanpa terkecuali, tidak peduli apapun latar belakang seseorang, tidak peduli apakah dia baik atau jahat. Mereka boleh turut masuk dalam kerajaan-Nya, diberi kesempatan dan kemurahan untuk menikmatinya sesuai perkenanan Raja, karena kerinduan Raja adalah banyak orang datang ke pestanya, bersukacita bersama dia. Seperti kerinduan Tuhan adalah semua orang diselamatkan.
(I Timotius 2:4)
Tapi, raja menghendaki semua orang yang datang ke pestanya mengenakan pakaian pesta yang layak. Ia memang raja yang penuh kasih, namun ia juga raja yang adil, sehingga hanya yang layak yang pantas yang akan bertahan memperoleh tempat dalam kerajaannya. Mengatakan ‘ya’ pada undangan Raja, bukanlah akhir cerita. Sama halnya seperti menerima Tuhan dan Juru Selamat juga bukan akhir dari perjalanan iman kita, tapi justru sebuah awal. Lalu apa yang harus kita lakukan? Coba pikirkan apa yang Yesus inginkan semasa hidup, apa yang Ia percaya, apa yang Ia larang, lalu lakukan semuanya dalam kehidupan sehari-sehari.
Seringkali diantara kita mungkin ada yang sudah mengenal Allah dari lahir, atau mungkin mengenal Dia sejak masa remaja, namun apakah kita benar-benar mengenal artinya percaya dan melakukan kehendak-Nya? Saya rasa belum tentu. Contohnya, orang Saduki dan orang Farisi, mereka tahu namun mereka tidak melakukannya. Jadi, kapan kita mengenal Tuhan bukanlah masalah, selama kita bisa setia sampai pada akhirnya.
Bagian ini menjelaskan bahwa kehidupan di dunia merupakan waktu yang cukup untuk kita mempersiapkan diri bagi Kerajaan Sorga. Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, hidup melakukan Firman dan kebenaran, adalah bentuk mengindahkan undangan raja dan menjahit pakaian pesta agar layak mengambil bagian dalam kerajaan Allah. Percaya dan taat adalah prinsip yang perlu terus menerus dikerjakan sampai hari perjamuan itu tiba.
Undangan masuk ke Kerajaan Sorga diberikan kepada siapa saja. Ada yang menolaknya mentah-mentah, ada pula yang datang tanpa memperhatikan apa yang harus dipersiapkan. Sama halnya seperti Kristus yang mati dan bangkit untuk semua orang, tapi tidak semuanya mau percaya pada kuasa-Nya. Beberapa yang meresponi panggilan-Nya pun, tidak semua mempersiapkan hidupnya sungguh-sungguh untuk kedatangan Kristus yang kedua.
Inilah syarat yang ketiga, melakukan kebenaran, mengerjakan keselamatan. Hal inilah yang membedakan kita dengan iblis, iblis juga percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah namun dia tidak taat, berdosa dan hamartia (menyesatkan). Apa yang kita perbuat adalah pertanggungjawaban atas iman kepada Allah. Bukankah Firman Tuhan mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan itu mati?
Panduannya sudah disediakan, hikmatnya sudah diberitahukan di mana-mana, namun perihal menggunakan panduan dan pengetahuan tersebut lain hal, sebab dibutuhkan kedewasaan rohani dan keseriusan untuk sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Hidup dalam iman namun tidak melakukan kehendak-Nya, sama seperti masuk dalam perjamuan kawin tanpa memakai baju pesta.
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.
(Mat 22:14)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^