Monday, March 16, 2020

Sebelum Tuhan Memanggil


by Mekar Andaryani Pradipta

Seandainya kamu tahu besok adalah hari kematianmu, apa yang akan kamu lakukan?

Coronavirus yang menyebabkan Covid-19 bermunculan di mana-mana membuat kita menyadari satu hal: Hidup kita di dunia ini tidaklah untuk selamanya. Menanggapi keterbatasan usia manusia, Petrus menulis:

“semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.”
(1 Petrus 1:24)

Kembali pada pertanyaan di atas: Bagaimana jika besok adalah waktumu menjadi kering dan gugur (karena apapun)? Apa yang kamu lakukan malam ini?

Apa yang Yesus lakukan pada detik-detik terakhir kehidupan-Nya-dalam-rupa-manusia?

Yesus memilih bersama murid-muridnya dalam Perjamuan Terakhir, seperti yang tertulis dalam Matius 26:18, “Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku."

Dalam tiga tahun pelayanan-Nya, Yesus menggunakan sebagian besar waktu-Nya bersama banyak orang. Tapi ada waktu-waktu khusus yang benar-benar Ia investasikan bersama orang-orang terdekat-Nya: murid-murid-Nya. Mengapa investasi? Karena kepada para murid-Nyalah Yesus membuat legacy (atau warisan)—untuk kelangsungan pekerjaan Tuhan, nanti setelah kepergian-Nya.

Perjamuan terakhir adalah salah satu momen penting saat Yesus memberikan legacy-Nya. Yaps, kita juga tahu bahwa sebenarnya Yesus bisa mengajarkan kiat-kiat jitu-Nya dalam melayani (misalnya menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, melipatgandakan makanan, atau mengusir setan-setan). Namun, alih-alih mengajarkan hal-hal seperti itu (baca: tips-tips menyembuhkan penyakit dengan supranatural, atau 1001 cara mengusir setan), Yesus memilih legacy yang terutama. 


1) Ia memberikan pengertian tentang karya penebusan Allah melalui pengorbanan tubuh dan darah-Nya:

“Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu”
(Lukas 22:19-20)

Lihat bagaimana Yesus memerintahkan murid-murid-Nya meneruskan pesan yang ia wariskan. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku," kata-Nya.


2) Yesus bicara soal melayani:

"Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
(Lukas 22:25-27)

Sejak awal Yesus turun ke dunia, misi hidupnya jelas: melayani manusia dan menebus dosa mereka. Penebusan dosa hanya bisa dilakukan oleh Yesus, tapi melayani manusia adalah misi yang ia wariskan kepada murid-murid-Nya.

"Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
(Matius 20:28)


3) Yesus memberikan apresiasi pada murid-muridnya:

“Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel,”
(Lukas 28-30)

Dengan segala kekurangan mereka, murid-murid setia mengikuti Yesus. Yesus tahu itu tidak mudah. Ada masa-masa mereka harus melewati badai. Di lain waktu, mereka ikut direpotkan dengan orang banyak yang mengikuti Yesus. Beberapa orang harus meninggalkan keluarga dan pekerjaannya, demi mengikuti Yesus. Yesus memahami seluruh pergumulan mereka; karena itulah Dia memastikan para murid-Nya tahu bahwa Dia melihat kesetiaan mereka. Yesus juga memastikan murid-murid-Nya menyadari bahwa kesetiaan mereka kepada-Nya tidak sia-sia.

Yesus bahkan mengambil waktu untuk memberikan pesan-pesan personal kepada Petrus. Kenapa Ia memilih Petrus? Bukan karena Yesus pilih kasih; tapi karena pengakuan iman Petrus (petros (Petros – bahasa Yunani)) menjadi “batu karang” (petra (Petra)) bagi gereja-Nya (Matius 16:13). Petruslah yang Yesus pilih untuk bisa menguatkan saudara-saudaranya setelah Yesus tiada.

“Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.”
(Lukas 22:32)

Yesus memilih malam terakhir-Nya untuk memastikan kabar keselamatan tidak berhenti, menegaskan panggilan murid-murid-Nya untuk melayani, dan mengapresiasi mereka. Lalu bagaimana denganmu? Jika kamu meninggal esok hari, legacy apa yang kamu tinggalkan malam ini? Kepada siapa kamu memercayakan legacy-mu? Beberapa dari kita mungkin sudah tahu jawabannya. Tapi masalahnya, hampir semua orang tidak punya pengetahuan sedikitpun tentang hari kematiannya. Lalu bagaimana dengan apa yang akan kita wariskan? Bagaimana dengan orang-orang yang akan kita tinggalkan?

Cara “paling sederhana” tentunya mengikuti teladan kehidupan Yesus. Ya, “paling sederhana”, karena kita tahu bahwa Dialah satu-satunya Pribadi yang sempurna untuk menjadi Teladan hidup kita. Oleh karena itu, mari kita memfokuskan kehidupan kita pada Tuhan dan pada orang-orang terdekat—khususnya mereka yang akan menjadi benih bunga dan rumput baru, saat kita sudah gugur dan kering. Mungkin itu pasangan, anak-anak, orang tua, atasan/karyawan, rekan-rekan di kantor/kampus/sekolah, anak-anak KTB/komsel, murid/mahasiswa… you name it. Siapa tahu, melalui perubahan hidup kita (dengan berbagai konteks yang ada), mereka dapat melihat Kristus yang berkuasa di dalam kita. Siapa tahu pula, kita adalah satu-satunya orang percaya yang mereka sebut sebagai “orang Kristen yang sesungguhnya”, karena di luar sana… mereka tidak menemukan Kristus di dalam kehidupan orang-orang yang mengaku sebagai “murid-Nya”.

Tidak ada yang tahu kapan Tuhan memanggil kita pulang, bukan? Lalu…

Jika seandainya hari ini adalah hari terakhir kita di dunia ini, kenangan seperti apa yang ingin kita wariskan kepada mereka?

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^